6. Meet That Guy

1.1K 144 0
                                    

'Drrttt... Dirrrt...' Ponsel Jennie berdering, menampilkan notifikasi dari seseorang yang tidak Jennie kenal.
"Ya, hallo..."
"Maafkan aku tiba-tiba menghubungimu, ini aku Heejung, calon mertuamu" Suara wanita bergema diseberang sana.
"Aaahh... Tidak apa-apa nyonya. Omong-omong ada apa nyonya meneleponku?"
"Sudah kubilang untuk tidak memanggilku nyonya Jen, aku menelponmu untuk meminta waktumu sebentar boleh?"
"Ohh ya, meminta waktu untuk apa?"
"Kali ini anakku janji akan menemuimu, maukah kau pergi ke descost pukul 7 malam nanti? Aku dan suamiku juga ingin bertemu denganmu"
"Aaah.... Soal itu, tidak masalah, aku janji akan kesana"
"Aaaaahhh... Benarkah? Maaf kami merepotkanmu terus. Aku senang mendengar kau akan datang"
"Ya! Aku akan datang, tidak usah khawatir"
"Baiklah terimakasih Jen, sampai jumpa nanti malam"
"Sama-sama"
Jennie menghela nafas setelah panggilan itu ditutup. Ya, inilah kenyataan yang harus ia hadapi, tidak pernah terbebas dari yang namanya perintah. Seketika sebuah ide gila muncul, seketika itu pula ia berharap kejadian semalam adalah sebuah kabar baik untuknya.
'Mungkin membuat anak bersama Hanbin lebih baik daripada aku harus dijodohkan dengan siapapun itu yang dimaksud ayah'

Jennie selesai memoleskan lipstik pink sebagai sentuhan terakhirnya. Memakai dress peach selutut dan sebuah flat shoes dan sampiran clutch bag hitamnya membuat tampilan Jennie memesona, setidaknya ia harus tampil pantas sebelum semuanya menjadi kacau.

'Tuk...tuk...' Seorang pelayan yang mengantar Jennie mengetuk ruangan privat di restoran mewah ini.
"Silahkan nona..." Pelayan itu membungkuk terhadap Jennie. Jennie memasuki ruangan, tersenyum kepada ketiga orang disana Kim Jeongwoo, Kim Heejung, dan KIM HANBIN? Mata keduanya bertemu, ya Jennie dan Hanbin. Jennie mematung tidak sadar bahwa ia masih berdiam diri didepan pintu masuk, jiwanya merosot lagi tidak percaya bahwa lelaki dihadapannya adalah anak dari Kim Jeongwoo dan Kim Heejung.
"Apa yang kau lakukan Jennie, masuklah" Nyonya Kim menginterupsi lamunan Jennie, membuat netra Jennie kembali ke tempat semula setelah melayang beberapa saat. Jennie menghampiri ketiga orang itu, duduk bersebrangan dengan lelaki yang semalam tidur bersamanya.

Dilain sisi, Hanbin menegang, saat tahu orang yang sekarang tengah dihadapannya adalah wanita yang justru tidak ingin Hanbin temui. Sebuah perasaan tak percaya muncul, mungkinkah ini wanita yang sama yang ia tiduri semalam? Hanbin menatap wanita itu lekat, berharap bukan dia yang ia temui saat ini. Kim Hanbin langsung melihat leher jenjang wanita itu, berharap tanda yang ia lihat tidak ada dan bukan Jennie yang ia lihat.
"Jadi... Perkenalkan ini anakku Kim Hanbin, dan Hanbin ini anak Kim Jinwoo, Kim Jennie" Tuan Jeongwoo memulai percakapan. Namun, mereka berdua masih saling menatap berharap ketidaknyataan sedang berlangsung disini.
"Hanbin..." Nyonya Heejung melemparkan tatapan mautnya kepada Hanbin yang masih terdiam.
"Ooooh, Kim Hanbin" Netra Hanbin kembali, menggerakan tangannya ke arah Jennie untuk berkenalan.
"Kim Jennie..." Jennie tersenyum halus dibalik kedua pipinya yang tebal. Meraih tangan Hanbin untuk berjabat tangan.
"Baiklah... Sekarang mari kita makan terlebih dahulu" Nyonya Kim berkata sambil tersenyum. Hanya suara memotong daging steak yang terdengar, cukup hening untuk 4 orang dalam satu ruangan.

'Jen, Can i?' Hanbin berkata parau, ia tidak memakai atasannya dan bergumam di telinga indah seorang Jennie Kim, dirumahnya, dan ya! Dikasur wanita itu.
'Yes, i'm yours!' Gila! Kim Jennie lantas melingkarkan tangannya dileher Hanbin yang tengah berada diatasnya. Hanbin menatap keseluruhan tubuh wanita yang tanpa sehelaipun benang saat ini, mengagumi betapa indahnya tubuh seorang Jennie walau ia bertubuh mungil. Keduanya dalam tatapan sayu, sungguh menggairahkan untuk dibiarkan.

Jennie menggeleng-gelengkan kepalanya, sepotong ingatan itu muncul disaat yang sangat tidak tepat. Jennie memejamkan matanya dan kembali menggeleng-gelengkan kepala menyangkal ingatan gila itu.
"Ada apa?" Tanya Tuan Jeongwoo setelah melihat Jennie yang gelisah. Jennie yang ditanya hanya bisa menggeleng sembari tersenyum kepada ketiga orang dihadapannya.
"Apa kau tidak cocok dengan makanannya?" Tanya Nyonya Heejung.
"Tidak...tidak... Aku baik-baik saja" Jennie berkata untuk memastikan. Jennie masih mencoba untuk mengembalikan fokusnya saat ini. Berharap Kim Hanbin yang telanjang menjauh dari pikirannya.
"Oouuh Jennie, maafkan kami, kurasa aku dan suamiku harus bergegas pergi, ada urusan mendadak" Nyonya Heejung menatap Jennie sedih, membuyarkan lamunan Jennie tentang Hanbin yang mengungkungnya.
"Ooh, tidak apa-apa nyonya" Jennie Kim tersenyum, menatap kedua bola mata Kim Heejung.
"Benarkah? Maafkan kami sekali lagi Jen--" Kim Heejung lalu mengalihkan pandangannya pada Hanbin yang tengah memotong steaknya.
"-- dan kau, antar Jennie sampai rumahnya. Kalian bisa berbincang dahulu kalau mau" Tatapan yang jauh berbeda saat Heejung menatap Jennie. Kim Hanbin mengangguk tanpa menoleh Ibunya, masih berkutat dengan potongan steaknya.
"Jawab Hanbin" Tegas Kim Jeongwoo selaku ayah dari pria bermata sayu itu.
"Baiklah ayah, ibu" Hanbin menatap kedua orang tuanya malas, sembari tetap mengunyah potongan daging dimulutnya.
"Jaga Jennie baik-baik. Ia akan jadi istrimu" Kim Heejung kembali mengomel pada Hanbin, membuat Hanbin merasa sedikit jengkel dengan situasi ini. Menjaga baik-baik? Bahkan ibunya tidak tahu apa yang mereka lakukan semalam!
"Baik bu" masih dengan nada malasnya, menjawab tanpa menoleh.

Selepas kedua orangtuanya pergi, Hanbin yang belum selesai dengan makanannya, mendongakan kepala memandang Jennie lurus, kedua bola mata Hanbin menghitam dan mendadak serius. Merasa ditatap, Jennie buru-buru menyimpan ponselnya dan melihat Hanbin
"Ada apa?" Jennie ketus, menatap rahang Hanbin yang mulai mengeras, kembali membayangkan bentuk rahang itu ketika semalam bergerak indah menggerayangi tubuhnya.
"Jadi... Kau anak Kim Jinwoo?" Tanya Hanbin mengangkat sebelah alisnya, masih dengan tatapan seriusnya. Jennie balik menatap serius berusaha melupakan bayangan Hanbin semalam.
"Menurutmu, mengapa aku disini?"
"Aku bisa gila!!! Bagaimana orang yang kutiduri semalam tiba-tiba menjadi calon istriku?!" Hanbin bergumam, mengalihkan pandangannya dari Jennie.
"Kau... Kau ingat?" Jennie membelalakan matanya.
"Ya! Aku ingat!" Hanbin menatap frustasi, menarik rambutnya sendiri yang sebelumnya tertata rapi.
"Semuanya..." Lanjut Hanbin. Baiklah cerita menyeramkan dimulai dari sini.

Murphy's Law - When Everything Went WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang