5 hari berlalu, Kim Jennie beserta Kim Haru diperbolehkan pulang oleh dokter. Keadaan Jennie cukup bugar untuk mengepak pakaiannya beserta Haru, tanpa harus menunggu Hanbin datang. Ya! Kim Hanbin dengan telaten merawatnya beserta Haru, melihat pria itu menjadi sosok yang begitu berbeda saat dirinya berganti peran menjadi seorang Ayah siaga. Hal itu membuat dada Jennie sedikit bergetar, ini sungguh pilihan sulit.
Kim Hanbin datang dari balik pintu melihat Kim Jennie yang tengah membereskan beberapa pakaiannya. Hanbin buru-buru melipat lengan kemejanya dan segera membantu wanita itu.
"Apakah kau mau tinggal bersamaku?" Tawar Hanbin setelah menimbang-nimbang bahwa rumah yang ditempati Jennie jauh dari kata layak untuk dihuni seorang bayi.
"Tidak usah... Aku dan Haru akan kerumahku" Jennie menjawab tanpa meboleh pada si penanya.
"Kau yakin tempat itu layak untuk bayi?" Hanbin bertanya sekali lagi, menatap pinggiran pipi Jennie yang tidak menoleh kepadanya.
"Haru adalah urusanku, aku yang memilih bagaimana Haru akan hidup" Jennie memicingkan sudut matanya, merasa amarahnya mulai melonjak mendengar ucapan yang seperti penghinaan baginya.Hanbin tahu bahwa hal ini tidaklah mudah, membawa Jennie pulang kerumahnya bahkan terasa sulit saat ia mendengar ucapan Jennie. Ini harus perlahan, mendekatinya secara perlahan, jangan terburu-buru. Jennie bukan orang yang mudah dibujuk, ia cukup keras untuk ukuran seorang wanita.
***
Keluarga Kim itu telah sampai ditempat Jennie. Sedang Kim Jennie kini tengah menempatkan dirinya pada sandaran tembok, begitupula dengan Kim Hanbin. Berhubung tidak ada satupun kursi yang Jennie punya kini mereka memasang duduknya dengan lesehan.
Hanbin hanya bisa menatap Jennie dengan sebelah pipinya. Melihat kearah bawah dan mendapati bibir penuh Kim Jennie yang selama ini didambanya! Ia tidak peduli, ia sungguh merindukan sentuhan wanita ini!
"Mmppphh..." Jennie membelalakan kedua bola matanya, Kim Hanbin tiba-tiba mencium bibirnya, melumatnya dan mendorong lidahnya masuk untuk mengajaknya berperang. Kim Jennie diam tanpa membalas apapun yang pria itu perbuat. Merasakannya sejenak hingga membuat ia menjadi hampir hilang akal. Kim Jennie tidak menolak ataupun tidak membalas ciuman lembut itu.Kim Hanbin sungguh merutuki kebodohannya, mengingat apa yang baru saja ia lakukan. Kini keduanya saling menatap canggung setelah bibir keduanya berubah menjadi lebih bengkak.
"Aku akan menjadi ayah Haru bagaimanapun juga" Hanbin berkata setelah hening yang cukup panjang.
"Tidak apa-apa, kau berhak juga atas Haru" Jennie dengan ekspresinya yang sulit dibaca.
"Menikahlah denganku..." Ajakan Hanbin membuat Jennie terkejut. Namun tidak lama, ia kembali memasang wajah tajamnya.
"Aku tidak bisa..." Jennie menatap sendu pria itu. Hanbin yang cukup kebal dengan berbagai penolakan wanita ini, hanya menatap kecut Jennie.
"Kenapa? Aku harus bertanggung jawab atas apapun yang aku perbuat padamu kan?" Meski cukup kebal, ia mulai kehilangan kesabaran.
"Ini juga salahku, kau tidak harus bertanggung jawab apapun" Jennie menggelengkan kepalanya.
"Beri aku alasan Jen?" Kim Hanbin dengan wajah frustasinya.
"Aku... Aku... Tidak memiliki perasaan apapun lagu padamu..." Jennie memberikan kebohongan lain setelah berpikir alasan yang cukup membuat pria ini menjauhi hidupnya. Hanbin malah terkekeh pelan, dan menyunggingkan senyum tipis.
"Dengan segala hal yang kau tulis du catatan harianmu...? Kau tidak bisa membohongiku lagi Jen..."
"Aku...tidak ingin menyakitimu lagi..." Hati Jennie mulai perih mengingat apapun yang Jennie tulis dicatatannya itu.
"Kau tidak pernah menyakitiku... Kalaupun memang iya, aku selamanya akan baik-baik saja jika bersamamu..." Hanbin menatap lurus kedua mata Jennie membuat wanita itu salah tingkah dan cepat-cepat mengedarkan pandangannya kearah lain.
"Eeeeaaaaa...." Suara cukup keras datang dari kamar Jennie, membuat Jennie bergegas masuk kesana.Jennie menepuk-nepuk bayi kecilnya yang kini tengah menangis kencang. Tangisanny tidak kunjung redasetelah sekian lama membuat Jennie bingung apa yang menbuat bayi ini menangis?
Hanbin datang merasa bahwa Haru tidak kunjung berhenti menangis. Kim Hanbin dengan perlahan menggendong Haru yang tadi tengah ditenangkan oleh Ibunya.
Ajaib! Jennie manatap kaget Kim Hanbin beserta Haru dipelukannya. Tangisan Hari tiba-tiba berhenti. Hanbin kini mengayunkan badannya perlahan dan tangisan Haru semakin berhenti.
***
Kim Jennie tengah menatap tumpukan perlatab bayi yang Hanbin belikan tempo hari. Seperangkat alat bayi itu tersusun tidak rapi membuat rumah Jennie terada semakin sempit.
Kim Jennie kembali pada pikirannya yang melayang. Mengingat bagaimana tadi Kim Hanbin yang mendekap hangat Haru. Membuat bayi itu menghentikan tangisannya.
Haru begitu menginginkan kehadiran Hanbin. Setiap Haru menangis, Kim Hanbin pasti dapat menghentikannya. Mungkinkah ini yang anaknya perlukan? Sentuhan hangat dari seorang Ayah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Murphy's Law - When Everything Went Wrong
FanfictionSeseorang yang tak tahu letak kesalahannya, hingga beribu alasan memintanya untuk berpikir kembali, namun kesalahan itu tetap dilakukannya hingga ia tahu bahwa ia sudah tidak bisa memperbaikinya lagi. Aku tahu bahwa menjadi salah bukan hal yang bena...