Tujuh

2.8K 544 7
                                    

Itu terjadi tanpa terencana. Jaehyun memaksa dan Jiyeon berakhir duduk pada bangku motor sportnya yang cukup tinggi.

Jaehyun mengantarkan Jiyeon ke sebuah asrama putri tak jauh dari asrama miliknya. Lalu berpamitan setelah saling bertukar kontak untuk diskusi-diskusi lainnya.

●●●●

"Kopi?"

"Sunbae?"

"Tidak perlu berdiri.."

Jaehyun tersenyum dan mengulurkan kopi kalengan yang sama pada Jiyeon. Gadis itu menerima dengan sopan. Jaehyun duduk tepat didepannya dengan sebuah buku dan doublefolio besar berisikan tulisan tangan.

"Aku.. tidak melupakan sesuatu, kan? Kita tidak ada janji hari ini, kan?"

Bola mata besar Jiyeon membuat Jaehyun tidak dapat menahan senyumnya.

"Tidak. Aku hanya bosan dan tiba-tiba berpikir kamu pasti butuh teman di tempat sepi seperti ini."

"Ahh.." Jiyeon mengangguk paham. Lalu kembali melanjutkan tugasnya meski terasa canggung.

"Boleh aku mengantarkanmu pulang lagi hari ini?"

Pertanyaan itu membuat Jiyeon mendongak dengan bola mata yang lagi-lagi membesar. "A-aniyo, tidak per—"

"Aku memaksa."

Sisa-sisa bunga yang bermekaran mewarnai perjalanan mereka menuju parkiran. Dengan udara yang perlahan menghangat menyambut musim panas tahun ini.

Jiyeon cukup terkejut saat menemukan Jaehyun sudah duduk di sebuah motor matic yang terlihat baru. Jaehyun meraih buku yang Jiyeon peluk, meletakkannya di dalam bagasi lalu mengoper sebuah helm.

Dan hari-hari selanjutnya pun berlalu .Jaehyun merasa bahwa ia kembali hidup, kembali tertawa, kembali menemukan minatnya terhadap sesuatu selain cinta.



●●●●



Siang itu Jaehyun datang sepuluh menit lebih awal dari janjinya bersama Prof. Lee. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan seleksi berkas dan Jaehyun sangat penasaran akan bagaimana hasil kerja kerasnya dua bulan belakangan.

Matanya menangkap gerakan gelisah Jiyeon yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi tunggu kantor dosen. Saat berbalik, bola mata besar Jiyeon menunjukkan kecemasan dan kegelisahan yang membuat Jaehyun secara spontan duduk disampingnya.

"Bagaimana jika kita tidak lolos?" keluh Jiyeon.

"Its okay. Kita bisa mencoba pada paper lain. Ini bukan satu-satunya jalan menuju Jerman, Jiyeon-ah."

Jiyeon mengangguk setuju meski masih terlihat lesu. Lalu sepersekian detik setelahnya ia berpaling, meneliti wajah Jaehyun lamat. Membuat Jaehyun sedikit gugup.

"Ini kacamata fashion atau sunbae memang.. minus?"

Nafas Jaehyun lolos saat Jiyeon menjauh perlahan. Ia menyentuh kacamatanya.

"Aku minus. Kebetulan tadi pagi terlambat bangun dan tidak sempat menggunakan softlens. Kenapa? Tidak cocok ya?"

"Aniyo. You look better with glasses."

Jaehyun belum sempat membuka suara. Atau sekedar menetralkan jantungnya. Namun suara Prof. Lee sudah terlanjur terdengar. Dan Jiyeon menghilang terlebih dahulu kedalam ruangan.





[✔] Pursuit Happiness | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang