Oh, no.

2.3K 204 16
                                    

Pagi-pagi sekali aku datang ke rumah Kesha. Aku melihatnya duduk disalah satu tangga yang berada diluar rumahnya sambil mengikat tali sepatu.

Ia mengenakan sports bra berwarna kuning cerah, celana training adidas, dan sepatu nike running. Sepertinya Kesha hendak lari pagi.

Aku turun dari mobilku dan berlari kecil menghampirinya, ia menoleh kearahku, menatapku sekilas lalu fokus mengikat tali sepatu, "Mau apa kau kesini?"

Nadanya ketus. Mungkin dia masih marah.

"Aku ingin meminta maaf atas semuanya" kataku. Dia menatapku lagi, mengerutkan dahinya, lalu menghembuskan nafas panjang, "Aku sudah memaafkanmu. Maaf atas sikapku kemarin. Aku tau aku childish" Dia tertawa kecil, akupun ikut tertawa. Huft, lega rasanya setelah mengetahui bahwa dia sudah memaafkanku.

"Mau jogging?" Tanyaku. Dia mengangguk, "Mau ikut?"

"Tentu saja kalau kau tidak keberatan, sayang" ia mencubit pipi kananku, "aku sama sekali tidak keberatan. Kau bawa celana training?"

"Aku bawa, ada didalam mobil."

***

Aku dan Kesha sudah berlari cukup jauh. Tiba-tiba ia berhenti dengan napas tersengal-sengal, "kau sudah lelah?" Ia mengangguk. "Oh baiklah, ayo kita cari cafe dan minum, karena aku haus"

Kesha menuruti perkataanku dan mengikutiku untuk mencari sebuah cafe.

Tibalah kami disebuah cafe yang bernamakan Cheeyta's Cafe. Aku dan Kesha mencari tempat duduk dan memutuskan untuk duduk di pojok kanan sisi cafe tersebut. Pelayan datang memberi daftar menu. Kami hanya memesan minuman karena sama-sama tidak lapar. Pelayan pun pergi.

Suasana menjadi hening. Aku memperhatikan Kesha. Rambutnya yang tadinya diikat rapi jadi sedikit berantakan. Kulit putih nya jadi agak kemerahan akibat sinat matahari. Aku memperhatikan sports bra-nya. Warnanya cerah, bagus sekali.

Kesha menyadari aku sedang memperhatikan sports branya, "jauhkan pandanganmu dari payudaraku, otak mesum"

Aku tertawa, "no, aku sedang memperhatikan sports bramu. Warnanya cerah." Dia terkekeh, "sama saja, bodoh"

Akhirnya pesanan kami datang. Kami pun menyantap makanannya sambil berbincang-bincang.

"Ekspresimu lucu sekali ketika marah" kataku, dia tertawa "Oh, aku jadi aku harus marah lagi supaya terlihat lucu?"

"Haha, bukan. Bukan begitu. Anyway, kemarin aku kerumahmu untuk minta maaf. Tapi Zac bilang kau sedang kebandara untuk menjemput..." huh, aku terpaksa menyebutkan nama itu. "Luke" lanjutku.

"Z-zayn, aku minta maaf karena lancang pergi tanpa mengabarimu ----"

Ucapannya segera kupotong, "No probs."

Kesha tersenyum. Uh, senyumannya membuatku tergila-gila. Walaupun dia tak secantik Perrie.

Eh?

Perrie?

Tak seharusnya aku membandingkan Perrie dan Kesha. Mereka sama-sama cantik, dan cantik itu relatif.

Setelah menyantap habis makanan, aku pun kembali kerumah kesha untuk mengantarnya pulang.

Aku merangkul Kesha. Kami sangat terlihat mesra.

Sesampainya kami dirumah kesha, aku melihat seorang laki-laki yang sedang duduk diteras. Ia tampak menunggu seseorang. Tapi ketika dia menyadari kedatangan kami, dia menoleh, "Hey Kesh. Baru pulang jogging? Dan, hey Z-zayn" ia terlihat canggung.

Kalian pasti tau kan siapa dia? Luke. Siapa lagi kalau bukan dia? Pantaskah seorang perempuan yang sudah memiliki pacar ditunggui oleh laki-laki lain didepan rumahnya? Huh.

"Sedang apa kau didepan rumah pacarku?" Tanyaku ketus, sambil menekankan kata 'pacarku'. Ia tampak kaget, "Pacar? Memangnya kalian sudah jadian?"

Lho, kenapa dia bertanya seperti itu? Jelas-jelas sudah. Apa Kesha belum memberi taunya? Tak mungkin, mereka sangat dekat.

"B-benar begitu, Kesh?" Lanjutnya. Aku menoleh kearah Kesha. Dia tampak bingung mau menjawab apa. Ia menatapku dan Luke bergantian. Lalu mengangguk pelan.

***

*Luke POV*

Kesha mengangguk pelan.

Wow.

Tidakkah ia sadar anggukannya sama saja seperti ia melemparkan beribu-ribu pisau terbang kearahku?

Tidakkah ia sadar kalau fakta ini sangat menyakitkan untukku?

Ya, fakta.

Fakta bahwa sekarang Kesha sudah menjadi pacar Zayn.

Kenapa Kesha tega? Kenapa ia lebih memilih orang yang baru dia kenal, daripada aku?

Aku mencintainya lebih dari apapun.

"Sayang, aku ada janji dengan Niall sahabatku. Aku pulang dulu ya?" Kata Zayn kepada Kesha. Oh, dia mau memanas-manasiku? Dia berhasil. Kepalaku mendidih karenanya.

Kesha mengangguk, "Be careful". Zayn pun berjalan pergi, tapi ia berhenti lalu menengok ke arah Kesha, "Kiss me".

Kesha tampak bingung sambil sesekali menoleh kearahku. Aku hanya memberikan tatapan 'cepat-cium-dia-agar-dia-cepat-pergi', Kesha tampak mengerti lalu dengan ragu ia berjalan kearah Zayn lalu menciumnya lembut. Mereka berciuman... DIDEPANKU.

She's my heartbreaker.

Bayangkan saja, kau melihat gadis yang selama ini kau cintai, berciuman dengan pria asing.

Itu terjadi padaku, kawan. Biar kuulangi, itu. terjadi. padaku.

Ya tuhan, jika saja kau memberiku satu permintaan. Aku akan memintamu untuk mencabut nyawaku, tuhan. Aku tak sanggup memendam rasa sakit ini.

Mereka melepaskan ciumannya, lalu Zayn pergi dengan mobilnya.

Kesha memandangi kepergian Zayn, lalu berbalik dan berjalan kearahku. Oh, no. Jangan mendekat, heartbreaker.

Aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya, tapi belum sempat aku pergi, tangannya sudah menarik tanganku, "Jangan pergi, Luke"

"Kenapa? Kau tidak memerlukan aku lagi, Kesha! Kau sudah memiliki pacar yang tampan seperti Zayn!" Ucapku sarkas. Ia hanya menunduk.

Ketika dia mendongak, kulihat air mata berlinangan dari mata indahnya, "Luke, listen. A-aku minta maaf ---"

Ucapannya segera aku potong. Aku sadar aku tidak seharusnya bersikap egois. Jika Kesha bahagia, akupun bahagia. Ingat, 'cinta tak harus saling memiliki'.

"Tak perlu. Maaf karena sudah ketus. You know? I love you more than anything in this world, Kesha. If by choosing Zayn can make you happy, i will trying to be happy too even if it hurts." Kataku sambil tersenyum miris. Kesha memandangku, lalu memelukku erat. "Luke, maafkan aku ya? Anyway, walaupun kau bukan pacarku, kau masih pria ketiga yang kucintai"

What? Ketiga? Apa maksudnya?

"Ketiga? Maksudmu?" Kesha terkekeh pelan, "Ya. Pria pertama yang aku cintai adalah Dad. Kedua adalah kakakku yang cerewet dan menyebalkan, Zac. Ketiga adalah kau, dan keempat adalah Zayn"

Aku tersenyum. Dia berarti lebih mencintaiku daripada Zayn, walaupun hanya sebagai sahabat.

***

Hai, maaf ya updatenya malem-malem dan pendek.

Ide buntu tibatiba sumpah.

Btw thanks for all the vomments.

Hell you silent readers xx

Love, Zahwa.

Lovaskate ➳ Zayn Malik [IN EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang