kehilangan?

702 56 3
                                    

Senin, hari yang cukup sakral bagi Siswa-siswi TriAmpera apalagi dari pagi tak ada seorang pun yang tersenyum, mengingat hari ini adalah hari dimana kemampuan mereka belajar selama 1tahun diuji

"Al, santai aja kali, cuman ujian"
Diva tertawa geli pada saat saat seperti ini, raut wajah teman tamannya yang takut akan banyak hal dan banyak alasan

"Mampus gue kalo nilai anjlok Va" Jawab Alya frustasi dan pasti tetap fokus pada bukunya

Sekarang mereka sedang di pangkalan terfavorit MadSquad yaitu mang Mamad

"Van, lo juga? "

Inilah yang disebut keajaiban mustahil dimana Vio dan Vano tak bersuara akibat diancam potong uang jajan kalo nilai ulangan anjlok

"Rel? Lo juga? "

Diva mengedarkan pandangannya dan yang bisa dia lihat hanya pemandangan orang-orang yang sedang belajar

"Eh va, lo liat Juna nggak sih"
Alya sedikit menyenggolkan sikunya ketubuh gadis itu

"Enggak"

"Ehhh itu Juna" Potong Alya cepat

Mungkin jika Diva menoleh ia akan meralat pernyataan itu menjadi Juna dan Sella

"Hay" Sapa Juna pada gadis itu

Diva hanya tertegun dari lamunannya dan tersenyum, senyuman yang mungkin Diva tak tau adalh hal yang paling Juna rindukan dari gadis itu

"Eh va lo liat Iqbal? "

Diva menoleh ke sumber suara "tadi bilang mau beli pulpen sama ngambil kartu Rel" Ucap gadis itu lagi

"Lo nggak belajar va? " Tanya Sella

Diva kembali menghadap ke sumber suara dan dan menggeleng, entah hanya dia saja atau entah readers juga ngerasa kalo hari ini kayak ada yang beda

Nggak mungkin setelah kata kata yang gue ucapin ke Juna buat dia makin deket ke gue? Harusnya dia marah kan?
Lirih gadis itu dalam hati

"Emang kemarin lo kemana aja sih enggak belajar? "

"Lo bisa ngomong Juna Vi akhirnya"

"Ya iyalah gue kan ada mulut"

"Gue jalan sama Iqbal"

Fruttttt

"Lo apaansih Rel, minum pelan pelan lagi" Tangan Diva sibuk membersihkan bajunya yang terkena semprotan Farel

"Beneran? "

Diva mengangguk dan mengalihkan pandangannya ke Juna, jujur Diva sangat merindukan pria itu "Juna" Panggil Diva

Juna menoleh dengan kaget antara khayalan dan mimpi yang tak bisa dipercaya "emm? "

"Senyum buat gue, yang tulus" Ucapan gadis itu serius

Juna, pria tampan yang cerdas, tajir dan dingin untuk sebagian orang, memiliki otak cerdas itu pun tersenyum dengan senyuman yang sangat tulus, sebuah senyuman yang mampu membuat kaum hawa yang melihatnya lemas karena takjub

"Makasih"

"Yaelah nih bocah berdua, senyuman aja pakek bilang makasih" Potong Alya sewot

"Juna, temenin gue belajar yok dikelas" Belum sempat Juna menjawab, Sella dengan lancang menarik tangan pria itu menuju ke kelas

Diva hanya bisa meratapi kepergian sahabatnya itu, toh ini yang Diva mau
"Va"

"Diva"

"Woii bocah"

YOU'RE LATE [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang