Kehilangan

2.5K 106 1
                                    

Setelah beberapa minggu,akhirnya gua di kasih sama pak Suga baju basket nomor 07. Itu membuat gua seneng,karena kalo setiap gua latihan,cuman gua sendiri yang pake baju bebas. Dan mesti saat itu rasa sedih ada di hati gua.

"Diss,gua mau cerita sesuatu sama lu?"-Dinda

"Apa?"

"Gua bakalan pindah sekolah."

"What? Setelah apa yang kita lakukan,lu bakalan pergi dari gua."

"Bukan gitu."

"Dinn,ini yang kedua kalinya gua berpisah sama lu."

"Tapi gua gak bisa,maaf gua harus pergi."

"Terserah lu."ucapku sambil pergi dari kelas, yang entah gua bakalan kemana.

"Disaa."terdengar teriakkan Dinda dari kejauhan.

Gua terus menerus berjalan,tak tentu arah. Sampai... Brugk..

"Eh,ati-ati dong kalo jalan."-Razaan,gua nabrak dia. Gak tau kenapa nih yaa,setiap kali ada apa-apa gua pasti ketemunya sama dia.

"Sorry." ucapku langsung pergi.

"Eh,cerewet. Lu mau kemana? Jalannya cepet amat."

"Gak penting." ucapku dari kejauhan.

Lalu setelah aku pergi berjalan-jalan sendiri,aku malah tiba di lapangan. Lalu gua liat bola basket di sana. Dan gua pun memainkan bola basket itu,gua memantul-mantulkannya dengan keras. Dan yang terakhir gua pantulin bener-bener keras,dan terambul jauh ke atas,lalu aku pun berbalik badan.

"Lu kenapa si."-Razaan tiba-tiba ada di depan gua.

"Urusannya sama lu apa ya?" ucapku sambil pergi dari pandangnnya.

"Gua emang gak punya urusan sama lu,tapi setidaknya lu bisa berbagi kesedihan lu ke gua." ucapnya sambil memegang tanganku.

"Gua bilang,ini bukan urusan lu. Lu gak usah so-soan buat baik ke gua."ucapku sambil menghempaskan tangannya dan pergi.

****
Di taman...

"Eh,lu lagi ngapain?"tanya Linda yang mengejutkanku.

"Eh,lin gak papa ko."

"Yakin?"

"Iya,lin."

"Gua,tau lu sedih gara-gara Dinda mau pergikan?"

"Emm,lu tau dari mana?"

"Gua kan temennya Dinda juga,ya gua tau dari mulut dia sendiri."

Gua hanya menghelakan napasssss

"Ya,dia pergi karna kepentingannya sendiri. Jadi lu gak bisa se-sedih ini,kan masih ada anak-anak basket,anak-anak kelas yang ada di sini. Lu jangan terlalu berlebihan ya." lanjutnya
"Gua bakalan bisa jadi pengganti Dinda ko. Selama dia ada di Singapura."

"Makasih lin."

"Iya, sama-sama."

****
"Dinda,lu berangkat kapan?"ucap gua saat gua kagi telponan sama Dinda.

"Besok dis, jam 3 sore."

"Ouh,oke."

"Lu besok anter gua ke bandara ya,sekalian perpisahan."

"Ini bukan perpisahan untuk selamanya ko, di lain hari juga Tuhan bakalan dipertemukan kembali."

"Iya,disa. Oke nanti lagi ya,aku mau siap-siap dulu."

"Oke diss,bayy."

"Bayy."

Seketika telepon terputus.

Lalu gua berjalan ke meja belajar gua,gua ambil laptop dan gua buka galeri. Dan banyak banget foto-foto gua sama Adinda di sana,saat Sd,Smp,Sma. Dinda ultah,gua ultah. Dan apakah kita bakalan bertemu lagi? Gua gak tahu,biarkan waktu yang akan menjawab.

****
Keesokan harinya gua pergi ke bandara seperti yang Adinda bilang. Dia akan pergi ke Singapura. Saat gua baru nyampe di sana, gua liat ada Linda, Pyan,Beny, dan Razaan.

"Disaa!" teriak Dinda dari arah jauh. Lalu gua langsung berlari menghampirinya.

"Din, kalo lu pergi gua sama siapa?" ucapku memelas.

"Kan ada Linda."

"Ya iya, tapi--"

"Diss. Kalo gue gak ikut gua sama siapa di sini, terus kalo gua lama-lama di sini gua juga gak bakalan kuat orang yang sayang lebih memilih orang lain."

"Maksud lo?"

"Emang, ada yang gua rahasiain dari lo. Tapi untuk rahasia yang satu ini, gua gak bisa bilang."

"Soal apa si? Beny?" ucapku mengatakan spontan, padahal si beben itu ada di samping gua.

"Bukan diss. Gua gak bisa bilang. Biar waktu yang jawab aja ya."

"Tatapi dinn."

"(Hanya tersenyum)"

"Gue pergi ya dahh. Lu baik-baik di sini." ucapnya,lalu pergi bersama keluarganya dan membawa kopernya.

"Diss, lu jangan sedih kan ada kita?" ucap Linda sambil memegang pundak.

"Hah? Kita? Razaan juga? Beny juga?" ucapku sambil berbalik badan

"Yaa,iya siapa lagi?"

"Gue? Masih mending gak punya temen, dari pada harus temenan sama mereka berdua. Gua tahu, kesedihan yang Dinda bilang tadi pasti di antara mereka berdua." ucapku menatap Razaan dan Beny

"Loh, ko lu jadi nyalahin gue si? Gue gak tau apa-apa. Lagian gue udah punya pacar da--"-Beny

"Nah karna lu gak tau perasaan Dinda kan!" ucapku sambil pergi dari tempat.

Razaan_

"Lu gak tau apa-apa dis." ucap Linda yang dari tadi melihat punggung Disa.

"Kalo dia gak mau temenan ama kita, gak usah di ajak. Biarin sendiri." ucapku sinis

"Ko gitu sih zaa."-pyan

"Lu gak tau apa-apa, lu diem." ucap Linda

"Sopan dikit? Gak bisa?" ucapku geram.

"Orang kyak lu gak perlu di sopanin." ucap Linda sambil pergi dengan melipatkan kedua tangannya.

"Emang anak basket tuh--" ucapanku terpotong.

"Apa? Nakal? Lu gak inget gua? Temen lu sendiri? Dan padahal lu juga mantan anak basket tadinya! Jangan rendahin anak basket. Karna lu gak bakalan tau apa yang akan terjadi nantinya sama anak basket." ucap pyan tegas.

"Maksud lu?"

"Udeh! Berantem mulu. Cabut dah udeh." ucap Beny sambil pergi. Diikuti oleh Fapyan.

"Duh... Masalah lagi masalah lagi, bosen sama hidup gue sendiri." ucapku dengan kedua tangan berada di saku dan pergi dari tempat.

Adisa_

"Kedua kalinya gua harus kehilangan sahabat gua. Udah lu siapa lagi din?" ucapku di atas ranjang sambil menatapi foto-foto aku bersama Dinda.

"Adinda, Adisa. Nama kita sama, bahkan kita sering di bilang kemabar. Cuman bedanya gua tomboi dan lu super feminim. Nama? Sama, muka? Sama, apa orang yang kita cinta juga sama din?" ucapku sepontan.

"Eh ko tiba-tiba soal cowo ya? Btw emang gue suka sama beben? Duh ada-ada aja." ucapku sambil berdiri dan menepuk keningku.














Jadi...
Votee yaa
Untuk kelanjutannya? Kalian juga bisa comen mau kayak gimana nantinya atau apalah, bisa diatur koo.
Hehe

Ketos vs Kapten BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang