Kabas

2.1K 92 0
                                    

"Dis, sekarang latihan kan. Mau ada pemilihan kabas katanya." ucap Linda sambil mencari sesuatu di tasnya.

"Kabas?" ucap Disa sambil memperhatiakan gerak gerik tangan Linda.

"Kalo kita anak basket atau siapa pun warga Sma sini, nyebut kapten basket itu kabas." ucap nya masih dengan mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Oh kapten basket. Lu nyari apa si llin?"

"Gua cari kaos kaki buat nanti basjet tapi gak ada."

"Yaudah pake yang gua aja nih." ucal Disa setelah dia mengambil kaos kaki dari tasnya.

"Terus lu gmana?"

"Gua ada yang gue pake,udah deh gak papa."

*****
"Nah sekarang kalian main basket aja dulu bapa mantau kalian di samping lapangan, jangan lupa peregangan terlebih dahulu." ucap pak Suga membuka pembicaraan. Lalu berjalan ke arah samping. Dan apalagi ini latihan pertama setelah Disa mengalami cidera kaki gara-gara tersenggol oleh Razaan.

"Eh,gua gak bawa sepatu." ucap salah satu kakel perempuan namanya Viola.

"Terus gimana dong vi." ucap temannya Dian

"Kenapa?" tanya Fapyan kepada kedua anak itu.

"Vivi gak bawa sepatu."

"Terus gimana dong?"

"Yaudah kita mainnya jangan pake sepatu." ucapku menawarkan

"Ihk, nanti kena batu sakit tau." alay Dian

"Iya juga si, kebersamaan gitu ya." ucap vivi

"Iya sesekali." sambung pyan. Lalu semua anak basket membuka sepatu dan permainan dimulai tanpa sepasang sepatu,tetapi peregangan terlebih dahulu ya sebelum memulai olahraga.

Saat di pertengahan Disa melihat Fapyan menghampiri pak Suga, dan entah sedang membicarakan siapa. Namun arah mata mereka berdua seperti sedang memperhatikanku. Sampai aku tak fokus karena terus memperhatikan percakapan mereka berdua.

Brugk...

Aku malah terkena bila basket dan terjatuh,kesakitan. Aku memegangi kepalaku yang mulai merasa pusing.

"Dis,lu gak papa." ucap vivi

"Sorry." ucap Dian. Hanya itu? Terkadang aku tidak suka dengan dirinya.

"Lu gak papa?" terdengar suara pyan.

"Gua pusing doang."

"Bawa aja ke uks." terdebgar suara pak Suga.

"Lu bisa jalannya gak?" tanya pyan

"Gak tau tapi gua pusing."

"Oke." ucap pyan,lalu aku merasakan bahwa pyan mulai mengangkatku.

*****

"Lu mau minum?" tawar pyan setelah membaringkanku di atas martas.

"Boleh."

"Gua ambil dulu." ucap oyan sambil mengambil gekas dan mengisinya dengan air hangat.

"Ini minum dulu." ucapnya sambil menyodorkan gelas berisi air tadi.

"Makasi pyan." ucapku setelh meminum air tadi.

"Lu pulangnya gimana?"

"Ya tinggal pulang."

"Di jemput?"

"Nggak jalan kaki."

"Tapi kan kondisi lu lagi kayak gini. Nanti kalo tiba-tiba pingsan gmana?"

"Alay banget si."

"Ya bukan alay, sesama teman kan harus saling membantu."

"Iya deh pyan, lu kakel sekaligus temen gua yang paling baik. Dan kayaknya gua harus bilang abang atau kakak gitu sama lu."

"Terserah lu dahh, tapi kalo abang lebih keren tuh guanya."

"Hah? Hahahhaha." Tertawa Disa.

"Masih mending kita pulang sekarang aja ya." ucap pyan

"Gua ambil tas lu sama tas gua,lu gua anter pulang. Pake motor gua." ucap Pyan lalu pergi dari tempat.

"Padahal gua gak papa, tapi kenapa para cowo gitu banget sama gua ya. Jadi ge-er gua." gumam Disa dengan tertawa kecilnya.

"Yuk,kita pulang gua udah izin sama pak Agus." ucap pyan dengan nada kesal.

"Lu kenapa? Marah sama gue? Kalo nggak ikhlas gak papa ko, lu bisa main sama yang lainnya." ucapku

"Nggak justru gua seneng kalo gua bisa bantu adik gua."

"Terus lu kenapa marah gitu si?"

"Gak papa dis,yuk gua bantu." ucapnya sambil menggenggam tanganku dan membawaku ke luar gerbang.

******
Sepanjang perjalanan memang Disa tak mengerti kenapa pyan bisa marah,apalagi cara mengendarai motornya itu sangatlah kencang,dan tak sengaja aku melingkarkan tanganku kepada perut pyan. Dan itu tak sengaja. Di perjalanan juga aku memberi tahu arah jalan rumahku.

"Makasih ya udah nganterin."

"Iya,gua pergi dulu yaa lu ati-ati." ucapnya sambil memakai helmnya.

"Ko gua? Kan harusnya lu yang ati-ati."

"Eh iya,duluan ya dah." ucapnya sambil pergi dari pandangan.

**
"Eh anak mamah udah pulang. Makan dulu nih." ucap nyokap,sambil menyodori nasi goreng. Sebuah hal yang membuat Disa senang, karena setiap pulang Disa selalu di sambut hangat oleh ibunya. Tidak seperti dulu,setiap pulangnya selalu ada keheningan.

"Nanti mah mau mandi dulu,abis basket." ucapku sambil naik ke atas tangga.

"Yaudah sana,yang abis olahraga."

Disa memasuki kamarnya, menyimpan tas dan sepatunya. Memasuki kamar mandi, setelah beberapa menit Disa selesai membersihkan diri. Disa langsung mengambil iPhone nya.

"Ada chat? Dari Linda." gumam Disa,lalu Disa langsung membuka pesan dari Linda.

Linda: Dis tau gak waktu lu di uks

You: Paan?

Linda: Lu jadi kabas

"What? Kabas? Kapten basket? Gak yakin dah gua." gumam Disa setengah bahagia setengah tak yakin.

You: Ko gua gak yakin ya?

Linda: Kalo lo gak yakin lo bisa tanyain ke pak Suga

Linda: Tapi ada kabar buruknya juga

You:Buruk?

Mengetik...

You: Lama amats coyy!

Linda: Dian ngiri sama lo,terus jelek-jelekin nama lo di depan anak-anak. Mungkin kak Fapyan denger,dia langsung jelek-jelekin balik Dian. Soal Dian yang pdkt sama Ka Razaan tapi pacaran sama Rian.

You: What? Jelek-jelekin? Parah!

You: Jadi abang gua belain gua.

Linda: Abang?

You:Jadi pyan sama gua udah abang adean gitu deh ceritanya singkat

Linda: Yaudah ceritain

You: Males..

Off

"Apa mungkin muka pyan berubah,karena dia marah sama Dian? Tapi marah juga gak segitunya kan?" gumam Disa






























Thanks for time....
Yang udah baca,semoga gak bosen
Selalu setia,jangan kayak dia kalo udah bosen eh ninggalin, ehh curhat :)
Okehh,guysss. Buat part-part selanjutnya tunggu yaa.
Hehe

Ketos vs Kapten BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang