02

104 7 3
                                    


Hal yang paling aku benci selain kecoa, dan berbagai jenis serangga adalah macet. Macet itu sangat membuang-buang waktu. Berdiam di satu tempat berjam-jam, apakah tidak membosankan? Ditambah lagi dengan bubur yang aku beli ini, aku takut ini cepat mencair!

"Kak, macet banget sih!"

"Ya mana gue tau bakalan semacet ini,"

"Gak bisa apa lo puter arah terus cari jalan lain?"

"Lo liat aja depan belakang kanan kiri semua mobil, gimana gue mau puter arah sih?"

"Nanti bubur gue cair ini!"

"Salah siapa gak lo makan di sana aja! Yaudah uyup aja sih ribet banget"

"Yakali! Masa gue uyup," omelku sambil terus-terusan mengecek bubur ini apakah sudah mulai mencair atau belum.

Dan hal yang paling aku khawatirkan selain uang jajan dipotong mami Irene adalah bubur kesayanganku ini mencair sebelum aku makan. Hanya membayangkannya saja sudah buatku panik. Ya, memang sebucin itu aku pada bubur ayam.

***

Setelah sekitar 1 jam terjebak macet, akhirnya kami sampai rumah. Aku yang sedari tadi khawatir pada bubur ayam ini langsung berlari masuk rumah dan menuju dapur, tanpa memperhatikan mami Irene yang duduk di ruang keluarga sambil menonton tv.

"Haena, hati-hati dong, jangan lari-larian gitu!"

"Maaf mi, ini bubur aku cair ini aduh"

"Kamu beli bubur lagi? Astaga kamu ini kenapa sih terobsesi banget sama bubur!"

Kak Jaehyun yang baru selesai memarkirkan mobilnya dan masuk ke ruang keluarga juga ikut berkomentar,

"Tau tuh mi, ati-ati aja ntar mukanya tambah acak-acakan kaya bubur ayam abis diaduk, haha"

"Hus, kamu ini Jae, hobi banget jailin adek kamu"

"Apasih lo kak! Awas ya lo kalo minta!" kataku sambil membawa mangkuk berisikan bubur ke meja makan.

"Siapa juga yang mau minta! Gak enak, udah cair!" katanya lagi sambil memakan kue brownies yang mami Irene siapkan untuk dirinya.

"Jae, ini kue mami, kalo kamu mau, ambil sendiri dong!"

"Sedikit doang mi hehe. Oh iya mi, papi belum pulang?"

"Iya mi, kok papi pulangnya malem terus sih?"

"Iya, dia katanya lagi sibuk sama yang ngurusin kerja sama, dari luar negeri."

"Luar negeri? Emang papi bisa bahasa Inggris pas ngobrol sama mereka hahaha" kata kak Jaehyun sambil terus memakan kue brownies mami.

"Kamu nih ya Jae, gak adekmu, papimu yang kena ejekan. Jangan-jangan mami juga digituin nih kalo mami lagi gak ada?"

"Enggak lah mami, mami kan cantik hehehe"

"Bohong tuh mi! Pencitraan!" seruku sambil memasang ekspresi meledek.

"Diem lo buryam!"

***

Selesai makan bubur, aku pamit pada mami Irene yang masih di ruang tengah, untuk bersih-bersih dan mengerjakan tugas yang tiada habisnya.

Kak Jaehyun? Entahlah. Sudah selesai menghabiskan kue brownies mami ia masuk ke kamarnya dan tidak lagi terdengar ada kehidupan dalam kamarnya. Dia mungkin tidur, dan bangun lagi tengah malam untuk main game atau kumpul bersama temannya. Aneh memang kakakku ini.

Sesampainya di kamar, aku tidak langsung mandi, tetapi aku memilih untuk rebahan dan menatap langit-langit kamarku dulu yang sengaja aku tempeli stiker bintang dan bulan. Aku sangat suka memandangi langit-langit kamarku ini, selalu merasa tenang setelahnya.

Lets Not Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang