11

35 3 0
                                    

Ternyata mami Irene dan papi Suho tidak jadi menginap di luar kota. Mami Irene bilang tadi meeting nya selesai lebih cepat jadi mereka memutuskan untuk kembali saja ke rumah.

Saat ini kami sedang makan malam, tadi saat di perjalanan mami Irene membeli sundubu jjigae makanan favorit kak Jaehyun dan papi Suho.

Kami makan dengan tenang. Aku tidak cerewet seperti biasanya, sepertinya sih mami Irene dan papi Suho mulai merasa aneh. Tapi mereka diam saja, sambil sesekali menatap ke arahku dan kak Jaehyun bergantian.

"Ehem," kini mami Irene memecahkan keheningan,

"Enak gak Jae sundubu jigaenya? Ini favoritmu kan,"

"Enak mi," jawab kak Jaehyun singkat.

"Haena, kamu suka kan?"

"Haena apa sih yang gak di suka mi, hahahaha" ini bukan aku yang menjawab, tapi papi Suho, ia berusaha melucu agar suasana menjadi cair, sayangnya hanya ia yang tertawa. Begitulah papi Suho.

"Suka, mi," jawabku singkat sambil sedikit tersenyum ke arahnya.

"Hm.. Haena, papi mau bicara sama kamu habis makan ya," papi Suho tiba-tiba merubah ekspresinya jadi lebih serius.

Sebenarnya aku sedikit takut kalau papi Suho sudah serius seperti ini. Ekspresi seperti ini biasanya ia keluarkan saat akan membicarakan suatu yang penting.

"Iya, pi." Jawabku.

***

Selesai makan aku dan mami Irene membereskan sisa makan tadi. Asisten rumah tangga kami sedang pulang kampung karena anaknya melahirkan, dia jadi meminta cuti 2 minggu untuk menemani anaknya.

Papi Suho sudah menungguku di ruang kerjanya, saat masuk ke ruang kerjanya aku melihat papi Suho tidak baik-baik saja. Berulang kali ia memijat dahinya sambil menatap ke laptop, mungkin papi Suho sedang pusing dengan pekerjaannya.

Aku hendak menghampiri meja kerja papi Suho, sepertinya ia belum menyadari aku yang sudah berada di ruangaannya itu.

"Papi.." sapaku padanya,

"Astaga, ya ampun Haena, papi kaget,"

Padahal suaraku tidak dengan nada yang keras yang bisa membuat papi Suho kaget, apakah papi Suho sedang banyak sekali pikiran?

"Maaf pi,"

"Papi mau ngomong apa sama Haena? Kayaknya penting,"

Kataku lalu duduk di sofa yang memang sengaja papi letakan disitu untuk berbaring ketika ia penat dengan pekerjaannya yang selalu menumpuk.

Papi Suho masih belum menjawab, ia seperti bingung harus mengatakan apa kepadaku.

"Pi?"

"Haena, kamu pernah ketemu om Nichkhun dan keluarganya?"

Om Nichkhun? Sebentar, aku sedikit pelupa tapi aku seperti tak asing dan pernah mendengar namanya.

Ah, iya. Tamu yang tempo hari berkunjung ke rumah bersama istrinya yang cantik, dan anaknya yang seingatku bernama Ten.

"Teman papi yang baru pindah dari Thailand?"

"Iya, yang punya anak namanya Ten,"

"Iya ingat pi, kenapa?"

"Ten beda 2 tahun kan denganmu?"

Lagi-lagi aku mendengar kalimat ini. Aku tidak cukup bodoh untuk mencurigai maksud dari kata-kata ini.

Lets Not Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang