Aku dan Jungwoo duduk di taman sekitaran sungai Han. Aku masih menangis, aku memang seperti ini, kalau sudah menangis akan lama untuk berhenti.
Jungwoo masih tetap di sampingku, menatapku dengan penuh tanda tanya tapi tidak sekalipun menanyakan sebenarnya ada apa denganku.
Jungwoo hanya sesekali mengusap punggungku, membuatku menjadi lebih tenang.
"Jungwoo, maaf ya aku ganggu kamu," kataku sambil masih menatap ke bawah, terlalu malu untukku memperlihatkan wajah bengkakku pada Jungwoo.
"Kamu gak perlu sungkan sama aku, Haena, hubungi aku kapanpun kamu mau,"
"Aku gak akan tanya kamu kenapa, aku bakalan nunggu sampai kamu bisa lebih tenang dan siap untuk cerita ke aku, jangan terburu-buru" tambah Jungwoo sembari memberikan senyumannya yang tulus.
"Makasih, Jungwoo.."
Kini tangan Jungwoo menggenggam tanganku, hangat yang kurasakan.
"Semuanya bakalan baik-baik aja, Haena. Aku selalu di sini, untuk kamu."
Mendengar apa yang dikatakan Jungwoo membuatku kembali ingin menangis. Menangis karena terharu dan bahagia lebih tepatnya. Meskipun kami baru saling mengenal, tapi aku sudah merasa dekat dengannya.
Aku.. menginginkannya.
"Udah malem, aku antar pulak yuk? Nanti kamu sakit," ajak Jungwoo.
"Aku gak mau pulang,"
Aku masih cukup takut untuk pulang. Aku belum siap bertemu keluargaku di rumah. Setelah apa yang tadi papi Suho ucapkan, aku jadi merasa sungkan dan asing pada mereka.
"Terus kamu mau tidur di sini? Haena, mereka pasti khawatir sama kamu, pulang yuk?"
"Mereka gak mungkin khawatir sama aku," aku kembali bergetar, menahan tangisanku.
Jungwoo menggenggam tanganku semakin erat.
"Aku tahu mereka baik, karena kamu udah tumbuh jadi orang baik. Semarah apapun mereka sama kamu, atau kamu sama mereka, mereka bakalan tetap sayang sama kamu."
Aku menangis lagi. Bagaimanapun, hanya papi Suho, mami Irene dan kak Jaehyun yang aku punya sekarang.
Aku menuruti Jungwoo untuk pulang. Dia juga mengantarku. Dengan tangannya yang masih terpaut ditanganku.
Setidaknya mengurangi rasa gelisahku untuk kembali ke rumah.
"Udah sampai," kataku saat sudah sampai di depan gerbang rumahku, rumah papi Suho maksudku.
"Sekarang kamu masuk ya, istirahat."
"Iya, Jungwoo," mataku masih sedikit berair. Rasanya aku ingin menangis saja sepanjang malam.
"Haena, kamu mau tau gak apa yang aku benci sekarang?"
"Hm?" tanyaku bingung,
"Aku benci ngeliat kamu nangis," katanya sambil mengusap rambutku.
"Sekarang kamu masuk, tidur, jangan nangis lagi, mengerti?"
"Makasih Jungwoo,"
Akhirnya aku membuka pagar rumah dan masuk ke dalamnya, sebelum ku tutup rapat gerbang aku melihat Jungwoo tersenyum dan mengatakan "Jaljayo."
Di saat-saat seperti ini, masih bisa-bisanya jantungku berdetak dengan cepat.
Saat berbalik badan untuk menuju ke rumah, aku melihat kak Jaehyun sudah berada di hadapanku.
Wajahnya terlihat sangat khawatir. Ia lalu memelukku dengan erat,
"Lo jangan terus-terusan bikin gue khawatir dong," pelukan kak Jaehyun semakin erat.
"Gue minta maaf gak bisa jagain lo," tambahnya.
"Kak.." rasanya berat melanjutkan kalimatku.
"Gue minta maaf, Haena. Gue gak bisa ngelakuin apa-apa," aku merasakan bahu kak Jaehyun bergetar.
"Kak Jaehyun, Haena takut.. Haena takut kehilangan kalian, tapi Haena benci perjodohan ini,"
"Lo gak akan kehilangan siapapun, Haena."
Aku tahu kak Jaehyun saat ini sedang menangis.
Dan aku juga kembali menangis di pelukannya.
Sesak sekali rasanya, aku sangat sayang pada keluarga ini. Dan saat ini aku sedang dihadapkan pada pilihan yang sulit.
Jika aku menolak perjodohan ini, aku tidak tahu bagaimana nanti papi Suho dan mami Irene padaku.
Tapi jika akumenerima perjodohan ini, aku.. aku tidak mau meninggalkan Jungwoo. Aku tidakbisa jika pada akhirnya harus menikah dengan pria yang bahkan tidak aku kenal.
*****
Teman-teman jangan lupa vote dan komentarnya yaaa!:')
Makasih yang udah setia baca sampe chapter ini❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Not Fall In Love
FanfictionKim Jungwoo, laki-laki unik yang menyukai matahari terbit, dan membenci matahari terbenam. copyright©2019/Vinayananayana