Tujuhbelas

1.7K 92 2
                                    

Pintu kamar itu di ketuk pelan.Tak ada jawaban dari sang pemilik.Claudia membuka pintunya dan mendapati pria itu terduduk di ujung kasur membelakanginya.Pria itu menatap jendela kamarnya dengan mata menerawang.

Claudia mendekatinya dengan hati-hati.Ia menyentuh pundaknya dan pria itu tersadar dari lamunannya.Pria itu menoleh padanya,namun sedetik kemudian kembali memandangi jendela.

''Aku akan pergi''ucap Claudia tenang.

Pria itu tidak mengeluarkan sepatah kata hingga akhirnya Claudia mengerti pria itu tidak peduli apapun yang di lakukannya.

''Aku berharap kau menjaga dirimu dengan baik''ucap Claudia lagi sebelum akhirnya ia keluar dari kamar pria itu dan menutup pintunya.

Pria yang rambutnya di kuncir itu tiba-tiba merasa marah.Ia marah pada dirinya sendiri.Ia berteriak sekuat tenaga dan Claudia dapat mendengarnya karena ia masih berdiri di depan pintu kamar pria itu.Ia dapat merasakan kesedihan yang di alami pria itu.Air matanya pun tak dapat lagi di bendung.Ia menangis terisak tapi,ia mencoba mengendalikan diri dengan mengepal tangannya.Ia mengusap cairan bening yang membahasi wajahnya lalu melangkah turun ke lantai bawah.

Claudia menggeret dua koper besarnya menuju taksi yang sudah menunggunya sejak tadi.Ia berbalik kemudian memandangi rumah itu untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan berbagai kenangan yang tercipta di rumah itu sejak ia tinggal di sana.

***

''Kau mau tambah?''tanya Omar pada Agatha yang baru saja menghabiskan sepiring fettucini.

Agatha membelalakan matanya mendengar tawaran pria itu.

''Kau pikir aku tukang makan,huh!''

Omar tertawa pelan.''Aku pikir kekasihku ini masih lapar.Soalnya kau makan dengan lahap,jadi aku berinisiatif menawarkanmu lagi''.Omar tertawa lagi.

Agatha mendengus kesal.Ia melemparkan serbet ke wajah pria itu lalu ia tertawa karena pria itu malah menangkapnya.

''Jadi,urusanmu dengannya sudah selesai?''Omar bertanya kemudian setelah hening beberapa saat.

''Ya.Kami sudah selesai.Game over''jawab Agatha mantap.

''Baguslah.Berarti kita tidak memiliki masalah lagi''

''Aku harap begitu.Kecuali kalau kau bermain di belakangku.Awas saja,aku akan menggigitmu.Kau tahu gigiku ini sangat tajam,lebih tajam dari ikan paus''ucapnya dengan tatapan tajam.Tapi,sayangnya Omar tidak terintimidasi.Ia malah tertawa terbahak-bahak.

''Kenapa kau tertawa?Itu tidak lucu''ucap Agatha yang tiba-tiba merajuk.

Omar terkekeh geli melihat kekasihnya kini terlihat kesal padanya.

''Aku tidak akan menduakanmu,Agatha Brooklyn.Percayalah''

''Aku butuh bukti''

''Waktu yang akan membuktikan betapa besar rasa cintaku padamu''

Agatha memutar bola matanya kesal.''Jangan bersikap sok romantis''

''Aku hanya mencoba''

''Oke,oke.Cukup sudah.Lebih baik kita pergi sekarang.Tony dan Marie pasti sudah menunggu kita''

Agatha beranjak dari duduknya lalu menarik paksa Omar untuk segera berdiri.

''Mengapa kita harus pergi menonton konser?''

''Ayolah.Aku sudah menantikan band ini cukup lama dan sekarang mereka mengadakan konser dan aku ingin menontonnya''

''Bagaimana kalau aku tidak usah ikut?''

Agatha berhenti menyeret paksa pria itu ketika mendengar penolakannya.

''Kau tidak ingin menemaniku?''

''Bukan begitu.Hanya saja aku tidak suka melihat pria-pria yang berpakaian urakan,memakai tato dan anting,celana kedodoran dan...''

''Itu gaya mereka,Omar''

''Aku tahu,tapi aku tidak bisa melihatnya.Aku heran mengapa kau bisa menyukai band itu?''

''Aku menyukai lagu-lagu mereka bukan pakaian mereka lagipula cara berdandan mereka adalah gaya mereka dan aku tidak masalah dengan itu selagi aku menyukainya''

''Aku tidak bermaksud merendahkan seleramu,Agatha tapi,aku tidak bisa menemanimu.Jika kau ingin berbelanja atau berjalan-jalan aku bisa menemanimu tapi,untuk menonton konser rock,maaf aku tidak bisa.Ku harap kau mengerti''

Agatha menghela napas pelan.Ia melirik pria itu dari ujung matanya.Agatha lupa bahwa Omar bukanlah Oscar yang juga menyukai musik keras seperti dirinya.Omar menyukai musik jazz yang lembut walau tidak terlalu fanatik.

''Oke''jawab Agatha kemudian.

''Telepon aku jika sudah selesai''

Agatha mengangguk pelan.Pria itu mencium keningnya dan Agatha pun pergi dengan perasaan campur aduk.Antara bahagia dapat menonton konser idamannya dan kesal karena Omar tidak mau menemaninya.

Saat Agatha akan berbelok gang,ia menoleh ke belakang dan melihat Omar masih belum beranjak dari tempatnya berdiri tadi di depan restoran.Agatha melihat Omar tengah berbicara dengan seorang wanita cantik.Sebenarnya Agatha ingin menghampirinya dan bertanya siapa wanita itu tapi,karena konsernya akan segera di mulai,Agatha memutuskan untuk pergi.Agatha tidak ingin berburuk sangka pada Omar lagipula wanita yang mengobrol dengan kekasihnya itu membawa dua koper yang besar dan Agatha berpikir mungkin wanota itu hanya menanyakan alamat pada Omar.

TBC













Finding Oscar (New Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang