Hari ini adalah hari yang cukup menegangkan bagi Lisa. Sensasinya bahkan lebih mendebarkan jika dibandingkan saat pertama kali kakinya menginjak panggung catwalk.
Itu semua disebabkan oleh Jungkook yang saat ini tengah menggandeng tangannya sembari berjalan memasuki kediaman keluarga Jeon.
Saat ini Lisa hanya dapat mencoba mengatur nafasnya setenang mungkin untuk meredam kegugupannya. Entah kemana nyalinya yang berkobar itu. Namun disatu sisi, ia tetap berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh kalah hari ini. Jungkook dan Somi merupakan haknya. Ia harus mengambil kembali apa yang memang sudah menjadi miliknya.
Jadi tatkala pintu ganda yang menjulang tinggi itu terbuka, Lisa berucap dalam hati untuk tetap melangkah pasti tanpa berniat untuk mundur walaupun hanya satu inchi.
Didalam sana, Jeon Jisung dan Jeon Nara sudah menunggu dengan tatapan mengintimidasi. Tak ada sambutan hangat maupun sekelumit senyum tipis yang terpancar.
"Oh, lihatlah putra bungsumu." Nara berujar pada Jisung sembari tersenyum miring. Ia masih berusaha untuk mengontrol emosinya agar tidak meledak saat ini juga. "Dia mulai berulah lagi."
Lisa dan Jungkook menghentikan langkah tepat dua meter dari presensi Tuan dan Nyonya Jeon berpijak. Mereka membungkuk hormat. Air wajah mereka sungguh terlihat tenang.
"Aku hanya akan menikah dengan Lalisa." Jungkook membuka suara, langsung pada inti permasalahan.
Nara merasa dejavu. Jungkook pernah mengatakan hal semacam ini bertahun-tahun yang lalu. "Tidak, Jeon Jungkook. Kami dan keluarga Jung sudah sepakat akan menikahkanmu dengan Yoonhee dua minggu mendatang." ujar Nara. Ia bersusah payah menahan letupan-letupan emosi yang mulai bergolak didalam kepalanya.
"Aku tidak meminta izin dari Ayah maupun Ibu. Aku hanya ingin memberitahu kalian bahwa aku takkan menikah dengan Yoonhee." Jungkook menarik napas dalam. Tak ada yang salah dengan cinta. Ia sudah lelah hidup dalam kekangan kedua orang tuanya. "Aku juga ingin memberitahu bahwa aku dan Lisa akan melaksanakan upacara pernikahan kami minggu depan."
PLAK!!
Sebuah tamparan keras dilayangkan oleh Jisung tepat pada pipi kiri Jungkook. Nyatanya, meski sedari tadi hanya bungkam, pria berusia lima puluh tahunan itu sedang berusaha untuk mengontrol emosinya mati-matian. "Lancang sekali kau, Jeon Jungkook!! Tak ada yang bisa merubah keputusan kami!!"
Jungkook terdiam sejenak, sementara Lisa tak bisa menyembunyikan keterkejutannya semenjak tangan besar Jisung mendarat pada pipi Jungkook.
"Apa Ayah pernah memiliki satu sumber kebahagiaan?" Jungkook menatap wajah sang Ayah. Pipinya terasa panas, namun sesuatu didalam dadanya jauh lebih terbakar.
"Apa kau perlu bertanya? Tentu saja jawabannya adalah uang." jawab Jisung.
Jungkook tersenyum getir. "Jadi jika Ayah tidak bersama Ibu, maka Ayah akan tetap bahagia? Jika aku dan Seokjin hyung pergi, maka Ayah akan tetap bahagia? Apa Ayah tidak pernah menghargai keberadaan kami?"
"Apa maksudmu?" kali ini Nara menyahut.
"Ayah bilang, sumber kebahagiaannya adalah uang. Jadi jika aku pergi saat ini juga, maka Ayah akan tetap merasa bahagia, bukan?"
"Hentikan omong kosongmu itu, Jeon Jungkook!" seru Jisung.
Jungkook menatap sendu. Apakah kebahagiaan itu begitu mahal untuk dirinya hingga ia tak mampu meraihnya, bahkan dengan uang sekalipun?
"Apakah Ayah dan Ibu akan tetap bahagia jika berpisah?" tanya Jungkook.
Tak ada yang berbicara. Tuan dan Nyonya Jeon bungkam seketika. Pertanyaan yang diberikan Jungkook itu benar-benar menampar mereka secara tak kasat mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
sweetest daddy | lizkook✔
Fanfiction[M] Menjadi salah satu anggota keluarga terkaya di kawasan elit kota Rothenbelle, tak membuat kehidupan Jeon Jungkook semulus yang terlihat. Seorang pria mapan, tampan, dan menawan yang sudah menjelma menjadi seorang Ayah dari seorang anak perempuan...