👑16

30K 3.1K 143
                                    

Aroma cappucino hangat menguar dari cangkir milik Jungkook dan Jimin sejak beberapa saat yang lalu. Alunan musik versi akustik milik Sam Smith dengan lagu Too good at goodbyes mengisi pendengaran, menjadikan suasana di cafe dua puluh empat jam ini begitu teduh.

Sekarang sudah pukul setengah dua dini hari, dan sudah terhitung lima belas menit Jungkook serta Jimin duduk berhadapan dengan saling berdiam diri seperti ini.

Setelah melewati momen pilu tepat pada pukul satu tadi, Jungkook memilih untuk mengajak Jimin ke salah satu cafe yang terletak sekitar lima belas meter dari gedung apartemen Lisa untuk menenangkan diri.

Ada yang perlu diperbaiki dan dipikirkan matang-matang. Jadi Jungkook menyingkirkan ego serta kecemburuannya, dan mulai membuka suara, "Apa kau benar-benar mencintai Lisa?"

Jimin mengangkat bola matanya. Dimainkannya jari telunjuk miliknya disekitar mulut cangkir kopi yang belum tersentuh itu. "Tak ada alasan untuk menjawab tidak. Aku benar-benar mencintainya. Cinta sekali, sampai hampir gila rasanya." ia tersenyum getir.

Jungkook berusaha mengerti akan posisi Jimin meskipun saat ini ia ingin sekali menyiram isi cangkir miliknya tepat ke wajah Jimin. Ada sedikit goresan yang menghasilkan rasa panas di dada Jungkook ketika mendengar dengan jelas bahwa Jimin terang-terangan mengakui perasaannya pada Lisa. "Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Mempertahankan perasaanmu pada Ibu dari Anakku itu?"

Jimin menahan lukanya dan menutupnya dengan senyuman mengejek pada Jungkook. "Kalau aku ingin merebut Lisa dari genggamanmu bagaimana?"

"KAU--"

"Hahaha~" Jimin terbahak melihat reaksi Jungkook yang wajahnya telah memerah bak terkena paparan sinar matahari. "Aniya. Bukankah Lisa sudah bilang padamu bahwa aku ingin merelakannya? Maka apalagi yang harus aku lakukan selain berbalik dan berjalan pergi?"

Jungkook menghembuskan nafas pelan. "Bagaimana dengan Chaeyoung? Apa kau akan meninggalkannya juga?"

"Chaeyoung sudah membenciku. Aku telah banyak berbohong padanya. Aku juga tidak bisa memohon untuk kembali dengannya. Ia pantas mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dariku." jawab Jimin.

Menatap bola mata Jimin yang terlihat mendung dan kosong, Jungkook dapat mengetahui bahwa saat ini Jimin tengah menanggung beban psikis yang tak main-main. Pria bersurai abu itu harus melepaskan cintanya, dan juga mengecap kebencian yang ditujukan padanya dalam satu waktu yang bersamaan.

Jungkook mengerti bagaimana rasanya kehilangan. Jungkook tahu bagaimana rasanya hancur berkeping-keping tatkala cintanya pergi begitu saja. Sedikit-banyak, Jungkook memahami apa yang tengah dirasakan oleh Jimin dan Chaeyoung saat ini.

Sepasang manusia itu sama-sama terluka karena kehilangan cintanya. Namun apakah dengan pergi dan berlarut-larut dalam kesedihan akan menyelesaikan masalah? Jawabannya tentu tidak.

"Apa kau pernah berpikir untuk belajar mencintai Chaeyoung?" tanya Jungkook lagi. Kalau begini, agaknya Jungkook lebih terlihat seperti pakar cinta yang sedang menangani pasiennya, bukan?

Jimin mengedikkan bahunya satu kali. "Kurasa tidak. Aku lebih terfokus pada Lisa. Meski tidak terlalu mengabaikan keberadaan Chaeyoung, aku yakin, aku tetap menyakitinya begitu dalam. Apalagi Chaeyoung sudah menyadari ini sejak lama. Bahkan kini kesabarannya sudah terkuras habis." rasa sesal itu kembali mendobrak dadanya keras-keras.

Chaeyoung adalah perempuan baik-baik. Wanita itu adalah tipikal wanita penyabar dan lembut. Jimin saja yang terlalu bodoh dan terlalu dibutakan oleh cintanya pada Lisa hingga tak menyadari ada sesosok malaikat lain yang dengan sabar menungguinya, dan berharap bahwa ia akan segera tersadar.

sweetest daddy | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang