👑2

30.3K 3.7K 689
                                    

Jadi dengan sedikit rayuan membujuk yang dilancarkan oleh sang Papa, pada akhirnya Somi mengangguk--menyetujui untuk makan siang bersama disebuah restoran kendati eksistensi Yoonhee tak kunjung pergi dari peredarannya.

Namun tentu saja, syarat yang diberikan Somi agar Yoonhee tetap dapat ikut bersama mereka benar-benar tak main-main.

Gadis kecil itu ingin tetap berada pada rengkuhan Jungkook. Ia terduduk dipangkuan sang Papa, memeluk tengkuknya dengan possessive meski pria tampan itu tengah sibuk mengemudikan mobil.

Somi tak membiarkan perhatian Papanya teralihkan sedikitpun pada Yoonhee.

Entah mengapa, Somi hanya tidak begitu menyukai Yoonhee meski wanita cantik itu kerap kali membawakannya banyak hadiah istimewa.

Apa mungkin ini merupakan kali pertama Jungkook membawa wanita spesial ke hadapan Somi hingga gadis kecil itu tak nyaman dengan keberadaan Yoonhee?

Tetapi Yoonhee memang benar-benar bukan tipikal Mama idamannya. Somi tak merasakan sedikitpun ketulusan dari setiap perlakuan Yoonhee. Ia hanya merasa, semua yang dilakukan Yoonhee padanya semata-mata hanya untuk mendapatkan atensi dari sang Papa atau Kakek dan Neneknya.

Apapun itu, Somi tetap tidak menyukai Yoonhee. Terutama ketika perempuan bersurai hitam itu melirik tajam padanya sembari mencebik gemas seperti ingin memakan Somi.

Somi hanya bisa menjulurkan lidahnya tanpa suara pada Yoonhee. Ia semakin memeluk tengkuk Jungkook dengan erat meski sang Papa masih sibuk mengendarai mobil yang melaju dalam kecepatan sedang itu.

Setelah bermenit-menit berlalu dan mereka sampai disebuah restoran mewah dengan dekorasi klasik serta menguarkan nuansa hangat, Somi tak juga mau melepaskan pelukannya dari Jungkook.

"Duh, princess.. Kau sudah semakin berat, sayang." keluh Jungkook dengan kekehan saat Somi semakin mengeratkan pelukan pada tengkuknya--manja.

"Biar saja. Supaya Papa tidak pergi jauh-jauh lagi." jawab Somi dengan bibir yang mempout lucu.

Jungkook hanya terkikik gemas. Ia segera melangkah memasuki restoran tersebut dengan menahan Somi dalam gendongannya menggunakan tangan kanan, sementara tangan kirinya menggenggam tangan Yoonhee dengan hangat.

Sebagai seorang Ayah dan kekasih, dalam situasi seperti ini Jungkook harus tetap bersikap adil dan profesional. Somi hanya memerlukan waktu untuk menerima keberadaan Yoonhee. Jungkook yakin akan hal itu.

"Pesanlah semua makanan yang kalian inginkan." ujar Jungkook seraya menurunkan tubuh Somi dan mendudukkannya dikursi salah satu meja yang akan mereka tempati. "Aku ingin ke toilet sebentar."

"Papa! Aku ikut!" Somi berseru manja. Kedua tangannya dinaikkan--meminta untuk digendong lagi.

Jungkook terkekeh-kekeh dibuatnya. Ia mengusak puncak kepala Somi dan mengecupnya satu kali. "Tidak boleh. Seorang gadis tidak boleh memasuki toilet laki-laki."

"Aku akan menunggu diluar. Kumohon~" Somi memasang wajah memohon, lengkap dengan puppy eyes yang mengingatkan Jungkook pada seseorang di masa lalu dan hal itu sukses membuat rasa nyeri merambat tipis pada bagian dadanya.

"Tidak, sayang." Jungkook berujar hangat. "Tunggu disini dan pesanlah makanan dengan Yoonhee. Papa hanya pergi sebentar dan kalian membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk saling mengenal."

Akhirnya Jungkook memilih untuk berbalik dan melangkah menuju toilet--meninggalkan dua orang gadis dengan jarak usia tiga belas tahun, namun sama-sama saling menatap tajam bak sebuah samurai berkilat yang diacungkan tinggi-tinggi.

Yoonhee berdehem sejenak. "Jeon Somi.. Sebaiknya kau bersikap baik padaku karena cepat atau lambat, aku tetap akan menyandang marga Jeon dan segera berstatus menjadi Mama mu." ujarnya sembari melipat kedua tangan diatas meja dengan angkuh.

Somi menatap wanita dihadapannya dengan pandangan malas. Gadis kecil itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan santai. Menghadapi wanita semacam ini, mengingatkannya pada tokoh-tokoh antagonis pada film-film drama yang pernah beberapa kali ia tonton bersama para nanny-nya. "Tolong jangan bermimpi terlalu tinggi. Papaku takkan menikah dengan wanita menyebalkan semacam dirimu."

Menyebalkan, ya?

Yoonhee tersenyum kering. Jadi sebenarnya siapa yang paling menyebalkan disini? Dirinya yang mencoba mempertahankan posisinya sebagai kekasih dari CEO tampan semacam Jeon Jungkook? Ataukah gadis kecil bernama Jeon Somi yang mulut mungilnya setajam sembilu?

"Dengar, ya, anak kecil." Yoonhee mencoba bersabar dan memberi peringatan kecil. "Papamu itu tergila-gila padaku. Apapun yang terjadi, kami akan tetap menikah meski kau menangis hingga meneteskan darah dari pelupuk mata."

"Coba saja." Somi menatap sengit. Sejak konversasi ini dimulai beberapa menit yang lalu, ia dapat memastikan beribu-ribu persen bahwa wanita bernama Jung Yoonhee itu tidak pantas menikah dengan sang Papa, apalagi sampai menggantikan posisi sang Mama yang telah tiada. "Papa akan tetap memilihku daripada memilih wanita menjengkelkan seperti dirimu yang bahkan tak memiliki rasa malu dengan mengancam putri kesayangan dari kekasihnya sendiri. Tapi, eh, tunggu dulu. Memangnya Papaku menganggapmu sebagai kekasihnya, ya?"

Yoonhee menatapnya dengan geram, sementara Somi memasang senyum angkuh sebelum berujar dengan serius, "Papaku hanya mencintai Mama. Selamanya akan tetap begitu."








°°








"Oh, maaf!" Jungkook membungkuk sebanyak dua kali ketika tubuh kekarnya tak sengaja menabrak seseorang tepat saat ia keluar dari dalam toilet. Meskipun ia berasal dari keluarga terpandang, Jungkook tetap memiliki sopan santun terhadap sesama. Apalagi kali ini ia memang bersalah karena berjalan dengan sedikit terburu-buru seperti tadi.

Namun pada dua detik selanjutnya, ketika kedua tubuh itu kembali berdiri tegap dengan pandangan yang bertemu lurus satu sama lain--Jungkook benar-benar yakin bahwa pasokan oksigen disekitarnya mendadak terkuras habis hingga ia merasakan sesak luar biasa sampai mencekik leher dengan sempurna saat presensi seseorang berdiri dengan kaku dihadapannya, lengkap dengan pandangan yang sama terkejut seperti dirinya.

"L-lisa.."

Perempuan itu; Lalisa Hwang, hanya bisa terdiam membisu dengan mulut yang mendadak kelu. Tubuhnya tiba-tiba terpaku dengan kuat. Ia menelan saliva dengan susah payah. "A-aku.."

Jungkook mengeraskan rahangnya. Luka lama yang telah bertahun-tahun berusaha untuk diobati, kini kembali tersayat dengan dalam. Hatinya berdenyut ngilu bukan main. Ia segera memegang kedua bahu Lisa dan mendorongnya pada dinding--mengunci segala pergerakan wanita itu. "Untuk apa kau muncul kembali dihadapanku?" ia bertanya dengan nada dingin.

Lisa sedikit memberontak. Batinnya meringis tak kalah perih. "L-lepaskan aku.."

Jungkook merasakan sesuatu menggelegak di dalam dadanya. Kebencian, kemarahan, kesakitan, dan kerinduan itu bersatu membentuk sebuah letupan luar biasa. Pandangannya berkilat marah, bola matanya memanas, namun tatapannya mengisyaratkan beribu kepedihan di dalamnya. "Untuk apa kau menginjakkan kaki di kota ini? Aku sangat muak melihat wajahmu yang terus terpampang jelas di dalam kepalaku, dan sekarang kau benar-benar berada dihadapanku dengan nyata."

Lisa berusaha untuk tidak menangis kendati luapan air mata terus saja mendesak untuk dikeluarkan. Ia tahu Jungkook sudah sangat membencinya, dan hal itu sukses membuat jantungnya seakan diremas kuat-kuat. "A-aku.. Aku hanya.."

Namun, sepasang manusia yang tengah dikelilingi oleh atmosfer berkabut dengan segala jenis emosi yang membumbung tinggi itu benar-benar menegang ketika sebuah suara terdengar menyapa indra pendengaran mereka dengan tak terduga.

"Papa.. Siapa dia?"

 Siapa dia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sweetest daddy | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang