PROLOG

654 33 9
                                    

Yeay, dengan mengumpulkan segala niat, air mata, mengingat kembali segala kenangan yang dulu. Eaeaea wkwk gak ding. Akhirnya aku publish cerita pertama aku. Semoga kalian suka, jangan lupa like, comment, dan vote ya ;) btw Happy Birthday juga untuk teman seperjuangan aku @Queennaya, dia author juga loh, search akunnya dan baca ceritanya juga ya, jangan lupa vote. Thank you mwah❤

Suasana yang sepi, tenang, tidak ada kebisingan suara teriakan dari siswa-siswa SMA Antartika. Yaa, ini adalah masa UTS (Ujian Tengah Semester) yang berlangsung selama delapan hari. Gerbang sekolah telah ditutup oleh Pak Warno selaku satpam sekolah yang menandakan bahwa sudah waktunya untuk masuk dan melangsungkan UTS di dalam kelas dan diharamkan bagi Pak Warno untuk membuka gerbang sekolah bagi siswa yang datang terlambat. Namun bukan anak SMA namanya kalau salah satu dari mereka tidak melakukan hal yang dinamakan “terlambat”.

“Mampus gue gerbang udah ditutup lagi.” gumam Zalsa, siswi kelas sepuluh IPA 6 yang terus melaju dengan sepeda motor beat merahnya menuju tempat parkir sekolah yang berada di seberang gedung sekolahnya.

“Taruh situ aja mbak, nanti saya tata” teriak salah satu penjaga parkir sekolahnya.

“Sini pak?” Tanya Zalsa kebingungan.

“Iya mbak, sudah jam masuk ini.”

“Makasih ya pak”

“Eh eh mbak tunggu dulu.”

“Aduh pak apalagi, saya udah telat nih.”

“Helmnya copot dulu mbak, helm bawaan motor masak mau dibawa ke kelas.”

Sebenarnya tidak ada larangan untuk membawa helm ber merk apapun ke dalam kelas. Karena memang pihak sekolah telah memfasilitasi rak di dalam kelas khusus untuk helm. Tujuannya supaya tidak hilang ataupun lecet bila ditaruh di parkiran. Maklum kebanyakan helm anak SMA Antartika itu helmnya ber merk yang harganya sekitar 250-300 ribu. Namun Zalsa memilih untuk meninggalkan helmnya di parkiran saja karena nanti salah satu dari temannya akan nyeletuk “Yaelah Sa, helm Honda gini aja taruh kelas, sapa juga yang mau ngambil”

“Hehe oh iya helm saya, titip ya pak. Makasih”

Secepat kilat Zalsa berlari menuju gerbang sekolah yang memang sudah ditutup. Ia celingak-celinguk mencari Pak Warno sambil teriak dengan suara cempreng yang dimilikinya.

“Pak Warno, bukain pak. Pakkk”

“Berisik banget sih lo woi.” suara itu muncul tiba-tiba dari belakang dan saat Zalsa menoleh ternyata dia tidak sendiri, ada seorang cowok, iya cowok yang dia juga telat. Zalsa merasa lega, seenggaknya ada temennya lah ya, meskipun dia nggak kenal itu siapa.

“Kita ini telat, ya kudu berisik lah. Biar ni gerbang kebuka.”

“Kita? Lo tau gue telat juga?”

“Nenek rabun abis sholat juga tau kali, lo yang berdiri di hadapan gue masih pake tas, nenteng jaket, seragam masih nyala gak kusam. Lo pasti anak kelas sepuluh juga kan. Udah deh bantuin gue manggil Pak Warno.”

“Gila nyerocos amat lo, masih pagi juga.”

Zalsa tak memperdulikan balasan dari cowok itu dan terus berteriak memanggil Pak Warno.

“Mbak, kok telat sih. Ini kan hari pertama ujian.” Muncul Pak Warno berjalan menuju gerbang untuk membukanya.

“Kesiangan” singkat Zalsa. “Lo ngapain diem disitu, gak mau masuk?” tanya Zalsa pada cowok asing itu.

“Oh iyaiya, makasih ya Pak. Mari.” ucap sopan cowok itu ke Pak Warno, satpam sekolah.

“Gue heran deh, kok Pak Warno mau bukain gerbang buat lo.”

“Pak Warno itu dulunya temen smp bokap gue.”

“Ohhh..” jawab cowok asing itu seraya paham dengan ucapan Zalsa.

Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri lorong lobby untuk menuju ke kelas ujian masing-masing. Tapi, tidak semudah itu, dari kejauhan mereka melihat Pak Karno, kepala sekolahnya sedang berjalan dan menatap heran kepada mereka berdua.

“Assalamualaikum Pak, selamat pagi.” sapa Zalsa dan juga cowok asing itu.

“Waalaikumsalam, kenapa kalian terlambat?”

“Maaf pak, kami berdua tadi habis ngebantuin orang kecelakaan pak, di depan museum Mpu Tantular.” sahut cowok asing itu dan Zalsa nampak kebingungan. “Lah, sakit ni cowok” gumam Zalsa dalam hati.

“Ohh begitu, yasudah kalian boleh masuk. Kalau ditanya guru pengawas bilang kalian sudah bertemu saya.”

Sudah tidak asing lagi bagi siswa sekolah ini, bahwa setiap siswa yang terlambat pada saat ujian, harus menemui kepala sekolah dengan membawa surat pernyataan dari beliau selaku kepala sekolah yang mengizinkan siswa tersebut boleh mengikuti ujian. Informasi tersebut selalu disampaikan setiap wali kelas ke anak didiknya.

“Boleh juga alasannya.”

“Nipu dikit dalam keadaan genting itu kadang perlu”

Tak ada balasan dari Zalsa, dia hanya diam dan terus mencari dimana lokasi kelas ujiannya.

“Gue kayaknya kenal lo deh.”

“Gue emang terkenal sih.” Sahut Zalsa.

“Nama instagram lo keyzals kan?”

“Iya, kok lo tau? Lo stalk gue ya.”

“Gila, pede banget lu.”

“Udah deh ngaku aja, gengsi amat nyatain perasaan.”

“Perasaan apaan?”

“Perasaan lo yang stalking ig gue.”

“Serah lo dah, ntar gue Line ya minta contekan.”

Si cowok asing itu pun pergi meninggalkan Zalsa sendiri, karena memang kelas ujian mereka yang berbeda. Zalsa tak menghiraukan apa yang dikatakan cowok itu dan terus berjalan hingga ia masuk ke kelas ujiannya.

GavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang