1.

103 14 2
                                    

Sepulang sekolah Adiba membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia bosan jika terus seperti ini, dia juga ingin bahagia merasakan masa SMA nya.

Lagi-lagi realita tak seindah ekspetasi.

Adiba beranjak dari kasurnya dan turun kebawah untuk mengambil air minum, karena ia sangat haus.

Setelah meneguk minuman yang Adiba ambil ia tersentak kaget melihat keberadaan kakaknya. Nata.

"Minggir!" Nadanya ketus, namun tatapannya dingin.

Refleks Echa menghindar dari depan pintu kulkas. Echa menatap sendu kearah kakaknya itu, kakak yang selalu ia bangga banggakan kepada teman-temannya saat kecil. Tidak ada lagi Nata yang teduh, kini hanya tatapan datar saja yang Echa terima.

"Kak," ujar Echa was-was.

Tidak ada sahutan atau jawaban dari kakaknya itu. Echa menghela nafas panjang.

'huft'

Echa pun menyerah, ia kembali ke kamarnya. Moodnya kini tidak baik-baik saja. Belum ia melangkah namun sebuah intruksi membuatnya menoleh kebelakang.

"Besok." Ujar Nata. Echa mengernyit dahinya, 'besok?' tanya nya dalam hati.

"Maksudnya?"

"Besok di sekolah jangan so kenal so dekat sama gue."

Hati Echa seketika teriris oleh perkataan Nata barusan. Apa maksudnya? Mata Echa kini berkaca-kaca.

"Tapi kenapa?" Tanya Echa sambil bergetar.

"Karena gue. Benci lo!" Ujar Nata sambil melenggang pergi meninggalkan Echa.

Echa pun langsung berlari ke kamarnya sekencang mungkin. Yang ia butuhkan sekarang hanya mengurung dirinya di kamar, sendirian.

"Hiks... Hiks... Hiks sakit!" Pekik Echa sambil memukul mukul dadanya yang sesak.

"Tuhan... Echa capek! Echa pingin jadi anak kecil lagi! Echa pingin Kakak kesayangan Echa berubah jadi dulu lagi hiks..."

Echa mengusap air mata nya kasar. "Apa gunanya Echa hidup? Echa ingin bahagia kayak orang lain, Echa ingin merasakan bagaimana orang diperlukan baik oleh kakaknya."

"Setidaknya kalau benci Echa jangan gini caranya! Arghs." Ringgis Echa sambil memukul kepalanya. "ECHA.BENCI.DIRI ECHA SENDIRI!!!!"

"Echa sayang? Kenapa teriak-teriak nak?" Teriak bundanya Echa, Nindy. Dari luar.

"Ehh enggak Bun, Echa lagi nonton drama Korea." Alibinya.

"Kamu nangis sayang?" Tanya bundanya dari balik pintu.

"Engh anu bunda emm ini drama nya sedih banget. Jadi Echa nangis deh." Bohong nya.

"Kamu gak sopan banget biarin bunda ngomong dibalik pintu kayak gini?"

'aduhh lupa! Mampus deh!'

Echa langsung beranjak dari kasurnya dan membuka pintu nya. Echa nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf bunda." Ringgisnya.

"Iya bunda maafkan." Ucap bunda sambil mengelus kepala putri satu-satunya itu. "Bunda nggak ngijinin kamu nonton drama Korea lagi ah!" Lanjutnya.

'emang Echa suka? Ya enggak lah!!' gerutunya dalam hati. "Hehe Iyah Bun nggak akan lagi."

"Tuh idung udah merah juga! Cepet cuci muka terus kebawah, makan malam dulu. Ayah udah nunggu dibawah."

Echa langsung berbinar senang, "ayah udah pulang Bun?" Hendak ingin berlari menuju kebawah Nindy mencegah "cuci muka dulu zeyenk." Ucap Nindy sambil mengucapkan kata yang sedang trend dikalangan remaja.

"Dihh bunda-bunda hits!!!" Geram Echa.

Nindy hanya mampu terkekeh geli ditempatnya. Dan Echa pun kembali masuk ke kamarnya untuk mencuci muka...

%%%

Kepingan Yang Terlupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang