20.

18 6 0
                                    

"hiks hiks hiks" tangis seorang gadis kecil, disebuah taman.

"Kamu kenapa nangis?" Sapa seorang anak laki-laki.

"Kakak ku jahat!"

Anak laki-laki itu tidak mengerti apa yang dimaksud gadis yang berada di hadapannya itu.

"Kakak ku itu sep-seperti Monster," racau gadis itu. "Oh iya dan dia itu jahat seperti ibu tirinya cenderella," lanjutnya.

Gadis itu terus saja menangis dan meracau tidak jelas. Anak laki-laki itu melihat sebuah bunga dandelion dan langsung memetiknya dan diberikan kepada gadis kecil itu.

"Nihh," ujar laki-laki itu.

"Apa?" Tanya gadis kecil itu polos.

"Kamu tiup bung-" ucapan anak laki-laki itu terpotong. "STOP! jangan dulu, sebelum kamu tiup. Kamu harus membuat permohonan dulu, ter-"

"Terus apa?"

"Terus permohonan kamu akan terkabul deh."

"Oh ya?" Tanya gadis itu dengan mata berbinar.

"Coba aja."

Gadis itu membuat permohonan dalam hati, dan langsung meniupnya.

"Udah?" Tanya anak laki-laki itu.

"Udah..." Ujar gadis itu sambil tersenyum lebar.

"Nah gitu dong senyum dasar cengeng!"

Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal, "nam-"

"Aku pulang dulu ya gadis cantik. Nanti besok aku kembali lagi kesini dahhh."

'brukk!'

"Mimpi itu lagi? Apakah ini sebuah teka-teki yang harus gue pecahkan?" Ucap Echa bermonolog.

"Oke gue akan pecahin teka teki ini," ujar Echa menunjukkan tatapan devilnya.

05:00

Echa turun dari ranjangnya dan bersiap untuk bersekolah.

Setelah siap dengan semuanya dan dengan make up simplenya membuat mukanya terkesan natural. Tidak seperti kakak kakak kelas yang kecentilan dengan make up yang menor. Sudah seperti cabenya emak di dapur wkwk.

"Selamat pagi bunda, ayah." Sapa Echa dengan senyuman yang terpancar dari wajahnya.

"Pagi sayang, cepat serapan, terus bareng sama kakak ya sayang? Soalnya papah nggak akan kekantor hari ini."ucap Adi-ayahnya Echa.

Tatapan Echa beralih kepada Nata. Yang melihat kearahnya datar tanpa ekspresi, hanya ada tatapan kebencian saja disana. Tidak ada tatapan kasih sayang atau apapun itu.

"Tapi pah..."

"Nggak ada tapi tapi an sayang, kamu harus bareng sama kakak kamu. Biar aman," ucap bundanya Echa.

'yang ada bisa mati gue kalo bareng dia!!! Tuhan kali ini aja bantuin Echa!!!'

Tok... Tok... Tok..

"Biar Bunda yang buka in," kata bunda sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Echa ada teman mu diluar!" Teriak Nindy-Bundanya Echa dan nata tentunya.

"Siapa Bun?" Tanya Echa sambil melihat keluar.

"Eh.. Rafa? Ada apa ya?" Tanya Echa canggung.

"Gue mau jemput Lo My," ajak Rafa.

"Emh gu--gue..."

"Nggak ada penolakan! Cepetan bawa tasnya sana!" Titah Rafa sambil mendorong tubuh Echa.

"Iye iye tunggu sebentar..."

Echa bergegas membawa tasnya, dan tidak lupa berpamitan dengan kedua orangtuanya.

"Hati-hati ya nak... Jangan ngebut ya nak Rafa ya..."

"Iya Bunda siap!" jawab Rafa mantap. Sambil mengacungkan kedua jempol nya.

Mereka pun melaju dengan kecepatan sedang dibawah rata-rata. Rafa menarik lengan Echa untuk melingkar kan tangannya di pinggang nya. Dan menggenggam nya erat, seperti tidak ingin ditinggalkan untuk kedua kalinya.

"My... Gue nyaman kalo deket sama Lo," kata Rafa tulus.

Gue juga selalu nyaman dan aman kalo Lo selalu ada buat gue.

Echa mengeratkan pelukan dipinggang Rafa ia terlalu nyaman sehingga banyak mata yang melihat dirinya. Echa menghiraukan tatapan mereka.

'dihh so kecantikan banget tuh si Echa!'

Emang kali!

'liat-liat my baby honey gue di rebut sama si cupu itu!'

Dih lo kali ah yang cupu!

Begitulah balasan balasan Echa untuk nyinyiran orang-orang yang memang banyak yang mengagumi Rafa. Rafa adalah seorang Most Wanted Boy di sekolah ini. Banyak yang mengagumi sehingga mereka membuat akun ig yang tidak bermoral itu!

"Lo nggak papa kan My?" Tanya Rafa khawatir melihat raut kekesalan Echa.

"Nggak papa sih cuman ya kesel aja. Tuh mulut kayaknya nggak bisa di jaga banget! Kesel kan jadinya gue!" Gerutu Echa.

"Nih pake," Rafa memberikan earphone kepada Echa.

"Emh hehe makasih Rafa," dengan senang hati, Echa menerima uluran earphone nya dan memakaikanya ditelinga nya.

"Iya sama-sama My," Rafa mengacak acak rambut Echa sehingga tidak berbentuk.

"Apa-apaan sih lo! Berantakan kan jadinya," Echa membereskan kembali rambutnya yang rusak oleh Rafa.

"Hehe maaf ya Mynya Auris."

Merasa tidak nyaman dengan sebutan itu, Echa menatap intens kearah Rafa.

"Lo kayak anak kecil laki-laki yang selalu ada di mimpi gue Fa,"

🌹🌹🌹

TBC!
VOMENT GUYS!

Kepingan Yang Terlupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang