Kini, hujan bahagiaku kembali.
-AdbAfshnMysh-
"Dari mana aja kamu?" Dingin, tanpa ekspresi, Echa sudah tahu pasti itu adalah suara Nata.
"Harusnya Echa yang nanya ke kakak. Kenapa kakak dengan teganya tinggalin Echa?!" Echa menyeka air matanya kasar. "Iya! Kakak gak usah jawab, Echa udah tahu apa alesan kakak tinggalin Echa!"
Nata menyeringai dan menatap Echa tajam, "TAU?!" Teriak Nata "IYA?! hmmm?"
Seketika pertahanan keberanian Echa menciut. Hanya dengan suara dingin Nata.
"Kamu yang menyebabkan kakak jadi benci sama kamu!" Nata dengan suara dinginnya.
"Kamu yang udah ngerebut semua yang kakak punya! ADIBA AFSHEEN MYESHA!" Bentak Nata.
"Echa rebut apa dari kakak?" Tanya Echa dengan mata sembab.
"Dan meskipun kakak kasih tahu. Kamu gak bakalan ngerti!"
"Gimana Echa bisa ngerti... Kalo kakak juga gak ngasih tahu Echa?"
Nata tidak menggubris perkataan Echa. Lalu berlalu begitu saja tanpa merasa bersalah. Dan di tempat yang sama Echa tidak beranjak kemana mana. Langit sedang mendung dan tak lama hujan turun, langitpun ikut menangis bersama hujan air mata yang keluar dari mata indah Echa.
"Bunda... Cepetan pulang... Echa pengen sama bunda." Lirih Echa sambil duduk memeluk erat lututnya.
Tiba-tiba Echa merasa ada orang yang menghampirinya. Echa pun mendongak, siapa tahu kakaknya memiliki simpati padanya. Dan Echa salah besar. Ternyata dia... Veri.
"Emh... Veri! Kok kamu ada disini sih?!" Tanya Echa dengan ciri khas suara orang habis menangis. "Bukannya tadi udah pulang?" Lanjutnya.
"Ya iyalah! Orang aku rumahnya disana... Tuhhh." Tunjuk Veri dengan dagu nya.
"Kok kamu gak bilang kita tetanggaan?! Pantesan kamu so soan mau nganterin aku!" Echa sambil melihat rumah tingkat 2 bernuansa cat putih berhadapan dengan rumahnya.
"Gimana mau cerita, kamunya gak nanya!" Sewot Veri.
"Dihh mau di tanya aja!" Balas Echa tak mau kalah.
"Ya iya lah." Veri sambil memutar bola matanya malas.
"Iya deh maaf."
Hema tidak menggubris perkataan Echa. Ia masih kesal dengan Echa bukannya disambut malah dibuatnya kesal.
"Aihh marahannya kayak cewek, susah di bujuk."
"...."
"Iya...iya... Maafin Echa ya Veriii." Pinta Echa sambil menunjukan puppy eyes andalannya.
"Oke." Balas Veri singkat.
"Oke?" Tanya Echa pura-pura tidak mengerti.
"Oke, aku maafin kamu Echa," Ujar Veri geram.
"Kamu kenapa gak masuk rumah? Ini dingin loh?.." lanjutnya.
"Siapa bilang ini panas!"
"Masuk! Nanti sakit," Ucapnya tegas.
"Apaan sih Veri lebay banget deh!!! Aku udah biasa kali ujan ujanan."
"Hah? Biasa kata kamu?" Tanya Veri khawatir.
"Ya iyalah. Kalo aku sedih pasti__" Echa hampir saja keceplosan dan langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Pasti apa?" Tanya Veri penasaran, sambil menyipitkan matanya.
"Kepo!" Ketus Echa. "Ayok ah jangan disini. Aku lagi gak mau ada di rumah."
"Gak! Kamu harus minta ijin dulu sama mama kamu." Titah Veri.
"Bunda belum pulang ke rumah Veriii..."
"Kakak?"
"Kakak ak-"
"Tante?" Potong Veri.
"Aku ga--"
"Ayah?" Potong nya lagi.
"ver-"
"Ad---"
"VERI!!" Bentak Echa geram.
"Hehe, yaudah apa?" Tanya Veri dengan cengengesan andalannya.
"Bunda sama Ayah belum pulang," Echa menghela nafas berat. "Kakak aku... Emm gak tau deh! Ayo ah aku lagi males di rumah," ujar Eca sambil menarik lengan Veri.
Di belakang jendela Nata melihat keakraban mereka, harusnya ia yang di ajak hujan-hujanan oleh Eca, harusnya ia yang tertawa bersama Eca. Harusnya..... Dia. NATA.
"AAARGHHH" Teriak Nata frustasi.
****
"Eh! Eh! Pelan-pelan jalannya dong ca, liat payung nya langsung rusak." Ujar Veri sambil melihat sendu ke arah payungnya.
Eca malah merebut payung dari genggaman Veri, langsung membuangnya ke selokan. Jahat memang.
"Lah.. lah... Kenapa malah kamu buang sih ca." Veri tidak terima, Eca menghentikan langkahnya.
"Kita ujan ujanan!!!" Seru Eca sumringah.
"Tapi kan---"
"Huuuaaaaa!!! Ini asik kan Veriii???" Sorak gembira pun keluar dari mulut Eca.
Melihat Eca kembali bahagia, Veri pun merasa sangat bersyukur. Lalu Veri mengikuti langkah Eca yang berlari lari kecil sambil melompat lompat.
Mereka melompat ke jalan yang berlubang sambil tertawa lepas. Dan menikmati air hujan yang turun setiap butirnya. Di lain tempat ada seseorang yang merhatikan kebahagiaan mereka, sambil tersenyum kecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Yang Terlupakan
Teen FictionTeruntuk kamu... Cahaya terindah dilangitku yang sepi... Kamu tak perlu tahu seluas apa angkasa raya tercipta.... Atau setinggi apa tempat mu berada... Karena semua yang menjadi bukti berada di paling hati ini... Satu yang ku ingin kau tahu... Sedal...