17.

20 6 0
                                    

Hari ini adalah hari libur, karena SMA Negeri Jakarta mengadakan rapat orang tua. Dan sekarang orang tua yang bersekolah.

Echa masih bermanja-manja dengan selimut tebal miliknya. Ia malas untuk bangun. Lagi pula tidak ada yang mengajaknya bermain?

Namun matanya malah tidak bisa ditidurkan lagi karena teriakan melengking milik bundanya. Jadi ia terpaksa dan mencoba kembali tidur, namun nihil. Matanya tidak bisa berkompromi dengannya, Echa pun bangun dan duduk dimeja belajarnya. Ia memandang kedepan jendela yang berada didepan meja belajar miliknya.

"Huft..." Ia menghela nafas panjang.

Echa menjadi ingat perkataan Rafa kemarin. Dan tentang kedekatan bundanya dengan Rafa. Waktu kemarin Rafa membawa Echa kehutan, hutan itu tidak terasa asing. Didalam hutan itu ada sebuah rumah pohon yang berukuran lebih besar dari miliknya.

FB ON.

"Lo mau bawa gue kemana sih?" gerutu Echa. Bahwasannya ini sudah satu jam duduk di jok nya, membuat punggungnya keram.

"Bentar lagi." Balas Rafa, ia untuk malas mendengar gerutuan yang keluar dari mulut mungil Echa.

Rafa memarkirkan motor sportnya di warung yang ada di sekitarnya, tempat itu sunyi hanya ada suara serangga dan burung-burung yang berkicauan. Veri turun dari motornya dan diikuti oleh Echa.

"Ini tempat apa?" Tanya Echa.

"Nanti, bukan ini yang mau gue tunjukin." Balas Rafa santai.

Echa hanya memutar bola matanya malas.

"Mang! Rafa titip motornya ya bentar,"kata Rafa kepada pemilik warung itu.

"Iya." Balas pemilik warung itu.

Rafa pun berjalan menuju sebuah hutan. "Eh eh tunggu dong Raf!!" Teriak Echa tidak terima ditinggalkan begitu saja.

Rafa menghiraukannya dan terus berjalan, sedangkan Echa sibuk dengan meng sejajarkan langkahnya dengan langkah lebar milik Rafa.

"Lo bisa gak sih jalannya santai?"

"Ini udah paling santai."

Echa menatap geram pada Rafa, namun amarahnya padam begitu saja karena melihat sesuatu yang indah yang dihadapannya.

"Waw!" Kagumnya.

Echa melihat sebuah rumah pohon, dengan sedikit hiasan-hiasan berada disekitarnya, hanya sedikit. Ia melihat banyak sarang laba-laba disana. "sayang gak keurus," gumamnya yang terdengar jelas di telinga Rafa.

"Iya, sekitar tujuh tahun gue gak kesini." Ucap Rafa lirih.

"Tujuh tahun? Ini milik Lo?"

"Iya nama rumah pohon itu 'My Auris'," nama gue dan nama Lo. Lanjut Rafa dalam hati. Namun Echa tidak menyadari hal itu.

Echa mendongak terpampang di depan rumah itu 'MY AURIS' Lalu ia menarik pergelangan tangan Rafa untuk naik kerumah pohon itu.

Echa menelusuri setiap inci rumah pohon itu. Banyak foto dua anak kecil di foto itu, seorang anak kecil perempuan dan laki-laki. Namun setelah ia amati, itu adalah foto dirinya saat kecil. Ia langsung mengalihkan tatapan dari itu dan menatap lekat Rafa.

"Ini kan foto gue waktu kecil?" Echa mengernyit dahinya, ia mulai berfikir keras. 'MY AURIS? My, nama gue Myesha. dan auris, nama Rafa. Rafardhan Auristela. Ya! Tapi gue gak inget, ada apa dengan gue?' Echa terus berfikir hingga kepalanya terasa pening dan berat. Tak lama ia terjatuh pingsan.

Rafa melihat itu kepanikan dan mengambil sesuatu yang bisa membuat Echa sadar. Kayu putih? Ya dia mengobrak abrik ransel milih Echa. Ia tahu sejak dulu Echa menyukai kayu putih, sehingga kemanapun ia pergi akan membawa benda itu.

Dan Yap ketemu. Rafa menyodorkan benda itu ke hidung nya dan berhasil Echa pun terbangun.

"Ini maksudnya apa Raf?" tanya Echa dengan suara parau.

"Lo nggak inget?"

Echa menggeleng lemah. Dan Rafa pun menghela nafasnya kasar.

"Yaudah jangan maksain difikirin." Lanjutnya.

Dan mereka pun langsung pulang karena khawatir dengan keadaan Echa.

FB OFF

Kepingan Yang Terlupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang