Nothing much different, from yesterday.
Same old days.
It's just you're not here.
'
'
'
Kadang aku bertanya, untuk apa memiliki perasaan? Memangnya penting? Padahal menurutku seandainya tidak merasakan apapun pasti menyenangkan, untuk orang orang sepertiku. Bukan, ini bukan untuk kalian.Tidak ada rasa sakit.
Tidak ada rasa sepi.
Tidak ada rasa takut.
Pasti menyenangkan.
Seharusnya orang-orang mengerti, seharusnya juga memahaminya.
Bagaimana perasaan orang-orang, apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka benci, dan apa yang mereka takuti. Bukan hanya menutup mata lalu berpura-pura tidak tahu.Kalau sudah seperti itu, sekarang siapa yang tidak punya perasaan? Siapa yang mati rasa?
Ah rasanya muak sekali.
"Heh, tadi kau berani menatapku sekarang kenapa hanya tertunduk begitu?" gadis itu menjambak rambutku, mendongakkan wajah lebam ini agar menghadap wajahnya. Salah satu, dia salah satu orang dari sekian banyak yang melakukan hal ini. Tidak usah dihitung, karena ada banyak. Aku saja sampai lupa.
"Sialan, ibunya saja membenci nya."
Plakk
Plakk
---
Cklekk
Jungkook membuka pintu apartemennya, ia melihat sekitar dan sepi. Sudah 9 hari sejak terakhir kali ia meninggalkan apartemennya. Wajahnya nampak serius, rambutnya sedikit berantakan dan bajunya lusuh. Ia terlihat letih dengan pakaian yang berantakan.
He's back.
Ia tidak langsung mendapati Ji yan. Biasanya setiap ia keluar, Ji yan akan menunggunya tepat didepan pintu. Apa ia kabur? Ah tidak mungkin. Atau dia pingsan? Aku lebih dari seminggu tidak pulang. Apa mungkin bahan makanan habis? Batin Jungkook.
Is he worry? Or--
Ternyata Ji yan terduduk di samping ranjang di kamar Jungkook. Kepalanya bertumpu pada pinggiran ranjang. Ia tertidur sepertinya, terdengar ada sedikit dengkuran halus. Juga wajahnya yang terlihat berkali-kali lipat lebih innocent dari biasa nya. Aduh, Jungkook jadi susah memalingkan pandangan.
Jadi selama Jungkook pergi Ji yan tidak tidur di kasur?
Jungkook membangunkannya segera. Sekali dua kali, Ji yan nampak mengerjapkan matanya. Bertanya pada dirinya sendiri apa ini mimpi atau apa. "Cepat ganti pakaianmu, aku akan mandi dulu." Jungkook tidak memberi kesempatan untuk Ji yan bertanya. Kemana saja ia? Atau untuk sekedar mengungkapkan perasaannya.
'Aku senang kau kembali.'
Setelah Jungkook rapi, Ji yan pun sudah mengganti pakaiannya. Jungkook membawa Ji yan pergi. Selama Jungkook menyetir, Ji yan bingung. Sebenarnya ia sangat senang, namun melihat ekspresi Jungkook yang sepertinya sedang tidak dalam suasana hati yang baik mengurungkan niatnya untuk mengajaknya bicara.
"Apa persediaan makanannya cukup?" Jungkook bertanya, setelah puluhan menit yang hening namun matanya masih berfokus pada jalan. Tangannya juga masih menggenggam kemudi dengan sekali-kali me mengetuk-ngetuk nya. Mungkin saking sunyinya keadaan di dalam mobil itu sedari tadi.
Namun Ji yan tersenyum diajak bicara oleh Jungkook. "Tenang saja, masih banyak kok Ahju-- Oppa!" Ji yan sengaja menyisahkan banyak makanan di dalam lemari pendingin. Menurutnya makanan sebanyak itu tidak pantas untuknya, entah Jungkook yang membelinya agak banyak atau Ji yan yang sengaja memakan setengah dari stok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless. 'J.J.K'
Fanfiction[DIBUKUKAN] Saat seseorang lebih merasa bahwa ia digilai, bukan dicintai. Memaksa wanita dengan rambut pendek bernama Ji yan menerima semua perlakuan Jeon Jungkook. Bahkan saat belum saling mengenal, pemuda Jeon itu dengan bibir manisnya berkata, ...