9 : Ji -Drug

5.8K 812 238
                                    

Jack, Keta-?
'
'
'

"Jadi kau sudah tau, hm?"

Tau? Yang mana? Ji yan menghapus air matanya dengan telapak tangan, sedikit menengok ke arah Jungkook yang masih betah memeluknya. Kepalanya juga masih berada di pundak Ji yan. "Tentang kau? Soal semua ini?" Jungkook melepaskan pelukannya, lalu membalikan tubuh Ji yan jadi menghadapnya. Sedikit menghapus sisa air mata di sudut mata Ji yan. Jungkook menggeleng pelan, "Tentang penculikan ini Ji."

"Kalau tentang aku- bisa dibilang pengetahuanmu nol." Ji yan terkekeh sebentar, "Aku tau ahjussi, setidaknya aku tau namamu kan? Lagipula menurutku ini sebuah penyelamatan bukan penculikan." Ji yan terlihat yakin di kalimat nya, membuat Jungkook sedikit tersenyum.

'Penyelamatan? Kau yakin Ji?'

Jungkook merapihkan poni Ji yan. Menatanya agar sedikit rapih, "Iya, setidaknya tau nama Jeon Jungkook yang tampan ini." Mereka tertawa bersama, menikmati suasana hangat di dalam kamar. Sekarang musim dingin, tapi entah bagaimana rasanya hangat di dalam sini. Mungkin karena tubuh hangat Jungkook yang menyelimuti tubuh Ji yan.

Warm like a summer miracle.

"Mau makan bersama di luar? Aku tau restoran enak." Ji yan tersenyum, "Apa bahan makanannya habis lagi?" tanya Ji yan. Karena biasanya Jungkook hanya akan mengajaknya makan di luar apabila makanan di kulkas sudah habis atau tidak sesuai dengan seleranya sendiri. "Iya, tadi sudah aku cek. Sisa telur." Ji yan mengangguk, tersenyum lagi ke arah Jungkook. Sebenarnya telur juga sudah enak menurut Ji yan. Di rumahnya dulu dia jarang sekali memakan itu. Hanya ayah dan ibu yang memakannya.

--

Jungkook memakaikan mantel tebalnya ke pundak Ji yan. Ia lupa membeli mantel perempuan untuk wanita satu ini. Di luar pasti dingin sekali, salju mulai turun. "Bagaimana? Sudah hangat? Atau mau ganti yang-" ucapnya mengancing mantel di tubuh Ji yan, terlihat kebesaran. Karena tubuh Ji yan benar-benar ramping. "Tidak ahjussi, ini sudah nyaman." Jungkook mengangguk paham, setelah nya menggandeng telapak tangan Ji yan untuk keluar rumah, lalu memasuki mobil.

His hand-

Very cold.

Selama di dalam mobil Ji yan terus memandang jalan. Masih teringat-ingat kejadian tadi. Kalau saja Jungkook tidak datang, kalau saja Jungkook tidak menculiknya- ralat, menyelamatkan nya, mungkin sekarang Ji yan masih terkapar di dalam kamarnya. Tinggal menunggu waktu.

Should thank him later.

"Masih mengingat kejadian tadi ya?" Jungkook menggenggam tangan Ji yan. Membuat empunya menoleh.

"Tidak usah di pikirkan, hidupmu akan bahagia bersamaku-- mungkin?"

Maybe? Pft.

Ji yan tersenyum hangat menanggapi Jungkook, "Iya ahjussi, terimakasih." Tapi kenapa ya, Sebaik apapun Jungkook, Ji yan tetap merasa sedikit takut. Meski Jungkook itu pria baik, tetap saja kan dia itu orang asing? Jangan lupakan fakta itu.

Jungkook itu stranger.

Not an angel.

Ji yan itu pintar, hanya saja tidak pandai berbohong. Kadang dia berfikir berbohong demi kebaikan itu di perbolehkan. Seberapa manis nya Jungkook juga. Pasti punya sisi gelap. Pasti ada sesuatu kan? Tidak mungkin tanpa sengaja begitu saja menikahi seorang perempuan.

Dark side.

Tapi di sisi lain Ji yan berfikir, kalau Jungkook ingin mencari wanita, kenapa ia tidak mencari saja di luar sana? Banyak wanita yang lebih dewasa dan- badannya mulus. Bukan penuh lebam dan handsaplast di tubuhnya seperti Ji yan.

Hopeless.  'J.J.K'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang