14 : Ji -Drunk

5K 673 166
                                    

He will win your heart, no matter how long it will take.
'
'
'

Tepat saat Ji yan dan Ben memutuskan untuk menyudahi pertemuan mereka, salju turun membekukan udara. Ben masih disana, menawarkan tumpangan berkali-kali yang berkali-kali juga Ji yan tolak.

Bisa gawat bukan kalau Jungkook memergokinya turun dari mobil orang lain. Ji yan tau hal itu bukan karena rasa cemburu, yah lebih tepatnya tidak mungkin. Hanya saja memang peringainya sudah seperti itu sejak awal.

Saat Ben sudah pergi, Ji yan memberhentikan taksi dan menaikinya. Ia tidak begitu suka terkena salju. Selain dingin, ada beberapa kenangan menyakitkan yang terjadi karenanya. Salah satunya saat ia berumur 10 tahun.

Bisa diingat dengan sangat jelas hari itu ia pulang telat karena habis bekerja. Tentu saja bukan pekerjaan legal karena anak dibawah umur dilarang bekerja. Jadi upahnya pun tidak menentu.

Masalahnya, hari itu Ji yan dibayar sedikit sekali padahal ia sudah menempelkan setumpuk selebaran dimana-mana. Ibunya marah, menyangka kalau Ji yan menggunakannya untuk membeli keperluan pribadi.

"Kau pikir dengan jumlah uang ini, bisa mengganti semua keperluan hidupmu, hah?"

I'm tired of the way that things have been.

Saat itu pukul 8 malam, salju turun lebat. Bahkan pohon-pohon tertutup rapi dengan putihnya salju. Seluruh kota diselimuti benda putih dingin dan lembut. Jalanan sepi pejalan kaki, siapa pula yang ingin berjalan di cuaca sedingin itu. Tapi disanalah Ji yan, didepan rumahnya, disiram air oleh ibunya sendiri. Setelahnya ia harus berusaha tetap hidup, menahan dingin yang menusuk tulang, sendirian, meringkuk memeluk lututnya sendiri didepan pintu.

Hah, lupakanlah Ji. Itu sudah berlalu.

Ji yan membuang jauh-jauh ingatan itu. Saat membuka pintu, ia mendapati rumahnya masih kosong. Padahal Ji yan sudah merangkai berbagai macam alasan takut-takut Jungkook pulang lebih awal seperti kemarin. Tapi tidak, pria itu tidak ada dan ponselnya tidak aktif.

Tring!

Ben : Apa kau sudah sampai rumah?

Ada apa ini?

Jiyan : Ya, ada apa?

Ben : Sedang apa?

Huh? Tidak biasanya Ben seperti ini? Tapi sudahlah, balas saja. Tidak usah ambil pusing.

Ji yan : Hanya duduk di sofa saja

Pria yang tengah memegang ponsel di suite mewahnya itu menyunggingkan senyum. 'Pasti dia belum pulang.' Lantas mengetikkan sesuatu lagi.

Ben : Aku mengirimkan sesuatu, buka pintu setelah kau membaca ini.

Buka pintu?

Tak perlu banyak tanya, Ji yan melangkah menuju pintu dan mengecek layar cctv untuk mengetahui apakah ada seseorang dibalik pintu atau tidak. Kosong, tidak ada siapa-siapa.

Namun saat ia membuka pintu, tergeletak sebuah kotak berukuran kecil berwarna cokelat. Ji yan segera membawanya masuk. Lalu membukanya dengan cepat.

Potongan kertas?

Ben : Aku menemukan foto itu diloker kerja ayahmu saat penggeledahan dokumen. Siapa tau foto itu membantumu.

Hopeless.  'J.J.K'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang