Be careful Ji.
From him.
'
'
'Hari menggelap, setelah mereka mendapatkan begitu banyak belanjaan dan juga sedikit menghabiskan waktu di area taman bermain demi menyenangkan Ji yan, mereka memutuskan untuk pulang.
Sepanjang perjalanan menuju parkiran mobil, Jungkook terus tersenyum. Mengingat bagaimana ekspresi Ji yan saat itu. Saat bermain Bom-bom Car ataupun saat bermain yang lainnya. Seperti anak kecil, pikirnya.
Namun Jungkook justru tidak menyadari bahwa Ji yan tertinggal dibelakang. Ia menoleh, melihat Ji yan yang terpaku memandang kearah sebrang jalan. Ia mengikuti arah pandangannya dan,
"Ahjussi... Ibu... "
No! No more nightmare.
Jungkook segera menghampiri Ji yan dan menarik tangannya, berlari. Ji yan kebingungan, namun ia juga tidak memberontak. Hanya mengikuti, berlari menuju mobil mereka dan pergi dengan buru buru.
Berkali kali Ji yan bertanya, kenapa Jungkook terkesan kabur. Namun pria itu juga sama sekali tidak menanggapi. Membuat Ji yan pasrah dan tidak menanyainya lagi.
"Ibu tidak mungkin mengambilku lagi kan?" Karena Ji yan berkata demikian, Jungkook langsung menoleh.
So you're scared?
"Lagi pula kau tidak perlu khawatir, aku juga tidak mau kembali kepada mereka. Lebih baik bersamamu."
Ji yan tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang rapi. "Bukan karena kau baik, tapi karena kau lucu saat memakai topi panda itu hahaha."
yeah just like that, make everyone thinks you are happy.
Mendengarnya, membuat Jungkook mengacak acak rambut Ji yan dan sedikit tersenyum tipis. Ji yan juga masih tertawa karena perlakuan Jungkook yang tak lagi acuh. Namun,
"Aw!"
"Kenapa?" Jungkook menarik tangannya. Menepikan mobilnya.
Ji yan sedikit tersenyum yang terkesan terpaksa. "Ah tidak, sepertinya luka ini masih sakit." Ji yan mengusap usap kepala bagian kanannya, seperti meredakan nyeri.
Jungkook terdiam sejenak. "Bagaimana bisa disetiap inchi tubuhmu terdapat luka?"
He's happy.
Jungkook yang mengatakannya, dengan nada yang terdengar penasaran dan wajahnya yang datar. Melihat itu Ji yan buru buru tertawa. Menoleh kedepan belakang.
"Kau ingin membuat macet jalanan atau bagaimana?"
Tanpa berkata apa apa lagi, Jungkook melajukan kendaraannya. Dengan kecepatan yang wajar, tidak seperti sebelumnya. Terjadi keheningan lagi, dan Ji yan tidak suka itu.
"Kau mau kubuatkan--"
"Apa persediaan yang kita beli cukup untuk satu minggu?" Jungkook memotong kalimat Ji yan, menatapnya intens.
Mereka sudah tiba di basement apartemen sejak tadi. Namun Ji yan tak berani membuka pintu, karena Jungkook hanya diam saja. Masih dengan tangannya yang memegang stir. Hingga pertanyaan itu terlontar.
"Ya, kurasa cukup. Mungkin sebulan juga cukup. Aku hanya perlu tidak makan selama dua hari untuk menghem--"
"Yang kutanyakan seminggu cukup? Tanpa perlu tidak makan?" Jungkook memotong kalimat Ji yan, terdengar serius.
"Ya, kurasa. Kenapa? Aku ini kurus tau, tidak makan banyak." Ji yan tersenyum lagi, sambil melipat tangannya diatas dada. Seperti menyombong.
Sementara itu, Jungkook tersenyum miring. "Bagaimana bisa kau tersenyum padahal aku sudah seketus itu?"
"Karena aku terbiasa bertahan dengan cara ini."
It's a easy, dude.
***
Ji yan hanya duduk sambil memandangi seisi ruang apartemen. Dengan tteokkboki cup didepannya. Ia jadi malas memasak makanan rumahan, karena Jungkook belum juga pulang.
Sudah hampir 5 hari lebih ia tidak pulang semenjak berbelanja itu. Ia memang tidak bertanya apa apa. Tapi setidaknya Jungkook memberinya alasan bukan?
Kata kata terakhir Jungkook sebelum pergi dengan mengenakan pakaian rapi pun terngiang jelas.'Selama aku pergi, tetaplah disini.'
Till when?
Mengingatnya, Ji yan jadi penasaran. 'Apa yang sedang dilakukan pria itu? Kenapa dia menyuruhku tetap disini? Apa sesuatu terjadi?'
Setelah menghabiskan makanannya, ia membuka salah satu laci dekat tv. Ada beberapa tumpukan kotak yang tidak terlalu tebal. Dan diantaranya, ada selembar foto.
Saat ia hendak membuka salah satu kotak, sikunya menjatuhkan vas bunga. Memecahkannya hingga berserakan. Bahkan tangannya ikut luka karena membersihkan pecahannya.
Untungnya, disamping tv ada kotak p3k. Ji yan segera mengambil kapas dan hendak menuang alkohol untuk membersihkannya. Tapi ternyata habis. 'Sepertinya sering digunakan.'
What for?
Ji yan mengambil beberapa lembar uang yang ia simpan hasil dari mencuci pakaian Jungkook. Bukan, bukan diupahi. Tapi hampir disalah satu kantung celana atau baju pasti meninggalkan beberapa lembar uang. Ia menyimpannya.
Ji yan hendak keluar untuk membeli alkohol dan antiseptik di minimarket terdekat. Ia mengenakan mantel tebal milik Jungkook yang kebesaran. Karena cuaca saat ini sedang buruk. Salju dimana mana.
Tapi, saat ia membuka knop pintu, pintunya tidak terbuka buka. Tidak perduli berapa kali ia mencoba. Tetap tidak bisa. Terkunci dari luar.
She's panic.
'Apa ini? Ia mengurungku? Kenapa?'
She was scared again.
Ji yan berfikir Jungkook ingin membunuhnya perlahan.
Who knows?
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless. 'J.J.K'
Fanfiction[DIBUKUKAN] Saat seseorang lebih merasa bahwa ia digilai, bukan dicintai. Memaksa wanita dengan rambut pendek bernama Ji yan menerima semua perlakuan Jeon Jungkook. Bahkan saat belum saling mengenal, pemuda Jeon itu dengan bibir manisnya berkata, ...