Jaehyun tidak mendapatkan jawaban apapun. Pertanyaan terakhirnya hanya dibalas dengan senyum manis oleh Jiyeon. Lalu gadis itu pergi usai mendapat teriakan untuk segera makan dan melanjutkan latihan.Jaehyun menatap punggungnya yang perlahan menjauh usai menunduk hormat dan meminta izin untuk pergi. Dan itu adalah hari terakhir mereka bertemu.
Dalam benaknya, Jaehyun tau ia begitu egois. Tapi ia ingin Jiyeon mengikuti Seleksi Pemilihan Putri Mahkota. Seperti apa yang selalu gadis itu katakan dulu.
Jaehyun merasa terhianati karena perkataan yang dirapalkan Jiyeon bak mantra selama bertahun-tahun itu adalah janji.
Jiyeon pernah berjanji untuk berjuang demi mendampinginya.
“Kenapa dia harus berjuang saat dia tau kau tidak menginginkannya?”
Jaehyun menoleh, menatap Doyoung dengan alis berkerut.
“Hyungnim menyalahkanku?”
“Apa terdengar seperti itu?”
Helaan nafas kasar terdengar. “Dia yang dari dulu berjanji akan mengikuti seleksi ini dan menang. Aku tidak pernah memaksanya.”
“Kau juga tidak pernah menerimanya. Harusnya, kau tidak berhak menuntut apapun.”
“Tapi dia merapalkannya bertahun-tahun seperti sebuah janji. Bagaimana mungkin dia lupa dan pergi begitu saja?!”
Tawa renyah doyoung menggema.
“Jaehyun-ah, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua orang memiliki batasan masing-masing. Mungkin Jiyeon sudah mencapai batasnya. Mungkin dia lelah berjuang sendirian. Mungkin dia lelah untuk selalu merasa tidak diinginkan.”
Jaehyun tidak lagi membalas.
“Lepaskan saja. Lagi pula kau kan punya Seohwa, gadis yang selalu kau puja selama ini. Dia terlihat sempurna untukmu. Jadi tidak perlu berharap Jiyeon bergabung dalam seleksi. Itu hanya akan menyakitinya karena semua orang tau, kau tidak pernah menginginkannya.”
Benarkah?
Tapi Jaehyun tidak berharap Seohwa akan menang. Jauh—jauh di lubuk hatinya diam-diam Jaehyun ingin agar Jiyeon menepati janjinya.
Untuk menang.
Untuk mengabdi padanya seumur hidup sebagai...
Seorang istri.
“Aku tidak ingin Seohwa menang.”
Jaehyun memalingkan wajah. Menyembunyikan diri dari tatapan menuding yang Doyoung berikan. Jaehyun dapat mendengar dengusan sinis Doyoung setelahnya.
“Mungkin kau sudah jatuh hati padanya tanpa kau sadari.”
“Bagaimana mungkin? Dia hanya—”
“Simpan semua argumenmu, Seja Jeoha. Jika kau tidak menginginkan gadis manapun kecuali Jiyeon, apalagi namanya jika bukan cinta?”
“Hyungnim..”
Jaehyun merasa Doyoung menepuk pundaknya sebelum berdiri.
“Jika aku jadi Jiyeon, aku juga akan melakukan hal yang sama. Untuk apa bersusah payah mengikuti seleksi jika pada akhirnya tetap tidak diinginkan? Karena mendapatkan raga tanpa cinta itu sangat menyakitkan.”
“Lalu apa yang akan Hyungnim lakukan jika jadi aku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Selenophile | Jung Jaehyun
عاطفيةKau tidak cantik, tidak anggun, tidak terlihat seperti gadis kerajaan, kau tau itu?