Jiyeon berhenti saat pedangnya terlepas dan tertancap di tanah, tak jauh dari posisinya berdiri. Suara panggilan itu menyerang konsentrasinya.Gadis itu menoleh dan mendapati Putra Mahkota berdiri tepat di belakang lawan tarungnya.
Sendirian.
Tanpa Penasihat Kim.
Jiyeon meraih pedang miliknya dengan raut kesal, lalu mengikuti Jaehyun berjalan menuju tempat diskusi yang sama dengan beberapa minggu lalu.
“Ada keperluan apa Seja Jeoha kemari?” tanya Jiyeon sopan.
“Kau masih disini? Belum akan beranjak menuju istana dan mengikuti seleksi pemilihan putri mahkota?”
Pertanyaan itu cukup mengejutkan Jiyeon.
“Animida, Seja Jeoha. Saya sudah lama berubah pikiran.”
“Kenapa?”
“Ne?”
“Kenapa kau berubah pikiran?”
Jiyeon memberanikan diri untuk mendongak dan mendapati Jaehyun menatapnya dengan mata penuh kilatan yang.. entahlah. Jiyeon tidak mengerti.
“Saya sudah tidak tertarik untuk menjadi seorang Putri Mahkota.”
“Bohong.”
Jiyeon merasakan ada amarah dalam nada tegas Jaehyun. Tapi.. kenapa?
“Ternyata selain tidak bertanggung jawab, kau juga suka berbohong.”
“Maaf?”
“Dulu kau berkata akan memenangkan seleksi ini dan menjadi pendampingku. Ribuan kali, setiap tahunnya. Aku hidup dengan janji-janji darimu. Dan sekarang kau pergi begitu saja?”
“Saya tidak pernah berjanj—“
“Besok adalah batas akhir pendaftaran seleksi.” Jaehyun menatap Jiyeon tegas. “Aku, secara langsung telah memintamu untuk dikeluarkan dari latihan khusus ini. Datanglah ke istana, aku tunggu kau disana.”
Jemari Jiyeon mengepal saat Jaehyun pergi begitu saja dari hadapannya.
“Apa Jeoha pernah merasa sangat hancur lalu mampu bangkit kembali?”
Pertanyaan itu menghentikan langkah Jaehyun. Ia berbalik, menatap punggung Jiyeon yang berdiri kaku dengan tangan yang mengepal erat.
“Apa Jeoha, pernah begitu terpuruk dan menemukan kembali alasan untuk bahagia?”
Jiyeon memutar tubuh, menatap bola mata Jaehyun tajam. “Aku baru merasakannya disini. Kenapa aku harus kembali ke istana?”
“Kau harus menepati janjimu.”
“Untuk apa?”
Jaehyun tidak menjawab.
“Untuk apa aku berjuang jika kita semua tau bagaimana akhir yang akan aku hadapi? Entah menang ataupun tidak, aku tidak akan pernah mendapatkanmu. Bukan begitu?”
Jaehyun tertegun, kedua bola mata Jiyeon kini digenangi air mata.
“Apa Seja Jeoha sekali saja.. pernah memikirkan perasaanku?”
Pernahkah?
“Aku mencintaimu bertahun-tahun, entah kau menerima keberadaanku atau tidak. Aku menyimpannya untuk waktu yang sangat lama, berharap suatu saat mungkin perasaanmu terketuk dan bergetar saat menerima perasaanku. Tapi sampai akhir, semuanya masih sama bukan?”
“Jeoha tidak akan pernah tau bagaimana perasaanku saat kau tersenyum pada gadis lain dan tidak pernah sama sekali berbagi tawa denganku. Kau tidak akan pernah tau rasanya mencintai sendirian dan harus pergi karena pada akhirnya aku menyadari jika mungkin memang hidupmu akan lebih baik tanpa keberadaanku didalamnya.”
Jaehyun tertegun, setetes air mata turun membasahi pipi Jiyeon. Namun gadis itu menyekanya dengan kasar, seolah tidak pernah ingin Jaehyun melihatnya menangis.
“Jeoha tidak akan pernah tau. Karena hanya aku yang berjuang sendiri selama ini. Hanya aku yang menginginkanmu, semetara Jeoha tidak pernah menginginkanku.”
Jiyeon berjalan mendekat, membuat Jaehyun dapat melihat bekas air mata di kedua pipinya.
“Aku tidak akan kembali ke istana.” Ucap Jiyeon tegas, meski matanya penuh dengan kekecewaan. “Aku tidak ingin kembali ke tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan menyakitkan untukku.”
Dengan begitu saja Jiyeon mendahului Jaehyun. Meninggalkan sang Putra Mahkota dengan tubuh kaku penuh keterkejutan.
Jiyeon tidak akan kembali?
Kenapa rasanya begitu menyakitkan mengetahui gadis itu sudah tidak lagi berminat padanya?
Mengapa Jaehyun baru menyadari bahwa selama ini ia hanya menolak kenyataan jika ia selalu menginginkan keberadaan Jiyeon disampingnya?
“Aku menginginkanmu.”
Jaehyun bersuara lantang dan kali ini berhasil menghentikan langkah kasar Jiyeon. Putra Mahkota itu berbalik, menatap bola mata Jiyeon yang terlihat sangat kebingungan dan penuh tanda tanya.
“Aku ingin kau jadi Putri Mahkota untukku.”
Setetes air mata kembali jatuh, lalu Jiyeon berlari pergi. Menutup lelehan air matanya dengan lengan. Meninggalkan Jaehyun sendirian dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Selenophile | Jung Jaehyun
RomanceKau tidak cantik, tidak anggun, tidak terlihat seperti gadis kerajaan, kau tau itu?