Delapan

5.6K 774 71
                                    

TRANG!

TRANG!

Bunyi pedang saling beradu mengisi latihan pertahanan khusus siang itu. Jiyeon berkelit, menyambut ayunan pedang lain dari lawan terungnya kali ini.

Ia tidak ingin menyerah, tidak akan. Meski kini ia tengah menghadapi seorang lelaki, Jiyeon tidak ingin terlihat lemah.

Sudah hampir satu bulan ia berada disana. Di Barak Pelatihan Pertahanan Khusus Kerajaan.

Jiyeon meminta langsung pada ayahnya untuk ditempatkan disana. Karena memangnya apa lagi yang harus ia lakukan selain menjauh dari istana?

Jaehyun bilang, ia tidak terlihat seperti wanita kerajaan. Jadi Jiyeon mungkin harus menjadi pelindung kerajaan, mungkin itu memang lebih cocok untuknya.

TRANG!

Suasana masih cukup genting. Jiyeon sudah mempelajari teori bela diri selama satu bulan belakangan. Meski ia tau, ilmunya dalam bidang pertahanan diri masih terlalu dangkal. Tapi Jiyeon yakin kali ini ia bisa lebih unggul.

Jiyeon ingin secepatnya pindah regu. Secepatnya menjadi seorang profesional. Secepatnya diberi pelatihan di seberang negeri, semakin jauh dari istana.

Jiyeon ingin menyibukkan diri. Karena jika ia berdiam diri sedikit saja, hanya perkataan Jaehyun lah yang terus singgah di dalam benaknya.

Itu menyakitkan.

Dan Jiyeon ingin berhenti menyakiti dirinya sendiri.

TRANG!

Jiyeon maju dua langkah. Dengan sekuat tenaga memutar poros pedang hingga alat pertahanan dari milik lawannya itu terlepas dan jatuh. Mereka berakhir dengan Jiyeon yang mengarahkan ujung pedangnya tepat di depan leher teman tarungnya. Dan tepuk tangan pelatih kemudian bergema.

“Kau belajar dengan cepat, Park Jiyeon.”

Jiyeon menyarungkan pedang miliknya, lalu membungkuk hormat.

“Istirahat sebentar. Latihan kita lanjutkan nanti!”

Seluruh pasangan tarung yang tengah berlatih kemudian berhenti. Jiyeon menuju temannya yang terduduk di tanah, menjulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

“Semakin hari kau semakin kuat dan menakutkan, kau tau?”

Jiyeon terkekeh menanggapi. “Maaf, tapi lain kali aku akan mengalahkanmu lebih cepat.”

Sosok itu mengusak kepala Jiyeon kasar. “Sombong! Ayo makan dulu.”

“Pergilah, nanti aku menyusul.”



●●●●


Jaehyun pernah bertemu Ratu dari Negeri Ming, sosok yang begitu di elu-elukan parasnya oleh manusia yang hidup diperadaban yang sama. Ia juga pernah bertemu Seohwa, gadis anggun yang begitu cantik. Atau tidak perlu jauh-jauh, Ibunda Ratu adalah wanita tercantik di penjuru negeri sepanjang yang Jaehyun ingat.

Namun menemukan Park Jiyeon berdiri di tengah lapangan luas, menggunakan baju zirah kecoklatan dan terlihat tengah menguncir rambut bersama bulir-bulir peluh di wajahnya membuat Jaehyun tak dapat berkutik.

Matanya terpaku pada pesona wajah Jiyeon yang datar namun terlihat begitu menantang.

Gadis itu mengangkat kedua tangannya, membusungkan dada khas wanita yang sedang mengikat rambut.

Namun gerakan kecil itu membuat Jaehyun sempat berhenti bernafas untuk beberapa saat.

Disana, ia menemukan keindahan lain dari sosok Jiyeon yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

“Yang Mulia Putra Mahkota?”

Jaehyun tersentak. Buru-buru memperbaiki air mukanya lalu memerintahkan Penasihat Kim untuk memberi kabar pada Jiyeon bahwa ia datang untuk berbicara pada  gadis itu.


●●●●



“Park Agasshi?”

Jiyeon menoleh di tengah kegiatannya mengikat rambut, cukup terkejut saat menemukan Penasihat Kim ada di depannya. Satu hal yang pasti, segala sesuatu tentang Penasihat Kim selalu berhubungan dengan Putra Mahkota.

Jadilah Jiyeon menolehkan kepalanya ke belakang. Tak jauh dari tempatnya kini, berdiri Putra Mahkota yang tengah menatapnya dengan ekspresi yang tak terbaca.

“Putra Mahkota ingin berbicara dengan Park Agasshi..”

Jiyeon mengikuti langkah Penasihat Kim hingga mereka berhenti di pinggiran sungai. Deras alirannya terdengar begitu menyegarkan karena barak pelatihan pertahanan khusus memang berada cukup jauh di pedalaman sebuah desa pinggiran negeri.

Setelah berdiri di samping Jaehyun, Jiyoon memberi hormat padanya.

“Ada keperluan apa Putra Mahkota dengan saya?”

“Jangan berlebihan.”

“Ne?”

Jaehyun yang semula menatap lurus ke depan kini memutar tubuh menghadap Jiyeon.

“Aku hanya memintamu untuk tidak mengikutiku lagi. Kenapa kau harus pergi sejauh ini? Dan mengikuti pelatihan pertahanan khusus? Kau pikir kau ini laki-laki hah?”

Jiyeon terdiam menatap ceramah panjang Jaehyun. Putra Mahkota itu menatapnya dengan mata penuh guratan emosi dan Jiyeon tidak mengerti mengapa ia jauh-jauh datang hanya untuk meneriakinya.

“Apa Putra Mahkota datang.. hanya untuk mengatakan itu?”

“Tentu saja!” teriak Jaehyun tanpa ia sadari. “Apa yang kau lakukan di barak ini? Seorang gadis kerajaan, menggenggem pedang dan bertarung? Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?”

Jiyeon tertawa. Jaehyun menatapnya bingung.

“Saya bukan gadis kerajaan, Putra Mahkota. Saya tidak terlihat seperti itu.”

Jaehyun tertegun. Teringat perkataannya terdahulu.

“Dengar, aku mengatakan itu padamu agar kau berubah menjadi lebih baik. Bukan agar kau bergabung dengan pertahanan khusus kerajaan!”

“Saya mengerti. Terimakasih untuk memperdulikan saya, Putra Mahkota.”

Respon datar Jiyeon membuat Jaehyun dirundung emosi. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu? Kenapa dia benar-benar berubah menjadi sosok yang tidak Jaehyun kenali sama sekali?

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu?”

[✔] Selenophile | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang