Sudah satu minggu semenjak pertemuan terakhir mereka dan Jaehyun tidak bisa lebih kecewa daripada tidak menemukan Jiyeon mendatangi istana sesuai permintaannya.
“Apa Seja Jeoha ingin melihat terlebih dahulu siapa saja yang ada dalam seleksi ini?”
Penasihat Kim menggenggam gulungan besar berisikan nama-nama yang akan diperkenalkan siang ini di aula besar istana. Hari ini adalah peresmian dimulainya Seleksi Pemilihan Putri Mahkota. Seluruh calon akan dikumpulkan, memberi hormat pada Raja dan Ratu serta bertatap muka dengan Putra Mahkota.
Jaehyun menggeleng, tidak berminat untuk tau.
“Aku ada di perpustakaan, panggil aku saat acara akan dimulai.”
Sekelebat bayangan pertemuannya dengan Jiyeon di dalam perpustakaan membuat Jaehyun mengerang. Lamat ia berpikir, apakah sikapnya terlalu berlebihan selama ini?
Apakah perlakuannya pada Jiyeon sudah sangat menyakiti gadis itu?
Jaehyun tidak pernah bisa melupakan bagaimana air mata itu mengalir dari pipi putih Jiyeon.
Bagaimana kekecewaan menggenang dalam bola matanya yang indah.
Bagaimana untuk pertama kalinya, Jaehyun ingin memeluk Jiyeon yang terlihat rapuh.
Ia merindukan keceriaan gadis itu di sekitarnya. Merindukan bagaimana perhatiannya Jiyeon padanya meski seringkali ia tolak. Merindukan bagaimana perasaan kesal itu datang setiap kali melihat senyum konyol Jiyeon, namun diam-diam menaruh harap untuk kembali melihat senyuman itu esok hari.
Park Jiyeon.
Pelan tapi pasti kini Jaehyun menyadari jika gadis itu sudah menempati posisi penting dalam hatinya. Bahwa Jiyeon diam-diam sudah ambil posisi. Dan Jaehyun tidak pernah tau.
Acara dimulai tak lama kemudian.
Satu persatu putri para petinggi kerajaan maju dan memberi hormat pada Raja, Ratu juga Putra Mahkota.Jaehyun menemukan Seohwa diantaranya. Juga beberapa gadis yang pernah satu kelas dengannya. Atau anak gadis petinggi kerajaan yang sering bermain di istana.
Mereka berdandan anggun dengan hanbok mewah dan hiasan kepala yang heboh. Namun tidak satupun darinya mampu menarik perhatian Jaehyun meski mereka saling bertukar senyum usai memberi penghormatan.
“Putri bungsu Menteri Pertahanan, Park Jiyeon.”
Tidak ada yang lebih mengejutkan Jaehyun daripada panggilan itu. Ia mendongak, mendapati Jiyeon berjalan menuju Raja dan Ratu, lalu memberi hormat dengan anggun.
Tubuhnya dilapisi hanbok merah muda sederhana namun begitu indah. Rambutnya ditata dengan sangat anggun, tidak asal seperti biasanya. Dan bibir merah cherrynya merekah saat tersenyum.
Sang Putra Mahkota tidak dapat membalas senyum tipis Jiyeon saat gadis itu memberi salam. Tubuhnya terasa sangat kaku. Menyimpan banyak keterkejutan akan kehadiran Jiyeon disana.
Lalu hingga acara berakhir, Jaehyun tidak dapat melepaskan bola matanya pada gadis itu.
“Jiyeon! Park Jiyeon!”
Jiyeon berhenti saat seseorang meneriakkan namanya. Itu adalah Jaehyun yang berjalan cepat untuk berdiri tepat di depannya. Bola mata sang Putra Mahkota terlihat membesar tak percaya, namun Jiyeon memilih memberi hormat. Menghindari diri menatap manik sang pujaan hati.
“Kau.. datang.”
Ada kelegaan dalam kalimat yang terlontar dari bibir Jaehyun. Jiyeon melihat senyum tipis menghiasi wajah sang Putra Mahkota. Namun Jiyeon berdehem, menatapnya sendu. Tidak ingin terlalu larut disana.
“Saya hadir karena saya ingin Seja Jeoha tau bahwa untuk perasaan ini, saya pernah berjuang sampai akhir. Hingga jika nanti saya gagal, saya tidak perlu larut dalam kesedihan karena saya telah berusaha sampai keterbatasan yang menahan saya.”
Mata mereka bertemu. Jaehyun menelan kesedihan dalam bola mata Jiyeon. Menyadari jika ia sudah benar-benar menyakiti gadis itu demi ego yang ia miliki. Membuat tatapan Jaehyun ikut sendu, tidak ingin lebih egois dan kehilangan Jiyeon dalam hidupnya.
“Aku percaya kau akan menang. Aku yakin kau bisa menang, Jiyeon. Tolong berjuang demi aku, karena aku tidak ingin wanita lain selain dirimu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Selenophile | Jung Jaehyun
RomanceKau tidak cantik, tidak anggun, tidak terlihat seperti gadis kerajaan, kau tau itu?