Satu

8.7K 870 25
                                    


Gajebo besar di Paviliun Barat terasa sangat tenang. Terdapat belasan anak petinggi negeri yang terlihat serius mengikuti pelajaran. Mendengarkan dengan baik apa yang Guru Besar Tata Krama tuturkan.

Jaehyun memperhatikan seorang gadis yang masih sibuk memeriksa bawaannya. Raut wajahnya tampak gelisah. Kemudian Jaehyun mengerti bahwa gadis manis itu tidak menemukan alat tulis yang seharusnya ia genggam di sepanjang pelajaran berlangsung.

“Kau bisa gunakan milikku.”

Mata polos sang gadis membola sempurna melihat uluran tangan Putra Mahkota.

“Se-seja Jeoha..” Cicitnya tak percaya bercampur malu karena sudah diperhatikan oleh seorang calon penerus kerajaan.

“Tidak apa-apa Seohwa-ssi, aku masih memiliki alat tulis lain.”

Mata gadis itu berbinar.

“Gamsadeurimnida, Seja Jeoha.”

Seohwa memberi hormat dengan begitu sopan, lalu jemari lentiknya meraih uluran tangan sang Putra Mahkota. Namun belum sempat menggenggam, alat tulis itu sudaj melayang dan jatuh dalam genggaman seorang gadis lainnya.

“Kau bisa gunakan milikku! Dan aku.. akan menggunakan milik Seja Jeoha.”

Suasana menjadi sangat hening. Seluruh mata menatap gadis itu bingung dan sedikit terkesima. Wajahnya tampak garang dan genggaman tangannya pada alat tulis milik Jaehyun terlihat sangat erat.

“Park agasshi, bukankah kita sedang mempelajari tentang tata krama pagi ini?”
 
 

●●●●


 
 
“Seohwa-ssi, gwenchana?”

Seohwa yang sedikit terkejut berjalan mundur, lalu tersenyum anggun sebelum menatap Putra Mahkota yang berdiri tepat di depannya.

“Gwenchanseumnida, Seja Jeoha. Tentang alat tulis itu..”

“Tidak perlu dipikirkan. Aku masih memiliki yang lain.”

Jaehyun menyingkir dari hadapan Seohwa, memilih berjalan di samping gadis manis itu usai pelajaran dibubarkan.

“Seohwa-ssi akan segera pulang?”

Gadis itu mengangguk. Ada rasa hormat dalam setiap gerakannya yang anggun. Membuat Jaehyun tidak mampu menahan senyum ketertarikannya pada Putri Tunggal Mentri Perpajakan Kerajaan itu.

Namun tiba-tiba langkah Jaehyun terhenti saat Seohwa terdiam dan menatap halaman istana.

“Kasihan Jiyeon-ssi, dia pasti lelah.”

Jaehyun mengikuti arah pandang Seohwa, lalu matanya beradu pada manik madu seorang yang tengah berdiri, mengangkat kedua tangannya di tengah halaman istana.

Tampak tengah menjalankan hukuman dari guru besar dengan salah satu tangan masih terkepal menggenggam erat alat tulis milik Putra Mahkota.

“Jangan perdulikan dia. Bukankah dia yang sering mengganggumu selama ini?”

Seohwa terlihat sedikit terkejut, menatap air muka Putra Mahkota yang memendam kekesalan seperti tidak menyukai pembicaraan tentang Jiyeon.

“Animida, Seja Jeoha. Jiyeon anak yang baik, hanya terkadang sedikit kasar. Tapi Jiyeon benar-benar teman yang baik.”




●●●●




Itu terjadi bertahun-tahun yang lalu.
Pertemuan pertama sang Putra Mahkota dengan putri dari Mentri Pertahanan Kerajaan itu tidak berjalan baik.

Bagi Jaehyun, Park Jiyeon adalah gadis urakan yang kasar. Seringkali mengganggu Seohwa terutama saat jam pelajaran tata krama berlangsung.

Atau saat Jaehyun tengah menaruh perhatian pada Seohwa, Jiyeon akan tiba-tiba datang. Mengganggu. Merusak apapun yang sudah Jaehyun dan Seohwa rancang. Memotong segala pembicaraan yang telah berjalan antara Jaehyun dan Seohwa.

Perempuan itu adalah gadis bar-bar yang membuat Jaehyun selalu mengerutkan kening saat melihatnya. Membuat Jaehyun enggan untuk tersenyum bahkan memperlakukannya dengan lembut.

Park Jiyeon adalah gadis yang paling ingin Jaehyun hindari di sepanjang hidupnya.

[✔] Selenophile | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang