CHAPTER 9 : DUA DIMENSI

11 4 0
                                    



Hangat senja mulai datang, Dan pekerjaan rumah sudah semua. Aku ingin tau bagaimana kabar ayah disana.

"Hmmm...Ayah gimana kabar nya ya, Aku telpon saja deh!"

*Sfx suara telepon : Trrrttt...Trrrrtttt...
Tidak lama telpon ku diangkat.

"Assalamualaikum put, Kamu apa kabar disana? Ada apa nelpon ayah?" Tanya ayah dalam telpon.

"Alhamdulillah baik, Ayah disana gimana kabar nya? Gapapa kok yah Cuma kangen aja." Jawabku.

"Ohh Alhamdulillah put, Ayah juga baik. Kamu doain aja ayah disini kerja nya lancar, Biar bisa ngirim kamu uang buat kebutuhan kamu disana." Kata ayah.

"Iya yah, Cukup ayah sehat aja disana yah, Putri disini insya allah cukup. Bang Agus juga kerja di tempat teman nya." Jawabku.

"Ohh Alhamdulillah kalau begitu. Yasudah, Udah dulu ya put. Ayah mau lanjut kerja sebentar habis itu pulang." Katanya.

"Iya yah, Hati-hati ya. Jaga kesehatan, Jangan telat makan ya." Ucapku yang sebenarnya masih kangen sama ayah.

"Iya put, Kamu sama abangmu jaga kesehatan. Assalamualaikum." Sambil menutup telpon nya

"Waalaikumsalam." Jawabku dengan nada suara datar.

Tidak ada rasa yang paling kurasakan saat ini selain kangen dengan ayah.

Tapi aku harus berjuang disini, Demi memperjuangkan cita-citaku.

***

Saat selesai sholat, Aku menyiapkan makanan seadanya. Hidupku kurasa sedang sulit.

"Bagaikan melukis di atas batang pohon, Kalau aku melepaskan lukisan itu, Maka lukisan itu akan jatuh dan aku harus turun lalu naik untuk memulai lagi ke atas agar terlihat pemandangan nya."

Seperti biasa, Bang Agus sampai rumah sekitar jam 09.00 dan sekarang masih jam 8 malam. Aku ingin mencari udara segar, Dan mengelilingi daerah baru yang ku tempati ini.

Aku berjalan sendiri tanpa ada yang menemani karena aku adalah orang baru disini. Tidak ada saudara dan teman. Pemandangan disini dan di kampung sangat jauh berbeda. Walaupun ada pesawahan, Tapi sudah tampak kemerlap bermacam cahaya.

*Triinggg
Tiba-tiba ada chat masuk, Mungkin abangku dan Desi? Atau bahkan Sri yang kangen untuk menanyakan kabar ku.

"Assalamualaikum put. Ini nomor gue, Aryo."

Ohh...Bang Aryo, Aku kira siapa.

"Waalaikumsalam. Iya bang, Ada apa ya?" Balasku.
"Engga Cuma iseng aja"
Di tambah dengan emot tertawa.

Tidak sadar...Bahwa jam sudah menunjukkan jam setengah delapan lewat. Aku harus pulang sebelum bang Agus sampai dirumah. Jalan-jalan nya kurasa cukup, Daerah ini cukup nyaman menurutku. Walaupun sepanjang perjalanan tadi aku seperti selalu diawasi oleh orang yang melihatku. Mungkin karena aku orang baru juga disini.

Beberapa lagi langkah untuk kerumah. Benar aku melihat bang Agus dari kejauhan. Tangan nya tidak kosong, Seperti membawa sesuatu aku tidak tau apa itu. Aku berjalan cepat agar sosok ku tidak terlihat oleh bang Agus. Dan aku sampai awal dirumah daripada dia. Huft Capek...

*Kreekkk...

Pintu nya terbuka dan ada orang yang masuk dari pintu itu, Itu bang Agus.

"Assalamualaikum put"

"Waalaikumsalam bang, Mau langsung makan?" Tawarku. Tapi dia malah menyodorkan ku plastik putih berisikan kotak berukuran sedang. Baru sehari kerja? Kok sudah dapat uang aja.

DisplacementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang