22. slamat jalan limario.

2.3K 287 31
                                    


Disarankan membacanya sambil mendengarkan instrumen ini kalo bisa sampe akhir.

Tuan bae membuka pintu itu dan terlihat putri kecilnya dengan lelaki itu, dapat tuan bae lihat senyum yang sudah lama tidak ia lihat dari bibir putrinya ini, bahkan kedatangannya tak membuat kedua orang itu saling berpaling.

"Kang seulgi" suara berat dari tuan bae berhasil mengejutkan keduanya.

Seulgi memandang aneh lelaki tua itu, dia tak tau siapa lelaki ini, namun jantungnya tiba tiba saja seperti terserang, saat irene memanggil lelaki itu.

"Ayah..."suara irene terdengar sangat kecil, dan mungkin hanya seulgi yang mendengarnya.

Tuan bae menatap keduanya, tatapan dingin itu begitu tidak asing dimata seulgi, hah...ayah dan anak sama saja, dingin dan aneh. Pikir seulgi.

"Mau apa kau kesini"ucap irene, seulgi sedikit bingung dengan cara irene berbicara kepada tuan bae, begitu dingin.

"Hanya melihat bocah yang putriku cintai" tuan bae berucap tak kalah dingin, dan berjalan mendekati seulgi dan irene.

"Dia baik baik saja, pergilah aku muak melihat wajahmu" irene menatap tajam tuan bae.

"Jika kau muak, kau saja yang pergi irene"ucap tuan bae, seulgi antara bingung dan ingin tertawa, menahan rasa itu dan menatap tuan bae tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Jangan menyuruh irene pergi tuan"ucap seulgi,

"Apa kau berbicara denganku?"tanya tuan bae dengan tatapan sadisnya.

"Tentu saja kau tak lihat, kau pikir kemana arah pandangku menatap?"ucap seulgi, tuan bae sedikit terkejut dengan jawaban seulgi.

"Irene, aku tidak mau berbasa basi lagi denganmu, apa kau benar benar memilih lelaki ini untuk masa depan mu?"tanya tuan bae, irene sedikit terkejut dengan pertanyaan yang ayahnya lontarkan.

"Apa mata ku kurang jelas untuk menjawab perkataanmu?"jawab irene, sorot mata keduanya benar benar tenang dan dingin.

"Apa mata bisa bicara?"tanya tuan bae.

"Apa mulut bisa selalu berkata jujur?"irene menjawab tuan bae.

Sejujurnya seulgi ingin bicara, namun ia benar benar bingung dengan cara bicara ayah dan anak ini, aneh dan sulit untuk dimengerti.

"Seberapa percaya kau dengan lelaki ini?"tuan bae berucap sembari menatap seulgi.

"Kepercayaanku padanya melebihi kepercayaanku padamu, ah aku lupa bahkan aku memang sudah tidak percaya lagi dengan mu"ucap irene sekenannya.

Tuan bae terdiam, dia tau apa yang membuat irene menjadi seperti ini, jika saja dia bisa memahami kesepian irene dan menemaninya kala ia sedih maupun senang, mungkin irene akan menjadi putri yang sangat menyayanginya sekarang.

"Kang seulgi, jujur saja aku sangat membencimu, kenapa kau tidak mati saja agar putriku ini tidak bisa mencintaimu lagi?" Tuan bae menatap seulgi dan tak menggubris perkataan irene sebelumnya.

"Kau salah, meskipun takdir membuat kang seulgi meninggal, aku akan tetap mencintainya, dan menyusulnya saat itu juga" bukan seulgi yang menjawab melainkan irene.

Tuan bae menghela nafas dan menunjukan senyum sinisnya.

"Berhentilah bicara irene, aku ingin mendengar lelaki yang kau bela ini bicara!"sentak tuan bae,

Seulgi masih setia menatap tuan bae dengan wajah tenang.

"Sayangnya kematianku tidak akan pernah terjadi tuan, hidup matiku hanya tuhan yang mengendalikannya, bukan dirimu, apakah sudah jelas? Jika takdirku bersama putrimu?, bahkan kau yang terus berusaha memisahkanku, dan hampir membunuhku, tidak pernah berhasil, kau ingin tau kenapa?"ucap seulgi, tuan bae

Irene [seulrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang