LIRIHAN HATI

Bab 7 - Semesta

Aku dan kamu, kita sama-sama tercipta di semesta yang sama. Bermula dari segala ketidaktahuan hingga akhirnya kita mulai memahami arti hidup, terutama cinta.

Aku dan kamu, kita sama-sama memiliki semesta masing-masing. Dengan harapan dan impian yang berbeda, dengan tujuan yang begitu banyaknya. Namun tetap pada akhirnya yang kita inginkan adalah tambatan hati yang kelak menjadi pendamping hidup.

Tak asing lagi jikalau kita merasa bahwa terkadang semesta tak adil. Memisahkan kita disaat sedang begitu saling jatuh cinta.
Membuat kita mengutuk takdir dengan segala amarah dan kesedihan karena kehilangan.

Dan kepada semesta pun, kita seringkali menaruh harap, seiring berjalannya waktu semoga dipertemukan dengan dia yang tepat tanpa harus ada kepergian kembali.

Jikalau demikian, mengapa kamu harus khawatir disaat kamu kehilangannya?
Bukankah semesta itu maha adil, siapa pun kelak akan bertemu dengan pasangannya yang tepat. Semua hanya masalah waktu. Semua hanya masalah sabar atau tidak.

"Semesta tahu apa yang orang lain tidak tahu, yang sedang terjadi didalam hidupmu.
Semesta pun selalu tahu tentang apa yang hatimu rasakan."

Serahkan seluruhnya kepada semesta segala risau dan gundah dihatimu.
Biarkan semesta yang menyembuhkan.
Biarkan semesta yang membimbing hidupmu untuk menjadi lebih baik.
Biarkan semesta menjadi tempat untukmu menaruh kembali harapan.

Sebab segala sesuatu yang hilang, tetap akan kembali meski bukan kembali untuk kita.
Sebab segala yang telah terjadi adalah cerminan terhadap diri untuk lebih bijak dalam mengambil segala keputusan.
Sebab segala yang kamu rasakan, hanyalah bersifat sementara, sealami-alaminya perasaan kehilangan, yang kelak akan sembuh seiring bergantinya waktu.

"Bila dirimu memilih untuk menutup diri, itu karena inginmu sendiri. Dan tak ada seorang pun yang mampu menghentikannya kecuali dirimu sendiri."