"Li ke kantin yok" Ajak Arkan kepada Aurel yang sedang sibuk membaca buku pelajarannya. Yaa Aurel itu memang bukan anak yang taat peraturan tapi dia tetap memprioritaskan nilainya agar tidak turun.
"Ayokk. Tha, Ren, ikut ke kantin gak?" Tanya Aurel kepada Agatha dan Iren
"Ikut lah. Cacing di perut gue udah pada Demo nih" Ucap Agatha lalu sambil nyengir memamerkan sederetan gigi rapih miliknya
"Gue juga ikut" Ucap Iren. Lalu mereka berempat pun berjalan bersama menuju kantin. Karna kali ini mereka sedang tidak Mood naik turun tangga jadi mereka tidak makan dikantin khusus Kakel.
"Btw kalian berarti udah lama banget yaa sahabatannya" Tanya Agatha
"Lamaa banget" Ucap Arkan lalu tersenyum
"Elah Kan jangan senyum ahh. Nanti gue kena diabetes lagi gara gara senyum lo yang terlalu manis" Ucap Agatha tanpa malu
"Ishh si Agatha belajar gombal dimana tau" Ucap Iren dengan jengah. Aurel pun hanya tertawa melihat mereka.
"Ren. Gue pinjem hp lo dong, biasa numpang buka Ig, gue belum beli kuota soalnya" Ucap Aurel dengan senyuman memaksa
"Iyaiyaa nih" Iren pun memberikan Hp miliknya kepada Aurel
Saat Aurel sedang ingin beralih akun. Ia tak sengaja malah membuka Riwayat Dm diakun Instagram milik Iren. Dan Aurel terfokus kepada chat yang bernama daniel.sgra_ tanpa berfikir panjang Aurel pun melihat chattingan mereka. Dan ternyata hanya chattan biasa.
"Lo suka chattan sama Daniel ya Ren?" Tanya Aurel kepada Iren
"I... iyaa tapi cuman biasa doang kok Rel. Kalau gak percaya liat aja" Ucap Iren
"Gapapa kali sans aja. Malah gue seneng jadi gue bisa nyari tau tentang Daniel melalui lo" Ucap Aurel dengan senyuman tulusnya
"Iyaa itu juga gue lagi coba nyari tau tentang dia kok Rel. Nanti gue kasih tau ke lo. Oke" Balas Iren
"Daniel? Yang ketua kelas itu?" Tanya Arkan dengan wajah yang melihat Aurel
"Iyaa" jawab Aurel santai
"Itu Kan. Sahabat lo yang satu ini lagi suka sama seseorang dan orang itu adalah Daniel" Ucap Agatha dengan nada mengejek
Arkan pun yang mendengar itu menatap mata Aurel lekat lekat. Seakan ia bertanya apakah yang dikatakan Agatha itu benar atau tidak. Aurel yang menyadari itu pun menjadi sangat gugup. Karna ia tau kalau Arkan itu sangat khawatir jika Aurel suka sama seseorang. Arkan khawatir kalau Aurel bakalan sakit hati.
"Semua akan baik baik aja kok. Lo gak usah khawatir yaa. Gue kan udah dewasa" Ucap Aurel lalu tersenyum. Arkan yang melihat aurel tersenyum pun kembali ikut tersenyum.
"Jangan bikin gue khawatir ya Li" Ucap Arkan lalu mengacak gemas rambut Aurel. Aurel pun hanya mengangguk.
"Kalian kok Sweet banget sih. Jadi Irii. Argaaa please kesini. Aku sangat membutuhkan mu" Ucap Agatha dengan nada bicara yang mendrama
"Jijik bego Tha" Ucap Aurel lalu tertawa yang diikuti kekehan oleh Arkan dan Iren
Hidup lo enak banget ya Rel. Banyak yang sayang sama lo. Banyak juga yang jagain lo. Sementara gue? Abang gue sendiri aja gak perduli sama gue -Batin Iren
***
5 menit yang lalu bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aurel,Agatha dan Iren bersiap siap untuk pulang.
"Lo pulang sama siapa Tha?" Tanya Aurel sambil merapikan alat tulisnya
"Gue dijemput Rel" jawab Agatha yang diangguki oleh Aurel
"Kalau lo Ren?" Tanya Aurel kepada Iren yang sedang sibuk memainkan handphone nya
"Biasa gue dijemput ojek online" Jawab Iren lalu tersenyum. Aurel pun hanya menggeleng heran
"Ayokk Li kita pulang" Ajak Arkan yang diangguki oleh Aurel
"Gue pulang dulu ya girls" Ucap Aurel yang dibalas lambaian tangan oleh Agatha dan Iren.
"Elah mendung lagi" Ucap Iren lalu mendengus kesal
"Iyya nih. Gue belum dijemput lagi" Agatha pun menghembuskan nafas kasarnya
"Ren. Pulang bareng gue yok" Ajak seorang lelaki yang sedari tadi duduk dibangku paling belakang. Iren dan Agatha pun melihat ke sumber suara dan ternyata itu adalah Daniel
"Gu... gue?" Tanya Iren dengan bingung
"Iyya elo. Ayok pulang bareng gue" Ajak Daniel Iren pun menatap Agatha. Agatha pun mengangguk dengan arti agar Iren pulang bareng Daniel.
"I... iyaa" Ucap Iren lalu berjalan bersama Daniel keluar kelas menuju parkiran motor.
"Nasib jomblo gini amat dah" Ucap Agatha sambil menuruni anak tangga. Saat ia sampai didepan lapangan hujan pun turun. Dengan deras.
"Kenapa harus hujan sekarang sih!!" Ucap Agatha dengan nada kesal dan menghentak hentakan kakinya ke lantai
"Udah sepi lagi. Fix gue harus terjang air hujannya, dari pada gue gak pulang pulang" Agatha pun mengumpulkan tekadnya lalu berlari menuju gerbang. Namun baru sampai di pertengahan lapangan Agatha merasa ada yang aneh.
Tidak ada rintik hujan yang jatuh ke kepalanya. Saat Agatha mendongak ternyata ada payung berwarna Maroon yang melindunginya dari air hujan. Saat ia melihat wajah siapa yang memegang payung itu ternyata adalah Arga.
"Kak Arga?"
"Iyaa. Lain kali tunggu hujan reda jangan nekad kayak gini" Ucap Arga dengan suara yang menenangkan hati
Arga pun memegang tangan Agatha lalu menariknya untuk mendekatkan tubuh Agatha dengannya. Agar Agatha tidak terkena air hujan. Walau sebenarnya percuma karna seragam Agatha telah kuyub terlebih dulu.
Jujur jika boleh teriak. Agatha ingin teriak karna saat ini jantungnya sedang tidak normal. Rasanya jantungnya ingin loncat dari tempatnya berada. Agatha masih tetap menatap wajah Arga dan begitu pun sebaliknya. Tidak Agatha pungkiri Arga memang sangat tampan.
"Tha.."
"I... iya kak"
"Kamu mau gak jadi pacar aku?"
"...."
"Thaa?"
"...."
"Saya sayang sama kamu Thaa. Mau kan jadi pacar saya?" Arga mengulang kata katanya dengan tangannya yang tetap menggenggam erat tangan Agatha
"I.. ini serius kak?" Tanya Agatha dengan dibalas anggukan oleh Arga. Agatha pun menatap lekat lekat bola mata Arga. Sepertinya Arga tulus mengatakan ini semua
"Gimana?" Tanya Arga
"Iyaa gu.. eh maksudnya Aku mau" Ucap Agatha dengan senyum yang mengembang dibibir keduanya.
Arga pun melepaskan payung yang tadi ia genggam dan menarik Agatha kedalam dekapannya. Arga dan Agatha membiarkan air hujan bebas membasahi tubuh mereka.
Hujan ini adalah awal dari segalanya...
Jangan lupa Voment yaa readers😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlepas
RandomJika aku boleh menulis sesuatu. Maka akan ku tulis tentang mereka.. tentang kesedihan yg di hapus oleh senyuman. Mereka yg seakan menjadi penghibur dari sudut mana pun. Aku yg kala itu hanya bisa berbaring dan mengungkapkan tanpa satu orang pun y...