"Gilaa ya, ini Matematika napa nyusahin banget sih" gerutu Iren sambil mengacak frustasi rambutnya. Iren melihat Aurel yang sedang asik berkutat dengan angka, ia ingin bertanya namun takut mengganggu Aurel.
"Udah selesai?" Tanya Daniel setelah mengumpulkan buku tugas Matematika nya. Iren dan Aurel pun melihat ke sumber suara dengan bersamaan. Aurel yang melihat Daniel sedang berdiri didepan meja Iren sambil melihat Iren pun segera mengalihkan penglihatannya lalu melanjutkan menyelesaikan tugas yang diberikan Pak Deni
"Emm belum" Jawab Iren sambil sesekali melihat ke arah Aurel. Iren tau Aurel suka sama Daniel maka dari itu ia merasa tidak enak. Namun disisi lain hatinya merasakan rasa yang aneh.
"Sini gue ajarin" Daniel pun mengambil pensil dari saku bajunya lalu mulai mengajarkan Iren sambil mulut yang terus menjelaskan proses dan hasil dari jawabannya
Aurel segera berdiri lalu berjalan menuju meja Pak Deni dan mengumpulkan tugas yang tadi ia kerjakan dan kembali menuju bangkunya. Sesekali ia memperhatikan Iren dan Daniel, sakit, entah kenapa hatinya sakit terasa teriris.
Apasi Rel. Mereka cuman lagi ngerjain tugas doang kali. Gak ada yang sweet diantara mereka berdua. Jangan negative dulu Rel -Aurel pun menggelengkan kepalanya membuang jauh jauh pikiran yang mulai menghasut otaknya.
Aurel menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan nafas nya dengan kasar, seolah olah ia lelah dengan hidup ini. Lalu menenggelamkan kepalanya keatas meja.
Arkan pun mengedarkan pandangannya dan tertuju pada bangku Aurel, dan melihat sang pemiliknya sedang menelungkupakan kepalanya. Arkan pun menghampiri Aurel.
"Li..." Aurel tau itu suara Arkan. Arkan pun melihat Daniel yang sedang sibuk mengajarkan Iren. Ia tau pasti saat ini keadaan hati sahabatnya sedang tidak baik.
"Li lo gapapa kan?" Tanya Arkan dengan penuh selidik. Arkan gak mau liat Aurel sedih, karna itu bisa membuat hatinya merasa tergores
"Gapapa kok. Emang gue kenapa" Ucap Aurel lalu tersenyum yang membuat hati Arkan menjadi sangat tenang
"Yauda lupain aja. Ajarin gue dong Li" Arkan pun menyodorkan bukunya ke hadapan Aurel
"Makanya jangan kebanyakan main game" Ucap Aurel lalu menggelengkan kepalanya dan mulai mengajarkan Arkan. Sesekali Arkan mencuri pandang, ia menatap Aurel yang sedang sibuk menulis dan menjelaskan.
"Agathaa" Panggil Pak Deni yang membuat seisi kelas heran. "Kenapa Pak" Tanya Agatha sambil mencopot headseat yang terpasang ditelinganya
"Sini!!" Agatha pun berjalan menuju meja Pak Deni. Para murid pun masih setia melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. "Bapak mau tanya" Ucap Pak Deni yang diangguki oleh Agatha
"1 menit berapa detik?" Tanya Pak Deni kepada Agatha. Agatha pun diam dengan mimik wajah yang sedang berfikir keras
"100 detik Pak" Jawab Agatha dengan percaya dirinya. Seisi kelas pun tertawa terbahak bahak mendengar jawaban Agatha. Aurel hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu
"Lulus SMP nya diragukan tuh pak. Masa pertanyaan gitu doang gak bisa sih. Jangan jangan dia lulus karna nyogok lagi" Ucap Bintang lelaki berbadan tinggi dan bermata sipit dengan suara yang keras. Membuat Agatha geram lalu mengacungkan jari tengahnya kepada Bintang.
"Agatha kamu ini yaa" Bentak Pak Deni karna melihat tingkah Agatha
"Ish anu pak. Sebenernya saya bisa tapi karna saya gerogi melihat ke tampanan bapak. Jadi lupa deh jawaban yang bener nya apa" Jawab Agatha sambil senyum senyum gak jelas membuat Pak Deni merinding.
"Sekarang juga kamu bawa buku kamu dan belajar diluar" Titah Pak Deni kepada Agatha
"Serius Pak? Alhamdulillah" Agatha mengucap syukur lalu berjalan ke luar kelas setelah mengambil bukunya
Iren dan Agatha heran melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Namun mereka kembali ke kesibukannya masing masing.
"Owhh gini.. iyaa iyaa gue ngerti" Ucap Iren tersenyum lalu dibalas anggukan dan tak lupa dengan senyum yang terlukis dibibir seorang Daniel. Aurel pun hanya memperhatikan mereka berdua dengan perasaan yang campur aduk.
Senyum dia itu kebahagiaan gue. Ya walau bukan gue penyebab atau alasan dia tersenyum.. -Aurel
***
"Lo tau gak? Lo itu nyusahin banget. Dikira gak pusing kali ya. Gue tuh udah pusing mikirin pangeran Arga gue. Ditambah lagi gue harus ngurusin lo. Matematika membunuhku" Karna frustasi dengan soal matematika yang tidak ia mengerti sama sekali. Agatha terus mengoceh sambil menatap buku paket tebal yang berisi dengan angka.
Tanpa Agatha sadari, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya dengan kekehan karna melihat sikap Agatha yang baginya sangat konyol tapi lucu.
Arga yang beberapa menit hanya berdiri diujung perbatasan koridor kelas 10 dan 11 pun akhirnya berjalan menuju Agatha yang masih asik memarahi buku paket yang tidak bersalah itu.
"Itu soal gak bakal langsung keisi kalau kamu cuman marah marah doang" Ucap Arga sambil mengambil buku paket yang berada dipangkuan Agatha.
"Aku gak ngerti" Ucap Agatha dengan suara rendah sambil menatap nanar buku paket yang digenggam oleh Arga
"Makanya belajar. Jangan belanja mulu" Ucap Arga lalu terkekeh
"Namanya juga cewek Ga"
"Yauda ayo ke Perpus, nanti aku bantuin ngerjain tugasnya" Ajak Arga sambil membantu merapikan buku buku Agatha yang tergeletak dilantai
"Lah kamu gak ke kelas? Nanti kalau diomelin gimana? Kamu itu kan ketos" cerocos Agatha namun Arga sangat menyukai hal ini
"Aku lagi Freeclass" Ucap Arga lalu menarik tangan Agatha. Mereka pun berjalan menuju Perpustakaan sekolah
Jangan lupa Voment nya :))))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlepas
RandomJika aku boleh menulis sesuatu. Maka akan ku tulis tentang mereka.. tentang kesedihan yg di hapus oleh senyuman. Mereka yg seakan menjadi penghibur dari sudut mana pun. Aku yg kala itu hanya bisa berbaring dan mengungkapkan tanpa satu orang pun y...