Bagian 7

139 19 27
                                    

***

Oppa tidak terlalu kurus dan kekuatan nya juga lumayan, tetapi jika di bandingkan dengan 2 bodyguard Jongin, Oppa sama sekali tidak ada apa-apanya. Setelah menahan perlawanan Oppa yang sangat kuat akhirnya kami berhasil membawa Oppa masuk kedalam rumah rehabilitas.

Oppa tidak ketergantungan pada obat terlarang, tapi obsess nya terhadap judi membuat dia harus mendapat treatment kusus, setidak nya itulah yang dikatakan oleh Jongin.

"YOU MOTHERFUCKER! YOU LIED TO ME!" Oppa mengamuk dan menunjuk-nunjuk jongin. Wajah nya sangat marah, bahkan aku belum pernah melihat dia semarah itu.

"Oppa, aku akan sering datang. Bersabarlah sebentar Oppa." Aku menenangkan Oppa yang sudah dipaksa duduk di kursi roda: kaki, tangan dan juga badan di ikat supaya tidak bisa kabur.

Oppa menatap ku sinis, "Kau tahu? Kamu penjahat nya, kamu tega melakukan ini pada Oppa mu sendiri ha! Tapi tidak masalah, aku sudah biasa di khianati orang yang kusayang, Appa, kamu, kalian hanya perduli pada diri kalian sendiri. Appa dengan sengaja meninggalkan aku dan kamu, dan sekarang kamu sengaja meninggalkan aku. Hah! Semoga kamu menemukan kebahagiaan setelah ak— hmmh" dia tidak melanjutkan kata-katanya karena dia sudah tertidur setelah seorang dokter memberikan suntikan bius kepadanya.

Apa yang diucapkan Oppa benar, akulah yang egois disini. Aku yang tidak mau di ganggu olehnya sampai mau mengirim Oppa di tempat seperti ini. Aku yang terlalu takut memikirkan pendapat Sehun tentang Oppa yang ternyata penggila judi. Akulah yang salah and I'm not proud of that.

"Jangan merasa bersalah, ini demi kebaikan Jaehyun." Ujar Jongin merangkul sambil mengusap lengan ku.

Aku menatapnya, "Oppa benar Ni, akulah yang egois. Oppa tidak pernah kasar seperti ini. Dia selalu memeluk ku disaat aku mimpi buruk ataupun saat aku menangis, dia mencium keningku disaat aku merasa gelisah. Dia selalu manis kepadaku Ni. Tapi balasan ku? Aku justru membawa nya ketempat seperti ini!" Aku histeris dan menangis di pelukan Jongin.

Jongin mengusap punggung ku menenangkan, "shhh, aku janji Jaehyun akan kembali seperti dulu. Beri waktu 6 bulan, dia butuh treatment disini. Dia menahan banyak beban dan menutup dirinya." Dia masih mengusap punggungku, "Setelah apapun yang terjadi pada Ayah mu, dia pasti merasa kalau dia telah di tinggalkan." Jongin masih memeluk ku, ukuran tubuhku yang terlalu kecil seakan badan ku masuk kedalam pelukan hangatnya.

"Bagiamana kamu tahu? Kamu baru mengenal ku dan Oppa." Gumam ku di sela tangis.

"Aku kebetulan pernah belajar tentang psychology. So yeah." Dia menyombongkan diri, membuat ku terkekeh tanpa sadar. Dia tersenyum menatap ku, "I know it must be hard for you, but you must know that I always be here for you."

Aku tersenyum mengangguk, "gomawo Nini!" Aku memeluk Jongin lagi.

"Aku lapar, bisa kita makan di perjalanan nanti?" Dia merengek mengusap perutnya setelah melepaskan pelukan kami.

Aku terkekeh, "Baiklah."

"Yes!" Dia meninju udara dengan antusias membuat ku tak bisa menahan senyum melihat tingkah nya.

***

"Sehun pasti marah! Aku pasti mati— Aku pasti mati!" Aku panik di depan pintu rumah Sehun.

"Hey hey hey!" Jongin meremas bahu ku menyadarkan, "ada aku, aku yang bakal bilang ke Sehun kalau ini salah ku."

Aku memegang tangan Jongin dan menatap nya, "tolong jangan bilang apapun soal Oppa, please Nini! Aku gak mau Sehun tahu tentang Oppa ku yang psycho!" Ujar ku memohon.

Pabo-TranslatorWhere stories live. Discover now