Bagian 8

97 16 19
                                    

"K-kita dimana?" Aku memandang pemandangan kota dari atas bukit. Semua kerlap kerlip; lampu dan cahaya dari kumpulan bintang yang menerangi kota membuat malam jadi semakin indah.

"Dulu sewaktu masih trainee, setiap akhir pekan aku selalu kesini." Dia duduk di sebuah bangku, mengangkat kepalanya menatap bintang di langit.

Aku mengikuti nya duduk di sebelahnya, Sehun menatap ku "Tempat ini indah dan aku selalu berharap bisa membawa orang yang ku sayang kesini."

Hatiku! God ini tidak baik untuk kesehatan jantungku! Mereka berdetak 2x lebih cepat sejak dimotor tadi. Aku akan mati muda kalau begini terus!!

"Maaf soal tadi, aku gak tahu kakak kamu datang ke kantor—" Aku menatap Sehun sebelum sempat aku berbicara dia sudah memulai "—okeh aku tidak akan bahas itu. Tapi memikirkan kalian pergi berdua; kau dan Jongin, seharian. Membuatku merasa tidak nyaman, emosi ku meningkat sejak tadi."

"M-maaf"

"Mulai sekarang, kamu harus bergantung padaku. Apapun yang kau alami senang maupun susah, aku harus jadi orang pertama yang tahu." Sehun menggenggam tangan ku. "Aku tidak baik dalam mengekspresikan emosi ku, tapi ada sesuatu disini—" dia meletakkan tangan ku di dadanya. Aku bisa merasakan detakan jantungnya yang berdetak cepat seperti ku. "—tolong bertahan sebentar. Apapun yang terjadi kumohon bertahan lah dan bersabar sedikit. Kau mau?"

Aku mengangguk tersenyum. Aku tidak tahu apa yang dimaksud oleh Sehun tapi aku akan bertahan, aku akan menunggu dengan sabar seperti yang diminta olehnya.

Dia memeluk ku erat. Pelukan ini terasa begitu berarti, terasa begitu hangat dan mendominasi.

Cukup lama pelukan ini berlangsung, seolah aku dan Sehun malas memisahkan diri masing-masing.

"Kita harus mencari hotel."

Aku melepaskan pelukan tiba-tiba, membuat Sehun menatap ku bingung. "M-mau apa?!" Suara ku bergetar takut.

Sehun mendengus sinis, "Yah! Kamu memang pabo translator! Kamu pikir aku lelaki apa yang membawa perempuan kehotel di hari pertama mereka berkencan?" Dia menatap ku tak percaya.

Berkencan?

Kita?!

Hari pertama?!

Sekarang?!

"Yah! Jangan senyum-senyum, otak mesum!" Sehun menyentil keningku gemas. Tidak terasa sakit karena dia tidak menyentilnya dengan sungguh-sungguh.

"M-maaf" Aku cemberut sambil mengusap kening ku.

"Yasudah ayo, semakin dingin disini." Sehun menggenggam tangan ku, mencium nya sekilas lalu berjalan lebih dulu meninggalkan ku yang mematung.

"Kau tidak bisa melakukan hal manis lalu pergi begitu saja!" Protes ku mengejar nya yang tidak menjawab maupun memperlambat langkah nya.

***

"So you guys staying together at the hotel?" Wajah Jongin muncul di layar ponsel membuat Sehun menjadi risih.

"Motel, there isn't hotel around so yeah, and it's already late so we don't have a choice." Aku jawab dengan senyum kaku.

"Kalian tidak sekamar kan?" Kini wajah Jeno Oppa yang di layar.

"Kami sekamar, karena malam minggu semua kamar sudah di tempati." Jawab Sehun santai membuat Jeno melebarkan matanya, "Yah! Jangan melakukan apapun! Kamu terlalu muda untuk memiliki anak!"

"Gunakan pengaman!" Teriak Jongin dari belakang.

"Ck!" Sehun mendecak. Wajahnya terlihat biasa saja berbeda dengan ku yang sudah malu dan kiku tidak tahu mau apa,

Pabo-TranslatorWhere stories live. Discover now