40

189 5 0
                                    

'ting tung ting tung'
'ting tung ting tung'

Alarm kamar Gilang berbunyi. Ia beranjak duduk dari posisi telungkup sebelumnya.

"Ini senin."

Gilang memandang isi kamarnya dan berdecak kemudian.

Pertama kali yang diingatnya adalah Lusi seorang.

...

'Selamat Pagi Tuan'

Lelaki dengan heavy curly yang tak pernah menjawab sapaan dari para gadis di cafetarianya, siapa lagi kalau bukan Dian.

Lelaki itu segera masuk ke bagian dapur dan membuat secangkir robusta kental, dengan 2 lapis roti panggang kering.

Dian memang terbiasa sarapan di cafetaria miliknya.

Ia kemudian duduk dan mulai menyantap hidangan itu.

Sambil masih menyimpan tanya, mengapa Lusi tak datang minggu lalu.

...

Jauh di atmosfer Gilang yang mulai bersiap, dan Dian yang tengah sarapan.

Terlihat wanita mungil duduk di atas tempat tidur mini dengan seprai hello kitty.

Ia murung, dengan piyama kotak - kotak merah. Dan rambut pendeknya yang berantakan.

Ia kesal.

"Pasti karena hujan - hujanan kemarin."

Ia memukul sebelah tempat tidurnya dengan kedua tangan mungilnya.

Kemudian terlentang tubuh itu. Nampak termometer di sebelah kanan tangannya yang masih tergenggam.

"Dan terlalu banyak makanan manis."

Ia menutup matanya sejenak. Dan mulai bangkit dari tempat tidur mini itu.

Meninggalkan termometer di meja lampu dekat bantal hello kittynya,

Dengan angka 40° C

...

"Lusi Sakit?"

Dian termangu dan membenarkan seragam sekolahnya.

Teman sebangku Lusi meninggalkan Dian setelah meletakkan surat izin di atas meja guru.

Dian mengernyitkan alis, ia segera menyusun strategi dengan baik dan bijak.

Ia berencana menjenguk Lusi dan membawakan bubur hangat, serta obat penurun panas.

Dian paham betul apa yang Lusi butuhkan.

...

"Yan!"

"Kak. Ada apa?"

"Apa kau melihat Lusi? Aku mencarinya dan tidak menemuinya."

"Lusi sakit."

"Lusi sakit?"

Dian mengangguk.

"Kau tau alamat tinggalnya? Aku sangat menyesal tidak lebih cepat datang kemarin."

"Kak Gilang bertemu Lusi?"

"Ah, iya. Tidak sengaja. Aku melihat Lusi berjalan sendiri di tengah hujan, dan ku ajak dia berteduh di cafe ayahku."

"Ini alamatnya kak."

Dian menuliskan alamat Lusi saat Gilang tengah membicarakan hal yang tak ingin Dian dengar.

Sekarang Dian paham mengapa Lusi tanpa kabar kemarin. Dian benar - benar paham.

...

"Apa ku telpon Dian saja ya? Aku tidak kuat kalau harus ke dokter sendiri."

Lusi mulai mengambil ponselnya dan menghubungi Dian.

"Halo."

"Ya?"

"Kau di sekolah?"

"Hm. Dan kau sakit."

"Ah, kau pasti tahu dari Kina. Iya, aku sakit. Tadi pagi termometer menunjukkan angka 40."

Hening..

"Halo? Yan?"

"Aku kesana."

Tiba - tiba panggilan diputuskan.

Pria Dingin dan Wanita PemaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang