Persaingan

105 3 0
                                    

"Kamu jadi barengin cewek rambut pendek itu?"

"Hah? Yang creepy itu?"

"Ah, diem! Namanya Lusi."

"Lo ga beneran suka sama dia kan lang?"

"Angga, ya biarin aja dong kalo Kak Gilang suka."

"Bentar bentar, lo ga salah nih? Cewe cewe yang suka sama lo tu jauh kalik dibanding siapa tadi namanya ndra?"

"Lusi. Namanya Lusi. dan gaada yang berhak nilai dia selain gue"

Gilang mengambil jacket denimnya dan berlalang meninggalkan Diandra dan Angga.

"Marah kan ngga.. Lo sih, rese!"

"Yah padahal gue kan cuma bercanda."

...

"Harus gimana nih?"

Lusi menggertak dan memainkan pensilnya di atas kepala. Pusing, memikirkan perilaku Dian yang tak wajar.

'Dian ga pernah kaya gitu kepadaku. Kenapa dia sekarang berbeda?'

Lusi terus berpikir keras, hingga lupa jika jam pulang sudah mentereng di hadapannya.

Dan sayangnya, dia pun lupa dengan janjinya untuk pulang bersama Gilang.

...

"Lusi kemana?"

Gilang menoleh ke kanan dan kiri, menunggu ke arah yang biasa dilewati oleh Lusi. Sudah hampir beberapa jam dan Gilang mulai cemas, ia memutuskan untuk naik ke kelas Lusi di lantai dua.

"Lusi?"

Kosong.

Kelasnya kosong, Gilang kecewa, apa benar Lusi lupa?

Dengan helaan napas berat, Gilang keluar dari kelas Lusi, dan tidak sengaja berpapasan dengan Dian

"Kak Gilang?"

"Hai! Ah, kau lihat Lusi?"

"Bukannya bareng sama kakak ya?"

"Lusi bilang ke kamu?"

Dian terdiam. Lalu mengalihkan topik bicara

"Tapi kalau Lusi mengatakannya padamu, tidak mungkin dia malah melupakan janjinya."

Dian tersentak, mimiknya terlihat berbeda meski tetap tenang dan diam.

Gilang tersenyum, sadar ia bahwa Dian sedikit memiliki perasaan lega karena Lusi tidak jadi bersenda denganya.

"Dian, kuberitahu. Aku sangat menyukainya."

"Apa maksudnya kak?"

"Jangan membodohiku. Aku tahu."

Dian diam saja, dan perlahan turun dari lantai kelas Lusi.

"Hey Dian!"

Dian menghentikan langkah, hanya saja dia tak menoleh untuk menyapa kembali Gilang, sudah tak sanggup dia melihat wajah lelaki yang berani mendekati gadis yang disukainya.

"Kalau memang ini maumu, maka kuanggap ini adalah persaingan."

Lalu Gilang turun dari kelas Lusi, mendahului Dian yang masih diam di tempat dan merasakan gigil di sekujur tubuhnya.

"Persaingan?"

Dian menghela napas

"Lusi bukan bahan permainan, Gilang."

Pria Dingin dan Wanita PemaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang