Chapter 2

1.9K 149 8
                                    

Hujan semakin deras dan senja semakin menggelap, sebuah mobil dengan cepat membelah jalanan yang basah diguyur hujan dalam gelapnya malam. Dua insan berbeda jenis di dalamnya diam, tak satupun yang berniat untuk memecahkan suasana hening dan canggung itu.

Yang satu tetap fokus mengendarai mobilnya, dan yang satu lagi hanya melihat keluar jendela. Tak satupun dari mereka bersuara, membuat suasana di sekitarnya bertambah tegang.

Tenten sedikit bergerak untuk membenarkan posisi duduknya, pegal, itu yang ia rasakan, lehernya sakit karna terus-terusan melihat kesamping. Cukup! Ia tidak tahan lagi dengan suasana disekitarnya.

"Ba..bagaimana kau tahu aku ada di sana?" akhirnya Tenten berani mengeluarkan suaranya, walau lebih terdengar seperti cicitan bagi Neji.

"Ibumu yang memberitahuku, biasanya sebelum pulang kau selalu ke cafe dekat kantormu " Neji tidak mengalihkan pandangannya dari jalan saat menjawab pertanyaan Tenten. Sekilas dari samping Neji melihat Tenten kaget. Sudut bibir Neji bergerak naik, ia tersenyum tipis bahkan Tenten tidak tahu pemuda di sampingnya itu sedang tersenyum.

"kau... Bagaimana kau mengenal ibuku?" Tenten masih bingung bagaimana Naji bisa mengenal ibunya.

"Dulu rumah sakit ibumu pernah berkerja sama dengan perusahaan kami"

"Ah..." Tenten manggut-manggut tanda mengerti. Bagaimana pun orang di sampingnya itu adalah seorang Hyuga. Walaupun ia tidak terlalu menyukai Neji karna dari dulu Neji selalu kejam padanya, bahkan pada adiknya sendiri. Tenten mendengus kesal teringat akan masa lalunya sebagai junior dari Hyuga Neji.

"kau kenapa?" Neji sadar raut wajah Tenten tiba-tiba berubah masam.

"Tidak, aku hanya teringat seseorang yang selalu menindasku waktu masih sekolah dulu" Neji sempat terkekeh geli mendengar perkataan Tenten, namun wajahnya tiba-tiba berubah saat melihat mata Tenten yang bengkak. Dan ada sedikit jejak air mata disana. Neji kembali memfokuskan pandangannya ke depan, tidak ingin mengusik perasaan gadis di sampingnya itu sekarang. Ia akan bertanya saat waktunya tiba.

🍃🍃

Seorang wanita paruh baya mondar mandir tidak karuan di depan teras rumahnya, raut wajahnya terlihat gelisah, sesekali ia menggigit kuku ibu jarinya sambil melihat ke jalanan dan memperhatikan mobil yang lewat. Wanita itu melihat jam di pergelangan tangannya dan kembali terlihat frustasi, jam 10pm, keringat dinginnya mulai keluar dari pelipisnya, matanya mulai berkaca-kaca dan tubuhnya menggigil. Wanita itu hampir menangis jika saja sebuah mobil tidak berhenti di depannya.

"Kaa-san?" Seorang gadis bersurai coklat sepunggung turun dari mobil dan langsung di terjang oleh wanita yang di panggil kaa-san tadi.

"Dasar anak ini, kemana saja kau?! Jam segini baru pulang?! Apa yang kau lakukan?! Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padamu?! Kau tau betapa khawatirnya ibumu ini?!" pertanyaan dari ibunya yang bertubi-tubi membuat gadis itu pasrah. Dia sudah tau pasti akan begini jadinya, wajar saja seorang ibu mengkhawatirkan anak gadisnya kan? Walaupun ia hanyalah anak angkat.

"Maaf, aku ketinggalan bus terakhir" Tenten nyengir, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bohong. Ia berbohong, jelas-jelas ia melihat bus berhenti di depannya.

"Tsunade baa-chan" Neji menyapa wanita paruh baya yang sedikit menjadi lebih tenang sekarang setelah menghujani pertanyaan demi pertanyaan kepada anaknya setelah melihat Neji.

"Terima kasih Neji, kau sudah banyak membantu Tsunade tersenyum hangat, senyuman khas seorang ibu.

"Ah.. Tadi Hiashi sudah kesini menemuiku, dan menyampaikan niatanmu, walau aku yang memaksa hahaha, aku akan sangat senang jika hal itu sudah benar-benar terwujud, dan mulai sekarang kau harus memanggilku Oka-san."

"hal...apa?" celetuk Tenten yang bingung arah pembicaraan ibunya dan Neji.

"Hm? Kau belum memberitahunya Neji"

"Akan lebih baik jika Baa-chan yang memberitahunya langsung" Tenten makin bingung dengan pembicaraan Neji dengan ibunya. Tsunade tersenyum dan menyentuh pundak putri semata wayangnya.

"Kau akan menikah dengan Neji"

Bak di sambar petir, Tenten membeku di tempat setelah mendengar ucapan ibunya. Kenapa bisa jadi begini? Ia melihat kekasihnya, atau mungkin sudah menjadi mantan kekasih melamar gadis lain di depannya, dan sekarang kenapa ia yang harus menikah?

TBC

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang