Chapter 12

953 76 19
                                    

Matahari senja mulai tenggelam, menyembunyikan sinarnya dan akan segera digantikan oleh bulan. Sebuah mobil berwarna hitam metalik membelah jalanan yang kini dihiasi oleh lampu-lampu jalan.

Pengemudi yang bersurai merah itu melirik sebuket bunga dan sekotak coklat di kursi penumpangnya dengan senyum mengambang di bibir tipisnya. Ia memarkirkan mobilnya di garasi rumah mewahnya yang masih minim penerangan, pemandangan yang biasa ia lihat sepulang kerja.

Gaara memasuki rumahnya dengan membawa buket bunga dan coklat sambil celingukan mencari istrinya. Malam ini ia bertekad berbicara jujur pada istrinya tentang perasaannya selama ini. Tadinya ia hanya akan membawa sekotak coklat saja atas saran Sasuke yang mengambil buku sekaligus foto Sakura di kantornya. Namun Sakura juga menyarankan agar ia membawa sebuket bunga.

Perasaan tidak sabarnya kembali membuncah, namun ia sama sekali tidak melihat istrinya di lantai bawah. Gaara segera menaiki tangga dan menuju ke kamar mereka. Kosong. Ia mencari di kamar mandi namun istrinya juga tidak ada.

"Matsuri!"

Gaara memanggil istrinya sambil mencari ke setiap sudut rumahnya. Namun batang hidung istrinya sama sekali tidak muncul. Pikiran negatif mulai muncul di kepalanya. Takut terjadi hal-hal yang tidak di inginkan pada istrinya. Ia mengambil ponsel dan menelpon ke nomor Matsuri, namun ponselnya tidak aktif. Gaara frustasi. Ia melangkah untuk keluar dari kamarnya, namun langkahnya berhenti saat melihat koper yang biasa di pakai Matsuri tidak ada di tempat.

Gaara membuka lemari baju milik Matsuri dan hanya menemukan gaun-gaun cantik yang ia beli dan hadiahkan. Namun Gaara tidak menemukan baju-baju sederhana yang Matsuri beli sendiri dengan hasil keringatnya sendiri.

"Tidak.. Dia pergi?!"

***

Suara roda koper diseret terdengar di sepanjang jalan kecil pedesaan, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, jalanan sudah sepi, hanya mengandalkan penerangan lampu jalan yang tidak terlalu terang.

Matsuri menghirup udara malam sambil memejamkan matanya, menikmati semilir angin dan aroma rerumputan. Ia sampai di depan sebuah rumah kecil yang minim penerangan. Bibir ranumnya tersenyum, dan dari mata sembabnya terpancar kerinduan.

"Matsuri?"

Matsuri menoleh ke arah suara yang memanggilnya pelan, tampak sesosok wanita bersurai biru sedang memandangnya tak percaya.

"Konan-san?"

Matsuri menubruk wanita yang bernama Konan, ia memeluknya erat dan air matanya mulai mengalir.

"Kau sudah besar.. Aku merindukanmu"

Konan mengelus lembut punggung Matsuri, air matanya perlahan menggenang dan menetes di pipi.

"Aku juga merindukan Konan-san..."

"Ayo, mampir ke rumah kami dulu, kau belum makan kan?"

"Aku sudah–"

"Kau harus makan!"

Konan tersenyum dan mengangguk melihat tatapan polos Matsuri, ia tau Matsuri belum makan, wajah lesunya tampak jelas dan sedikit pucat. Matsuri mengangguk, ia tidak akan bisa menang saat berdebat dengan Konan. Matsuri berpaling ke arah rumah kecil dan sederhana di sebelah kanannya, rumah peninggalan orang tuanya sebelum mereka meninggal, dan sebelum Matsuri diasuh oleh panti asuhan.

'Ayah, ibu...aku pulang...'

***

Neji sesekali melirik ke sofa ruang kerjanya sambil menyelesaikan dokumen pentingnya satu persatu. Makhluk merah sejenisnya yang sefrekuensi dengannya selain Sasuke terus menatap ke atas tanpa berkedip. Membuatnya frustasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang