Chapter 3

1.9K 149 7
                                    

"Haah" Neji menghela nafas keras sambil melepaskan dasi dan kemejanya, Neji membuang pakaiannya ke sembarang arah membuat kamarnya berantakan. Kemudian menuju kamar mandi. Suara gemericik air memenuhi seisi ruangan mewahnya. Neji memejamkan matanya merasakan air yang jatuh tepat pada wajahnya. "hahh" sekali lagi ia menghela nafas. Pikirannya terus saja memunculkan gadis bersurai coklat dengan wajah sendu, gadis yang terlihat sedikit pucat dengan mata yang berkaca-kaca menahan mutiara beningnya agar tidak jatuh.

Neji menyudahi acara mandinya dan segera memakai pakaian santainya, perutnya mulai bergemuruh meminta pemiliknya segera mengisi mereka. "kenapa kalian tidak bisa di ajak kompromi sedikit pun?" Neji berbicara pada perutnya yang memang dari tadi pagi belum diisi makanan apapun, ia hanya minum kopi saat pagi dan air mineral saat siang. Jadi siapa yang salah sekarang?

Neji turun kedapur dan membuka kulkas, ia menemukan minuman soda dan langsung menyambarnya. "apa yang harus kulakukan sekarang.." Neji terus saja memikirkan Tenten yang sedari tadi menghantui pikirannya, Tenten memang tidak menolak, namun wajah lesu Tenten benar-benar membuat Neji merasa bersalah. Ia akui, ini kali pertamanya Neji memikirkan seorang gadis sampai sepeeti ini. Sebelumnya Neji hanya mencintai pekerjaannya dan sama sekali tidak tertarik dengan perempuan. Seorang workaholic, itu yang biasa didengar saat ayahnya mengomel karna ia selalu menolak dikenalkan pada seorang gadis.

"Apa anda sudah makan Tuan Neji?" suara seorang pelayan mengagetkannya yang sedang melamun di depan kulkas.

"Ekhemm" Neji berdehem sebelum menjawab "Belum".

"Saya sudah siapkan anda makan malam di atas meja, Tuan" pelayan wanita itu tersenyum ramah kepada Tuannya–Tuan mudanya mungkin– sambil menunjuk kearah meja makan dengan sopan.

"Hn, makasih Ayame" Neji berlalu kemeja makan, namun kembali membalikkan badannya "Dimana Ayah?" tanya Neji pada Ayame.

"Tuan Hiashi sedang beristirahat Tuan, beliau langsung kekamar setelah makan malam"

Neji mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti sambil berjalan kembali ke meja makan.

🍃🍃

"Kaa-san, aku berangkat" Gadis bersurai coklat berpamitan kepada ibunya sambil berjalan menuruni tangga. Ia mengenakan jas hitam yang di padukan dengan bawahan yang berwarna senada dan sepatu skate putih. Terlihat rapi dan elegan.

"Kau mau pergi sekarang? Sarapan dulu Tenten" sang ibu yang sedang membawakan sarapan mereka dibantu oleh pelayannya berhenti dengan aktivitasnya dan memperhatikan anaknya yang sudah rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau mau pergi sekarang? Sarapan dulu Tenten" sang ibu yang sedang membawakan sarapan mereka dibantu oleh pelayannya berhenti dengan aktivitasnya dan memperhatikan anaknya yang sudah rapi.

"Aku akan ditinggal bus lagi jika terlambat kaa-san"

"Aa...kau tidak akan naik bus lagi, mulai sekarang Neji yang akan mengantar dan menjemputmu" Tsunade tersenyum setelah mengatakan itu. What?!! Tenten melotot tidak bisa menjawab apapun, matanya masih terlihat sedikit bengkak akibat menangis semalaman. Ia merasa sakit hati setelah melihat mantan kekasihnya bersama gadis lain dan ia harus menghadapi kenyataan karna semalam Kiba mengirim pesan dan meminta putus. Belum lagi kemarin ia dilamar Hyuga Neji. Tenten tidak tau harus berekspresi apa, haruskah ia bahagia atau bersedih dengan semua kejadian itu.

"I-itu tidak perlu Kaa-san, aku bisa pergi dan pulang sendiri"

"Kaa-san tidak mau kau pulang larut seperti kemarin sayang, dan bus itu bukanlah tempat aman, bisa saja ada kejadian yang tak diinginkankan?" Tsunade tersenyum dan mendekati anaknya, tangannya terangkat dan mengelus kepala Tenten "kau memang bisa bela diri, tapi kau tetap perempuan, akan lebih aman jika Neji selalu berada di sampingmu" lanjutnya.

Tenten diam, bagaimana bisa ia menolak perjodohan yang dilakukan oleh ibunya itu, ia sudah dirawat dan diperhatikan sampai seperti ini, Padahal ia hanyalah anak angkat. "Baiklah" Tenten berusaha tegar dan tak ada pilihan lain selain menyetujui usul sang ibu. Mereka berdua tersenyum kemudian memulai sarapannya.

🍃🍃

"Trimakasih" Tenten membuka mobil sport mewah berwarna putih itu setelah mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah mengantarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Trimakasih" Tenten membuka mobil sport mewah berwarna putih itu setelah mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah mengantarnya. Namun tangannya ditarik sebelum ia keluar sepenuhnya. Tenten menoleh, wajahnya terlihat bingung saat melihat tatapan orang yang sudah mengantarnya.

"Nomor kontakmu?" Tenten malah terlihat makin bingung. Membuat Neji menghela nafasnya lagi.

"Aku minta nomor kontakmu" Neji mengeluarkan polselnya dan memberikan kepada Tenten.

"Neji, kau tidak perlu mengikuti perintah ibuku, ma-maksudku permintaan, kau tidak perlu mengantar dan menjemputku setiap hari, aku bisa pergi dan pulang sendiri" Tenten menunduk dan memainkan jemarinya, ia tak berani menatap mata Neji yang sedari tadi memperhatikannya.

"Aku tidak mengikuti permintaan ibumu, aku melakukan ini untukku sendiri" Neji menyeringai, namun Tenten tidak melihatnya "Bukankah sebentar lagi kita akan menikah? Itu sudah tanggung jawabku sebagai calon suamimu, dan aku tidak suka kau naik bus, di sana banyak laki-laki dan..." Neji mengantung kalimatnya, sebelum melanjutkan,  wajah Neji mulai mendekat ke wajah Tenten, mempersempit jarak antara keduanya. Membuat Tenten tidak nyaman dan semakin menunduk.

"Jangan coba-coba pulang dengan di antar teman lelakimu" Neji berbisik ditelinga Tenten. Tenten tercekat merasakan hembusan nafas Neji di telinganya. Dan apa-apaan itu? Ancaman atau peringatan?

"Jangan menolak niat baikku Tenten" Neji mengelus kepala gadisnya lembut, rambut biasanya dicepol dua kini tergerai sepunggung, membuat gadisnya semakin cantik. Tenten mendelik setelah mendengar ucapan Neji dan merasakan tangan kekar mengelus kepalanya. Lagi-lagi mata mereka beradu. Pria di sampingnya itu masih sama dengan yang dulu ia kenal, dingin, namun hangat disaat bersamaan. Apakah keputusannya menerima pria ini menjadi suaminya benar?

TBC

Maaf updatenya lama😭

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang