Chapter 10

1.4K 85 15
                                    

Warning⚠

Chapter ini mengandung adegan dewasa 🔞, silakan skip jika tidak nyaman dengan konten tersebut.
.
.
.
.
.
.
.

Suara burung dan patukan paruhnya di jendela mengusik tidur seorang wanita yang menggeliat di bawah selimut.

"Ugh!!" pekikan kecil terdengar dari bibir ranumnya, rasa nyeri menjalar di sekujur tubuhnya. Udara di sekelilingnya terasa dingin walaupun tubuhnya tertutup selimut. Wanita itu meraba tubuhnya dan mendapati dirinya telanjang, tidak ada satupun benang pada tubuhnya.

Ia kembali mengingat kejadian semalam yang membuatnya jadi seperti ini. Wajahnya memerah kala ia mengingat bagaimana suaminya "mengahajar" dirinya semalaman suntuk. Bahkan terjadi hingga 3 kali.

Kepalanya menoleh mencari sosok pelaku yang menyebabkannya tidak bisa turun dari tempat tidur, namun sosok tersebut tidak ada di kamarnya. Ia mencoba bangkit kembali dari ranjangnya, namun nyeri kembali menjalar di sekujur tubuhnya.

Wanita berambut coklat itu kembali tidur dan memejamkan matanya. Tak lama kemudian seseorang memasuki kamarnya sambi membawa nampan berisi makanan.

"Kau sudah bangun?" Neji menaruh nampan berisi makanan untuk istrinya di atas nakas. Tenten hanya melirik enggan, tubuhnya terlalu lelah untuk di gerakkan.

"Ayo bangun, sarapan dulu!" Neji membantu Tenten duduk di ranjang, Tenten meringgis kesakitan saat berusaha duduk.

"Masih sakit? Biar kulihat sebentar"

"Kyaaa! Jangan!" Neji menyingkap selimut dan membuka kaki Tenten, ia tidak mengubris teriakan istrinya. Ada jejaknya semalam serta darah di sana. Neji merasa bersalah karena melakukannya secara kasar semalam.

"Ayo kerumah sakit setelah ini" ajak Neji.

"Tidak mau! Ini memalukan!"

"Baiklah, tapi makan sarapanmu dulu, kau belum makan dari semalam" Neji menyuapi Tenten hingga sarapannya habis. Ia kembali mengacak rambut istrinya, walau sedang kesal, istrinya tetap menurut.

"Neji"

"hn?"

"bejanjilah kau akan menuruti permintaanku!" Neji menatap Tenten heran, tak biasanya Tenten menuntut sesuatu darinya.

"Baiklah, aku janji" Tenten tersenyum sumringah mendengar perkataan Neji. Membuat Neji semakin penasaran apa yang akan di katakan Tenten selanjutnya.

"Jangan menyentuhku selama sebulan kedepan!" Tenten bicara dengan santai sambil merapatkan selimut ketubuhnya. Neji terbelalak kaget dengan apa yang di dengarnya dari mulut istrinya.

"Tidak bisa! Kau itu istriku Tenten, sudah tugasmu melayaniku di ranjang. Jika bukan denganmu aku harus melakukannya dengan siapa?!" Nada bicara Neji sedikit meninggi, ia tidak percaya istrinya sendiri menolaknya seperti ini.

"Hanya untuk satu bulan Neji, jangan menyentuhku! Itu benar-benar menyakitkan" Tenten gemetar, Neji jarang meninggikan suaranya kecuali jika benar-benar marah.

'Apa aku salah meminta hal ini?' Tenten membatin, kepalanya terus mrnunduk tidak berani memandang suaminya. pandangannya mulai kabur karena air mata, bagaimanapun dia tetap perempuan, ia kuat menahan pukulan, namun tak kuat jika hatinya terluka.

"Maaf, aku tak bermaksud membentakmu" Neji yang melihat Tenten gemetar menariknya ke dalam pelukan.

"Aku hanya kecewa pada permintaanmu, tak bisakah kau meminta yang lain?" Neji bertanya lembut di telinga Tenten sambil terus mengelus punggung telanjangnya. Tenten menggeleng dalam pelukan Neji.

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang