Tenten dengan telaten membuat garis-garis coretan diatas kertas kerjanya. Sesekali ia menyeruput kopi yang baru saja di seduhnya tadi, matanya tetap fokus pada kertas dan garis yang ia buat, meliuk-liukkan penanya, hingga membentuk karya seni yang bernilai. Tenten sumringah menatap hasil kerjanya, ia puas dengan apa yang dilakukannya saat itu. Namun senyumnya hilang saat seorang gadis menarik kertas karya seninya dari tangannya dan menjauhkan dari pandangannya.
"Apa yang kau lakukan Matsuri?" Tenten menatap bosan pada gadis yang sedang berdiri di hadapannya.
"Kau berhutang sesuatu padaku Nona" Matsuri duduk di kursi kerjanya tepat di samping kursi Tenten.
"Aku tidak pernah berhutang pada siapapun" Tenten menarik kembali lembaran yang berisi karya seninya dari tangan Matsuri.
"Ayolah, kau tidak mau bilang padaku siapa pria itu? Hmm? Oh, walau sekilas, tapi aku tau dia saaangat tampan"
"kalau Gaara tau kau bilang tampan untuk pria lain dia pasti akan membunuhmu" Tenten menanggapi Matsuri bosan.
"Ayolah cerita padaku, bagaimana kalian bertemu?" Matsuri menarik tangan Tenten dan menggoncangkannya hingga tubuh Tenten juga ikut tergoncang. Tenten memutar mata bosan dan kembali melanjutkan kerjanya.
"Jangan mengacuhkanku Tenten"
"....."
"Tenten"
"....."
"Ten-"
"Dia bukan siapa-siapa" Tenten berhenti dari aktivitasnya dan memilih untuk meladeni temannya yang amat sangat ingin tau itu. Jika tidak dia pasti akan selalu dihantui oleh Matsuri di tempat kerjanya.
"Imposible, jika bukan siapa-siapa mana mungkin dia mengantarmu"
"Itu hanya permintaan ibuku padanya"
"kau tau, tatapan Gaara juga seperti itu saat ia sedang bersamaku, pria itu juga menatapmu seperti itu tadi. Jujurlah padaku Tenten, siapa pria itu?" Matsuri menunggu jawaban Tenten dengan wajah tersenyum, agak mengerikan bagi Tenten.
"Dia...Kakak kelasku dulu..dan dia..." Tenten mengalihkan pandangannya keluar jendela, melihat pemandangan kota, tempat tinggalnya dari atas gedung, merilekskan pikirannya. Matsuri tetap setia menunggu jawaban temannya. Tenten menarik nafas dan menghembukan perlahan. Kenapa untuk mengatakannya saja sangat susah?
"Dia...Calon suamiku" Matsuri melompat kegirangan dan memeluk Tenten. Ia sangat senang kali ini, sebelumnya saat Tenten menelponnya sambil menangis dan menceritakan tentang apa yang terjadi antara Tenten dan Kiba, ia benar-benar marah dan berniat pergi ke apartemen Kiba, namun Gaara berhasil menahannya.
"Le-lepas Mat..suri..kau membunuhku" Tenten berusaha lepas dari pelukan maut Matsuri yang membuatnya tercekik.
"Aah, maafkan aku Tenten!" Matsuri segera melepas pelukannya dari Tenten hingga Tenten bisa bernafas lagi. Ia tak percaya tubuh kecil Matsuri menyimpan tenaga sebesar itu. Namun ia bersyukur memiliki teman yang sangat perhatian padanya.
"Kembali berkerja kalau kau tidak mau dipecat oleh Tuan Shimura Sai" Tenten kembali mencoret kertas lainnya dan mencoba fokus pada pekerjaannya. Namun suara Matsuri kembali menghancurkan konsentrasinya.
"Kalau dipecat aku bisa berkerja di perusahaannya Gaara"
"Oh, sombong?"
"Hahaha, apa salahnya? diakan Suamiku" setelah menceritakan pada Matsuri Tenten sedikit merasa lega. Jika memang Neji yang akan menjadi masa depannya kelak, ia akan menerimanya dan belajar mencintainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender
Fiksi Remajamelihat kekasihnya berjalan dengan perempuan lain membuat hati Tenten hancur dan trauma dengan laki-laki, namun apa jadinya jika ia terpaksa menikah karena perjodohan yang dilakulan ibu angkatnya?!