Chapter 1

2.2K 149 2
                                    

Langit mulai mendung, matahari senja mulai bersembunyi di balik awan dan gunung. Rintik-rintik hujan mulai turun sedikit demi sedikit hingga akhirnya hujan turun dengan derasnya.

Manusia-manusia yang awalnya memenuhi jalan sudah tidak terlihat lagi, saat hujan deras seperti ini, mereka pasti ingin pulang ke rumahnya masing-masing dan meringkuk di bawah selimut tebal, mencari kehangatan.

Berbeda dengan seorang gadis bersurai coklat dan bercepol dua yang masih setia duduk di halte pemberhentian bus, matanya menerawang jauh dan terlihat jejak air mata di pipinya.

Matanya masih saja menerawang jauh, melamun, sampai ia tak tahu bahwa bus terakhirnya sudah berangkat dari tadi. Mengingat kejadian tadi membuat hatinya hancur dan sesak, dan mutiara-mutiara yang ditahannya sedari tadi mulai berjatuhan kembali.

"sialan" hanya kata itu yang bisa ia ucapkan, kemudian gadis bercepol dua kembali terisak.

Flashback

Tenten yang melihat kekasihnya dengan gadis lain bermesraan di sudut cafe mulai geram dan ingin melabrak keduanya, tangannya gatal ingin menyiram, menampar dan menjambak rambut keduanya.

Namun ia mengurungkan niatnya setelah melihat kekasihnya, kiba, mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah, kemudian menyodorkan ke arah gadis di depannya.

Saat kotak merah itu dibuka, terlihat cincin permata berkilau, yang akan membuat kaum hawa tergiur untuk memilikinya, gadis itu mulai terharu dan merangkul kiba setelah menerima cincin pemberiannya.

"aku sangat senang, terima kasih sudah melamarku kiba" Tenten bisa membaca gerak bibir gadis yang sedang bersama kekasihnya, tepatnya mantan kekasihnya, berucap demikian. Membuat hati Tenten terluka dan segera meninggalkan tempat menyebalkan itu.

Flashback end

Tenten menghapus air matanya setelah lama menangis, ketika itu ia sadar bahwa hari sudah mulai gelap. Tenten melirik jam tangannya dan mulai panik, ibunya pasti sangat khawatir sekarang karena anaknya belum pulang.

Ia mengambil handphonenya di dalam saku jasnya, Tenten mengumpat lagi karna ternyata baterai hpnya habis.

Ia melihat ke atas, ke arah hujan yang juga belum berhenti dan membuat udara sekitarnya semakin dingin.

"hahh, bagaimana cara aku pulang?" Tenten berbicara padanya dirinya sendiri, menggosok-gosok tangannya agar tetap hangat.

"kaa-san pasti khawatir", Tenten menghela nafas berat saat memikirkan wajah panik ibunya.

Tenten sempat berniat ingin menerobos saja, namun udaranya semakin dingin sehingga ia mengurungkan niatnya. Tenten hanya bisa berdoa ada seseorang yang ia kenal lewat dan memberikan tumpangan untuk pulang.

Beberapa saat kemudian, Tenten merasakan sebuah jaket menyelimuti punggungnya, memberikan kehangatan padanya. Tenten berpaling kesamping dan melihat tangan kekar seseorang masih setia berada di pundaknya, lalu ia mendongak ke atas untuk melihat orang yang sudah berbaik hati memberikan jaket hangatnya untuk seorang Tenten.

Mata mereka beradu satu sama lain, membuat Tenten terkejut sampai matanya terasa akan keluar dari tempatnya.

TBC

Semoga kalian suka dengan tulisanku😊

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang