DH. 2

552 65 0
                                    


Yeri baru saja memasuki kantin saat tangannya langsung ditarik oleh kakak kelasnya sekaligus ketua exkul nya di cheers.
"Hari ini makan sama gue ya, gue traktir" ajak Riana tersenyum cerah membawa Yeri ke meja yang juga sudah dipenuhi oleh anggota exkul yang lain.
Sambil menunggu makanan pesanan ia datang, Yeri milih memperhatikan ponselnya untuk membalas pesan dari kakaknya.
Saat merasakan ada seseorang yang duduk dihadapannya, gadis itupun mengangkat kepala.
"Lah!" ucapnya terkejut menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"Apa?" tanya orang itu malas.

"Kok disini?" bingung Yeri.

"Gaa boleh?" tanya orang itu balik.

Baru saja Yeri hendak membalas pertanyaan Galen, namun seketika ia terdiam saat tau siapa yang duduk disamping cowok itu. Yeri pun memilih menghela nafas  pelan dan kembali berkutat dengan ponselnya.

"Waah tumben banget nih ngumpul bareng, lo yang traktir ya Na" ucap Varo setelah selesai memesan makanan.

"Iya, gue lagi baik nih, jadinya gue traktir" balas Riana bangga.

"Daftar anggota cheers yang ikut ke SMA Nusa udah lo bikin kan Na" tanya Bara yang duduk berhadapan dengan Riana.

"Bukan gue yang bikin, tanya Yeri aja" balas Riana menunjuk Yeri disampingnya.

"Hem" gumam Bara pelan melirik gadis yang duduk disamping Riana dan tengah menunduk fokus dengan ponsel.

"Nanti aja,  gue ambil diruang cheers" balas Bara singkat.

Meski tengah menunduk namun Yeri masih bisa mendengar percakapan itu. Gadis itupun tersenyum kecil untuk dirinya sendiri. Memangnya dia siapa sampai Bara mau mengajaknya berbicara. Apalagi didepan orang yang dia sukai. Meski tak banyak yang tau, namun Yeri yang sering memperhatikan Bara dan akhirnya sadar bahwa cowok itu menyukai Riana. Terlihat dari bagaimana cara Bara berbicara dan memperlakukan Riana.
Karenanya meski Yeri menaruh hati pada kakak kelasnya itu, gadis itu sadar dia tidak akan bisa berada pada ruang dihati Bara. Yeri lebih memilih diam, karena hanya dengan melihat cowok itu bahagia, gadis itu merasa cukup. Dia tidak akan pernah memaksa, karena perasaan tidak akan pernah bisa dipaksa.

Karena asik dengan ponselnya, Yeri sampai tidak sadar bahwa siomay pesanannya telah tiba dan sudah terhidang manis dihadapannya.
"Eh! " pekik Yeri begitu ponsel di genggamannya diambil oleh orang lain.
"Kak, ponsel aku" protes Yeri merengut pada seseorang didepannya.

"Makan dulu" pinta Galen yang kini menahan ponsel Yeri.

"Iya tapi balikin dulu ponsel aku" pinta Yeri menatap Galen kesal.

"Kalau udah abis baru gue balikin" balas Galen cuek mengantongi ponsel milik Yeri dan mulai memakan bakso pesanannya, mengabaikan sekeliling yang mulai memperhatikan keduanya, terutama mereka yang berada dimeja yang sama.

"Kak Galen ih" kesal Yeri menghentakkan kaki kesal.

"Hm" tanpa menatap Yeri, Galen terus melanjutkan acara makannya.
Mengalah, Yeri pun mulai memakan makanannya.

Sementara Galen menatap teman-teman nya yang masih memperhatikan dirinya.
"Apa?" tanya Galen datar namun tersirat nada ancaman didalamnya. Seketika teman-temannya yang lain pun menggelengkan kepala dan mulai fokus dengan makanan mereka masing-masing.

Galen yang selesai lebih dulu mulai mengecek ponsel Yeri, tak lupa ia menelfon ponselnya sendiri guna mendapatkan nomor telfon gadis itu.
"Kak siniin ponselnya" pinta Yeri menengadahkan tangannya guna meminta handphone nya kembali.
Sejenak Galen menatap piring Yeri yang telah kosong dan beralih menatap Yeri yang kini terlihat menahan kesal.
Karena masih ingin menggoda adik kelasnya itu, Galen pun mengabaikannya.
"Kak Galen buruan balikin hape aku, sebelum.. " belum sempat Yeri menyelesaikan perkataannya, ponsel gadis itu berbunyi pertanda ada telfon masuk. Galen pun membiarkan Yeri merebut kembali ponselnya dan melihat siapa yang menelfon.
"Tuh kan dia nelfon" keluh Yeri menatap cemas ke arah ponselnya.
"Em Kak Riana, makasih ya buat traktirannya, aku pergi duluan ga pa-pa ya" pamit Yeri,
Setelah mendapat anggukan dari Riana, gadis itu pun beranjak sambil membalas telfon yang masuk diponselnya.
"Halo, iya ini lho aku lagi dikantin mau beli air putih dulu" balas Yeri pada seseorang diseberang telfon sambil beranjak pergi. Namun perkataannya itu masih bisa didengar oleh Galen yang terus saja memperhatikan Yeri sampai akhirnya gadis itu meninggalkan kantin.
"Gue cabut" ucap Galen beranjak dari duduknya.

Dear Heart -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang