DH. 14

378 52 3
                                    

"Kalian kenapa? Kok tegang gitu?" tanya Selly yang baru saja turun dari lantai dua.

"Gaa pa-pa kok kak" elak Yeri berusaha tersenyum.

"Tadi kakak udah beli makanan banyak, nanti temen kamu diajakin makan sekalian ya" ujar Selly beranjak menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.

"Udah gaa usah dipikirin" kata Jino menepuk kepala Yeri pelan sebelum beranjak menyusul Selly.

Menghela nafas pelan, Yeri masih memandang sendu ke arah ponselnya.
Sampai seseorang menepuk bahunya pelan.
"Kenapa ponsel lo?" tanya Bara duduk disamping Yeri.

Yeri terlihat masih menunduk dan mengusap-usap ponselnya, "ponselnya sih ga kenapa-kenapa" ucap Yeri menggantung.

Bara yang tengah menyalakan ponselnya otomatis mengernyit menatap Yeri bingung, "tapi.. " kata Bara berusaha memancing Yeri untuk melanjutkan perkataannya tadi.

Menghela nafas keras Yeri langsung menegakkan badannya dan berusaha tersenyum didepan Bara, "yuk kak makan aja, kak Selly udah nyiapin makanan, keburu nanti dihabisin Jino" ajak Yeri yang kini sudah berdiri dari duduknya.

Sementara Bara hanya menatap Yeri dalam diam, dia sama sekali tak menyangka kalau Yeri memiliki sifat serandom itu.

"Kak Bara kok bengong sih?" kata Yeri menyadarkan Bara yang langsung mengerjapkan mata.

"Ah iya" ucap Bara berdiri dan mengikuti Yeri menuju ke dapur.

Bisa dilihat cowok itu bahwa Selly sudah menyiapkan banyak makanan dimeja, sementara Jino sudah duduk tenang memandang satu persatu makanan yang ada.

"Gue kayanya bener-bener ngrepotin ya disini" ucap Bara mengambil tempat duduk disamping Jino.

Jino yang tengah mengambil sebuah chicken pop pun menatap Bara dengan alis mengernyit, "santai aja kali, gaa ada yang ngrasa direpotin disini".

"Iya ga pa-pa" sambung Selly mengangsurkan piring untuk Bara.

Acara makan pun berjalan dengan diselingi percakapan ringan Jino dan Selly, sementara Bara justru lebih memperhatikan Yeri yang hanya mengaduk-aduk makanannya sambil sesekali memperhatikan ponselnya.

Hujan sudah mulai reda, Bara pun bersiap untuk pulang. "Gue perhatiin dari tadi lo liatin ponsel mulu, kenapa? Galen?" tebak Bara. Kini keduanya tengah berada diteras rumah Yeri dengan Bara yang bersandar pada motor hitamnya.

Tersentak Yeri pun menghela nafas pelan sebelum menganggukkan kepala. "Dia marah" ujar gadis itu pelan dengan kepala menunduk.

Mengangkat alis, Bara akhirnya paham hal apa yang sudah membuat gadis itu tak bersemangat sejak tadi. "nanti gue bakal jelasin ke dia, lo tenang aja" terang Bara kemudian menaiki motornya bersiap untuk pergi.

Mengangguk paham, Yeri mendongak menatap Bara "Kak Bara hati-hati ya, makasih buat hari ini" ucap Yeri berusaha tersenyum pada cowok itu.

"Gue cabut, bye" pamit Bara meninggalkan rumah Yeri.

Setelah memastikan kepergian Bara, Yeri pun menutup gerbang dan kembali memasuki rumah bergabung dengan Jino dan Kak Selly yang tengah menonton televisi.

#####

Pagi ini tak seperti biasanya, begitu tiba disekolah Yeri langsung bergegas menuju ke kelas Galen, mengabaikan panggilan dari Jino. Tetapi sepertinya Yeri datang terlalu pagi karena di kelas Galen hanya ada beberapa siswa saja tanpa terlihat keberadaan Galen. Menghela nafas pelan Yeri memilih duduk disalah satu bangku tak jauh dari kelas Galen agar tidak menjadi perhatian murid lain.
Namun sampai bel masuk berbunyi, sosok Galen dan juga teman-temannya tak juga terlihat. Ponsel cowok itupun masih tetap tidak bisa dihubungi sejak semalam.
Dengan lesu Yeri memutuskan kembali kekelas nya sebelum guru yang mengajar datang.

Dear Heart -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang