DH. 15

397 53 2
                                    


Jino melangkah dengan cepat menyusuri lorong rumah sakit.
Saat ia tengah mencari keberadaan Yeri, ia mendapat kabar dari Bara bahwa cowok itu dan juga Galen sudah menemukan sepupunya namun dalam kondisi pingsan. Reflek Jino mengumpat dan segera memutar arah menuju rumah sakit.

Kini bisa ia lihat dua orang cowok tengah berdiri didepan UGD, tanpa menunggu lama Jino langsung menghampiri Galen.

Bugh!

Sebuah pukulan pun langsung ia layangkan pada cowok yang berstatus sebagai pacar sepupunya itu. Bara segera menahan badan Jino yang hendak kembali melayangkan sebuah pukulan pada Galen.

"Puas lo ha! Lo bilang ke sepupu gue kalau lo bakal jadiin dia prioritas lo tapi sekarang apa?" teriak kesal Jino menatap tajam Galen yang hanya diam menunduk karena cowok itu tengah merasa bersalah.

"Udah Jin tenang ini dirumah sakit" ujar Bara mencoba menenangkan Jino dengan mengusap bahunya.

"Gimana gue bisa tenang kalau temen lo ini berniat ngebunuh sepupu gue!" geram Jino menepis tangan Bara yang berada dibahunya.

Galen tersentak dan langsung berdiri tegak menatap Jino tak mengerti, "maksud lo apa bilang gue mau ngebunuh Yeri? Gue sayang sama dia Jino" sergah Galen tak terima.

"Bulshit!" hardik Jino melengos keras, "lo tau apa soal sepupu gue".

"Jelasin Jin, emang apa yang gak gue tau soal sepupu lo" pinta Galen menuntut penjelasan namun Jino justru mengalihkan perhatian.

Diam sesaat sampai suara Bara menyentak Jino dan Galen.

"Kelainan jantung" Bara berujar pelan sambil menatap Jino lurus. "Yeri mengidap kelainan jantung, iya kan?" lagi, Bara mengulang kembali perkataannya meminta kepastian dari Jino.

"Bener Jin?" tanya Galen menatap tak percaya pada Jino.

Jino menatap dingin pada Bara, "dari mana lo tau?" tanya Jino belum ingin memberi penjelasan.

Bara mengangkat bahu acuh, "gak sengaja baca surat pengunduran Yeri dari cheers waktu bantuin miss Jessy bawa barang" terang Bara melipat kedua tangan dan bersandar pada dinding.

"Apa karena itu sekarang lo jadi baik sama Yeri? Karena rasa kasihan? " sarkas Jino menatap tajam Bara.

Bara membulatkan mata menatap tak percaya pada Jino, "gue tulus minta maaf ke Yeri, gue sadar selama ini gue udah jahat ke dia" ucap Bara membela diri.

Sesaat Jino hanya diam menatap Bara mencari kebohongan namun sepertinya cowok itu berkata jujur. Menghela nafas pelan Jino memilih duduk dibangku yang ada diluar UGD. "Yeri memang punya kelainan jantung" ujar cowok itu pelan dengan mata menerawang mengingat masa lalu.

Kini Galen memilih duduk disamping Jino untuk lebih menyimak penjelasan adik kelasnya.

"Dari lahir Yeri emang udah punya penyakit kelainan jantung. Dia gak boleh beraktifitas berlebihan ataupun berfikir terlalu berat karena itu akan ngebuat pacu jantung Yeri gak stabil yang akan berakibat pada kesehatannya. Karenanya sedari kecil Ayah dan Bundanya Yeri lebih milih buat home schooling. Tapi pada waktu SMP Yeri meminta untuk sekolah umum karena dia juga ingin merasakan punya teman dengan syarat gadis itu mesti teratur minum obat, rutin cek kesahatan dan menjaga pola makan. Awalnya Yeri seneng banget bisa sekolah di sekolah umum. Tapi dia yang gak pernah berinteraksi dengan orang lain justru jadi pendiam yang gak tau gimana caranya berteman sampai akhirnya ia jadi bahan bullyan" Jino diam sesaat merasakan sesak yang kembali datang ketika mengingat bagaimana dulu sepupunya selalu berusaha tersenyum menutupi bullyan yang Yeri terima kepada dirinya.
"Sampai dipertengahan kelas tiga gak sengaja dia ketemu Bara yang nolongin dia waktu lagi dibully. Sejak saat itu Yeri berubah dengan mencoba untuk membela dirinya dari bullyan dan bertekad masuk kesekolah yang sama dengan Bara untuk mengucapkan terima kasih ke dia" kini pandangan Jino beralih pada Bara yang hanya diam membalas tatapannya.

Dear Heart -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang