"Lo mau makan apa?" tanya Bara saat dia dan Yeri kini sudah duduk disebuah tempat makan.
"Eemm" gumam Yeri sambil membaca buku menu didepannya, "aku pesen, chicken stick sama milkshake coklat aja" ucap Yeri.
Setelah waitres selesai menulis pesanan keduanya, waitres itu pun undur diri.
"Jadi, Kak Bara mau bicara apa?" tanya Yeri to the point.
Berdecak pelan sambil melipat tangan didepan, Bara menatap tepat ke arah mata Yeri yang entah kenapa ia langsung menyukai mata coklat kehitaman milik adik kelasnya itu.
"Emang mesti harus ada alasan ya buat ketemu sama lo?" tanya Bara yang kini mengubah posisi melipat tangan diatas meja dengan sebelah tangan menopang dagu.
"E.. Ah.. Bukan gitu" ucap Yeri menggaruk pipinya yang tidak gatal "gaa seperti biasanya aja kak Bara mau ketemu sama aku" lanjut Yeri ragu untuk bertanya.
Bara menghela nafas pelan mendengar perkataan Yeri itu, "Gue cuman mau minta maaf" ucap Bara akhirnya.
Yeri memiringkan kepala bingung, "minta maaf buat apa?"
"Minta maaf kalo selama ini gue sering nyakitin lo dengan perkataan kasar gue" terang Bara menatap tepat mata Yeri menanti reaksi dari gadis itu.
Namun diluar perkiraannya yang mengira Yeri akan menolak permintaan maafnya, justru gadis itu malah tertawa pelan.
"Kenapa?" tanya Bara bingung."Tanpa perlu minta maaf aku udah maafin kok kak, lagipula kan emang udah sifat kak Bara yang suka bicara terus terang yaah meski kadang itu nyakitin" terang Yeri yang kini sudah mulai bisa bersikap lebih santai.
Bara tersenyum kecil mendengar perkataan Yeri yang memang benar itu. "Lo kayanya ngerti banget soal gue? Lo ngefans banget ya sama gue" goda Bara tersenyum miring yang mampu membuat Yeri tersentak kecil.
"Diihh" cibir Yeri, "gosip dari mana tuh" elak Yeri menyandarkan tubuh pada sandaran kursi dan mengalihkan tatapan untuk menutupi wajahnya yang memerah.
Sedikit melirik pada Bara justru membuat wajah Yeri semakin memerah karena Bara tengah menatapnya sambil menahan senyum.
"Apaan sih kak, gaa usah senyam senyum gaa jelas deh" keluh Yeri menggembungkan mulut membuat tawa Bara pecah."Kok gue baru sadar sih ternyata lo lucu banget kalo digoda" ucap Bara sambil tertawa.
Meski sedikit kesal namun Yeri tersenyum kecil karena akhirnya bisa membuat Bara tertawa karenannya.
"Jadi, sejak kapan lo kenal gue?" tanya Bara mengalihkan pembicaraan sambil berusaha meredakan tawanya.
Yeri tersentak kecil, memainkan kuku jarinya dipangkuan. "Itu, dulu waktu aku masih kelas 3 SMP, kakak pernah nolongin aku yang lagi di bully, padahal kan kakak gaa kenal sama aku. Setelahnya kakak ngasih aku nasehat yang masih aku inget banget sampai sekarang. Kakak bilang, 'kalo kamu ga salah kamu harus berani. Kalo bukan diri kamu sendiri terus siapa yang bakal belain kamu. Jangan berharap sama simpati orang lain, karena gaa akan setiap orang simpati sama kamu', setelahnya aku masuk kesini sebenarnya ngikutin kak Bara" terang Yeri dengan kepala menunduk.
"Ngikutin gue?" bingung Bara mengernyitkan alis.
Yeri menganggukkan kepala dan memberanikan diri untuk menatap Bara, "aku mau bilang makasih sama kakak, karena berkat ucapan kakak sekarang aku udah gaa takut lagi kalau dibully" ucap Yeri tersenyum menunjukkan deretan giginya. Melihatnya Bara pun ikut tersenyum bangga.
"Bagus deh, seenggaknya gue pernah berucap sesuatu yang berguna buat lo" balas Bara menjulurkan tangan mengacak rambut Yeri pelan, "jadi sekarang kita temen kan?" lanjut cowok itu menunjukkan jari kelingkingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Heart -end-
Teen Fiction"Aku sadar akhir-akhir ini kita deket, dan aku cuman gaa mau aja bikin orang lain terluka karena kedekatan kita"