DH. 17

352 48 4
                                    

"Kak Galen pasti capek habis sekolah langsung kesini, kenapa nggak pulang aja?" tanya Yeri, kini hanya ada kedua orang itu setelah sebelumnya sang Mama dan Teo pamit pulang untuk mengganti pakaian, sementara Bara mengantar Jino untuk mengobati lukanya.

"Kamu nggak mau ketemu aku?" balas Galen menaikkan alis.

"Bukan gitu, aku nggak enak aja sama kak Galen, apalagi tadi kak Teo udah kasar sama kakak" ungkap Yeri menunduk tak berani menatap cowok yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu.

Menghela nafas, Galen mengusap kepala Yeri pelan, "harusnya tadi aku yang kena pukul kak Teo Yer, bukan Jino, karena gara-gara kebodohanku membuatmu harus dirawat seperti ini" sesalnya.

Yeri menggelengkan kepala tak setuju, "ini semua salahnya Yeri kak, Yeri yang nggak bisa jaga kondisi Yeri sendiri " bantahnya.

"Aku janji bakal jagain kamu mulai sekarang, tapi kamu juga harus janji gak akan nutupin hal apapun dari aku" pinta Galen mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji! Makasih ya kak" balas Yeri menunjukkan senyumannya.

Perlu beberapa hari sampai Yeri di ijinkan keluar dari rumah sakit. Meskipun sang ayah dan kakaknya harus kembali ke Singapure, namun sang Mama masih tetap tinggal untuk menjaganya sampai keberangkatan Yeri untuk operasi.

"Yer ayo berangkat keburu siang" ucap Jino dari arah ruang tengah.

"Iya iya, cerewet ih Jino" keluh Yeri menuruni tangga, "Ma, Yeri berangkat ya" pamitnya mencium pipi sang Mama.

"Iya hati-hati" balas Teya.

"Jino berangkat ya Ma" pamit Jino melambaikan tangan.

Meskipun sudah resmi menjadi kekasih Galen, tugas untuk mengantar Yeri berangkat sekolah tetap menjadi milik Jino.

Begitu keluar dari mobil, Yeri mengernyit karena melihat Bara hanya seorang diri.

"Kak Bara sendirian?" tanya Yeri begitu Bara tiba dihadapannya.

Bara menaikkan alis mendengarnya, "lah lo nggak tau?".

"Tau apa?"

"Galen kan sakit" terang Bara membuat Yeri membulatkan mata.

"Sakit? Kok bisa?" tanyanya khawatir.

Jino yang baru saja sampai di samping Yeri mengernyit melihat wajah khawatir sepupunya, "kenapa?".

"Kak Galen sakit, Jin" terang Yeri merengut.

"Lah tuh orang bisa sakit?" ucap Jino membuatnya mendapatkan cubitan dari Yeri.

"Jino ih" kesal Yeri menghentakkan kaki.

Bara menggelengkan kepala pelan melihat tingkah keduanya, "dia cuma demam, ntar pulang sekolah gue mau kesana, lo mau ikut?".

"Ikut" balas Yeri spontan sebelum berbalik menatap Jino.

"Apa? Gue nggak ikut, ada latihan futsal" terang Jino yang paham arti tatapan Yeri.

"Yaudah aku bareng kak Bara ya?" pinta Yeri diangguki oleh Bara.

Saat Yeri dan Jino hendak memasuki kelas, langkah keduanya terhenti karena mendengar suara memanggilnya.

"Kak Wendy?" bingung Yeri melihat kakak kelasnya itu berlari menghampirinya.

"Kangen" ucap Wendy memeluk Yeri erat.

"Kangen kak Wendy juga" balas Yeri menepuk-nepuk punggung kakak kelasnya.

"Kamu beneran udah sehat?" tanya Wendy menatap Yeri dengan teliti.

Dear Heart -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang