DH. 16

361 49 2
                                    

Setelah bujukan dari Yeri dan juga Jino, akhirnya Galen pun bersedia untuk berangkat sekolah ketika sebelumnya cowok itu bersikeras untuk menemani Yeri di rumah sakit.
Kini tinggal Yeri seorang diri karena Irene harus menemui dokternya membahas lebih lanjut tentang bagaimana kondisi tubuhnya.
Untuk membunuh kebosanan, Yeri memutuskan membaca novel yang sempat dibawakan oleh Jino.

Sampai suara pintu yang dibuka keras membuat gadis itu terperanjat.
"Kak Teo?" gumam Yeri tertegun melihat cowok yang kini melangkah cepat menghampirinya dan langsung memeluknya erat. "Kak Teo kok disini?" bingung Yeri membalas pelukan Teo.

"Kakak gak bisa nelfon kamu dan tiba-tiba aja Irene bilang kamu drop lagi, kamu pikir kakak bisa tenang?" hardik Teo melepas pelukannya dan menatap Yeri lekat. "Kamu janji sama kakak kalau kamu bakal baik-baik aja Yer, tapi apa? Belum ada satu bulan kamu drop sekarang kamu drop lagi".

Yeri menunduk karena menyesal dan tak mampu membalas tatapan sang kakak, "maaf kak" lirih gadis itu.

"Gak mau tau, setelah kamu keluar dari rumah sakit, kamu ikut kakak ke Singapure!" pinta atau lebih tepatnya perintah Teo pada sang adik yang sukses membuat Yeri membulatkan mata.

"Ta.. Tapi kak, sekolah aku gimana?" seketika bayangan sosok Galen langsung memenuhi pikiran Yeri.

"Kamu bisa lanjut home schooling disana" terang Teo bersikeras.

Tak kuasa menolak keinginan Teo membuat Yeri merasa sesak di dadanya. Air mata pun mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Yeri!"

Panggilan itu sontak membuat Yeri beralih menatap pintu ruang rawatnya yang menampilkan sosok kedua orang tua yang sudah lama tidak Yeri lihat.

"Ma, Pa" ucap Yeri pelan.

Teya -Mama Yeri- pun segera meraih tubuh sang anak untuk ia peluk.
Kerinduan pada kedua orangtuanya itu sukses membuat Yeri meneteskan air mata.

"Mana yang sakit nak? Bilang sama Mama" ucap Teya menangkup kedua pipi Yeri mengusap air mata gadis itu.

Tersenyum kecil Yeri menggelengkan kepala pelan, "lihat mama disini udah cukup bikin aku nggak ngerasain sakit lagi" ujarnya parau.

"Maafin kita karena jarang nengokin kamu ya sayang" kini Yusuf -Ayah Yeri- yang berujar mengusap kepala sang anak.

"Nggak pa-pa Pa, Yeri paham kok sama kesibukan kalian"

"Oh sayang" lagi Teya memeluk anak gadisnya semakin erat.

"Teo udah mutusin buat pindahin Yeri lagi ke Singapure Ma" ucap Teo melipat kedua tangan didepan.

Teya yang mendengar ucapan sang putra mengernyit dan beralih menatap Yeri yang kini menundukkan kepala. Wanita itu tau perasaan Yeri saat ini, anak gadisnya itu sangat ingin bersekolah seperti murid yang lain, bukan home schooling.

"Kita putuskan itu setelah kondisi Yeri membaik aja ya Te? kasihan Yeri juga kalau harus pindah dipertengahan semester" terang Teya memberi alasan.

"Hm" balas Teo yang kini sudah duduk di sofa yang ada diruangan itu.

Yeri menatap sang Mama penuh rasa syukur yang dibalas Teya dengan senyuman.

#####

Sepulang sekolah Jino, Galen dan Bara segera kembali ke rumah sakit. Ketiganya tak menyangka bahwa Yeri sudah tidak sendirian. Bisa mereka lihat seorang wanita paruh baya dan seorang  laki-laki muda diruangan itu.

"Hai Jin" sapa Teya yang tengah mengupaskan buah untuk Yeri.

"Mama kapan datang?" tanya Jino memeluk mama Yeri itu.

Dear Heart -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang