Part 7

6.3K 447 21
                                    

#CINTA_DI_ATAS_LANGIT_ALEPPO
#PART_7
#IDENTITAS_AMIR_HARTONO

_______

Dalam heningnya malam, rasa cemas menggebu, suara detak jam terdengar menyeramkan bagi Sayyidah yang kini terdiam di balik pintu, ia bersandar seraya berdizikir. Lemas, letih terasa di sekujur tubuhnya yang hampir kaku. Sunyi. Sepertinya Mariam adalah wanita yang tak mudah bersosialisasi, sejak pagi ia menempati ruang sempit berukuran 3x 3 meter itu tak satupun datang atau menyapa.

Layar ponsel terus ia amati berharap Eru brigadier polisi bersenyum manis itu menghubunginya. Langkah kaki terdengar tajam di telinga. Sayyidah terperangah panik, mata Sayyidah terbelalak tajam menengok ke arah knop pintu.
“Astaghfirullah!” Knop pintu terbuka, seseorang hendak masuk kedalam dan sepertinya memiliki kunci kamar. Ia tekan sekuat tenaga nakas yang berada persis di belakangnya.

“Buka!” Dorong lelaki dengan tenaganya yang tiga kali lebih kuat dari Sayyidah.

“Aghhhh!” Tubuh Sayyidah terempas, jaket Eru menutupi sekujur tubuhnya, masker pemberian lelaki berjambang tipis itu pun ia kenakan.

“Kemana saja kamu!” Lelaki bertubuh tinggi besar, lelaki yang ia curigai bernama Bagyo. Memakai jaket coklat dan sebuah topi, wajahnya culas dengan kumis tebal. Luka bekas sayatan terlihat jelas di pipi.

“Saya mohon jangan mendekat!”

Bagyo menutup pintu kamar.

“Apa yang kamu lakukan! Keluar!” teriak Sayyidah kencang, berusaha meruntuhkan keheningan dan memanggil semua pengunjung motel untuk datang.

“Kamu lupa daerah ini wilayah saya? Kenapa dengan kamu Mariam? Buka masker kamu!” 

“Jangan maju!” rutuk Sayyidah. Box besi tempat perhiasan ia ambil di meja nakas persis di sebelahnya.  Bagyo mendekat dan semakin dekat. “Kamu terlihat lebih cantik jika tertutup, kesinilah!”

“AAHHHHHHH!” Tangan Bagyo menarik paksa tubuh Sayyidah. Sayyidah berusaha memukul Bagyo. Kedua tangan sudah di genggaman. “Allahuakbar!”

“Jangan!” lirih Sayyidah menangis beringsut di ujung tembok. Tangan Bagyo sudah 3 centi dari pipi Sayyidah.

“Agh! Brengsek! Terperangah Sayyidah, lengannya baru saja bebas dari tangan germo tua menyeramkan bernama Bagyo, Eru datang dan menarik tubuh lelaki itu dan menhabisinya di atas ranjang. Pukulan Eru telak ia layangkan ke wajah. Darah segar mengalir di wajah lelaki berkumis. Eru tekan tubuhnya dengan lutut, nanar kebencian terlihat di mata Eru, wajahnya berpeluh. Sementara Sayyidah beringsut di sudut kamar menangisi nasibnya.

“Dengar! Mariam calon istri saya! Brengsek!”

“Dia pelacur, bodoh!” dengus Bagyo.

“Brengsek!” Pukulan kembali dilayangkan, mulut Bagyo mengeluarkan darah segar. Eru mengambil borgol di saku celana lalu menggembok tangan kiri Bagyo dan yang lainnya ia gembokkan di kaki ranjang. Ia bangkit, lalu menuju Sayyidah yang tengah ketakutan.

“Maafkan aku … harusnya ini tidak terjadi!”

“Penipu!” rutuk Sayyidah tersirat nanar kebencian yang mendalam.

Eru ambil ponsel di saku, ia hubungi pos terdekat untuk segera menangkap Bagyo.

“Ikut aku Mariam.”

“Aku bukan Mariam, aku bukan pelacur!” gumam Sayyidah menyiratkan dengan mata menatap Eru tajam.

***
Malam semakin larut, wajah Sayyidah terlihat kacau, panik ketakutan terus menguasai diri. Di dalam Mobil Eru, wanita itu terdiam.

Cinta Di Langit AleppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang